Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : KAI Daop 1 Jakarta Siapkan 1.732 Perjalanan KA untuk Masa Angkutan Nataru 2025/2026
Advertisement . Scroll to see content

Sejarah Stasiun Manggarai, Masa Kolonial Belanda hingga Era Modern

Rabu, 11 September 2024 - 06:11:00 WIB
Sejarah Stasiun Manggarai, Masa Kolonial Belanda hingga Era Modern
Stasiun Manggarai (foto: iNews.id/Reza Fajri)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Sejarah Stasiun Manggarai bisa ditelusuri hingga ke zaman pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Stasiun Manggarai juga menjadi saksi perjuangan kemerdekaan dan kemajuan transportasi kereta api di Indonesia.

Berdasarkan catatan sejarah yang dihimpun KAI Heritage, Stasiun Manggarai mulai dibangun pada 1914 oleh arsitek Belanda bernama Ir J Van Gendt. Stasiun ini dibangun setelah 41 tahun pembangunan jalur KA Batavia (Jakarta Kota)-Buitenzorg (Bogor) pada 1869-1873.

Sejarah Stasiun Manggarai: Pembangunan Awal

Saat pembangunan jalur KA Batavia-Buitenzorg, tak ada rencana pembangunan stasiun atau halte di Manggarai. Stasiun Manggarai baru direncanakan dibangun setelah perusahaan kereta api Staatssporwegen (SS) menguasai jaringan kereta api di Jakarta pada 1913.

Staatssporwegen menyatukan jalur Jakarta-Bekasi milik Bataviaasche Ooster Spoorweg Maatschappij (BOS) yang dibeli pada 1899 dan jalur Jakarta-Bogor milik Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) yang diakuisisi pada 1913.

Untuk menggantikan stasiun lama Boekitdoeri, dibangunlah Stasiun Manggarai pada 1914. Van Gendt juga ditugaskan membangun sekolah pendidikan perkeretaapian dan rumah-rumah dinas untuk para pegawai kereta api di sekitar Stasiun Manggarai.

Stasiun Manggarai tempo dulu (dok. KAI Heritage)
Stasiun Manggarai tempo dulu (dok. KAI Heritage)

Empat tahun kemudian atau tepatnya pada 1 Mei 1918, Stasiun Manggarai selesai dibangun dan resmi dibuka untuk umum.

Stasiun ini lalu menjadi titik persimpangan lintas kereta api yang menghubungkan Tanah Abang-Duri, Batavia-Gambir, Meester Cornelis (Jatinegara)-Bekasi, Depok-Bogor, dan jalur cabang menuju eks-Stasiun Meester Cornelis NIS (sekarang Dipo Bukit Duri). 

Stasiun Manggarai kini menjadi bangunan cagar budaya dan terdaftar di situs Kemendikbud dengan Nomor SK : 011/M/1999. Stasiun ini memiliki kanopi kayu yang khas di peron lama.

Desain asli kanopi seharusnya baja cor yang diimpor langsung dari Eropa. Namun, karena material baja kanopi tidak tersedia di pabriknya akibat Perang Dunia I (1914-1918), pesanan dibatalkan.

Stasiun Manggarai di Masa Perjuangan

Stasiun Manggarai juga menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia. Stasiun Manggarai menjadi awal keberangkatan rombongan Presiden Soekarno ketika pemindahan ibu kota sementara dari Jakarta ke Yogyakarta pada 4 Januari 1946.

Panglima Besar Jenderal Soedirman juga pernah singgah di Stasiun Manggarai untuk menghadiri perundingan gencatan senjata di Jakarta dengan Belanda. Kedatangan sang Panglima dan rombongan di Stasiun Manggarai pada Jumat 1 November 1946 disambut sorak sorai rakyat Indonesia.

Ketika itu, Jenderal Soedirman bisa saja turun di Stasiun Gambir dan langsung menuju Hotel Shutteraf (gedung Pertamina) yang ada persis di depan Stasiun Gambir. Namun, Perdana Menteri Sutan Sjahrir sengaja mengatur agar rombongan Jenderal Soedirman turun di Stasiun Manggarai, kemudian diarak menuju hotel di Gambir.

Hal ini dilakukan untuk menunjukkan kepada Belanda bahwa Republik Indonesia mempunyai panglima dan tentara yang hebat.

Stasiun Manggarai di era modern (dok. KAI Commuter)
Stasiun Manggarai di era modern (dok. KAI Commuter)

Stasiun Manggarai di Era Modern

Kini, Stasiun Manggarai menjadi salah satu stasiun tersibuk di Jabodetabek. Stasiun dengan 13 jalur ini melayani KRL Commuter Line rute Bogor-Jakarta Kota, Nambo-Jakarta Kota, Cikarang-Kampung Bandan, Bekasi-Kampung Bandan hingga kereta Bandara Soekarno-Hatta.

Stasiun Manggarai menjadi stasiun transit bagi penumpang yang ingin berganti rute. Berdasarkan laman resmi KAI Commuter, pada malam pergantian tahun 2024, pengguna transit di Stasiun Manggarai menyentuh angka 204.499 orang, sedangkan pada 1 Januari 2024 mencapai 230.000 orang.

Angka tersebut lebih besar 28-44 persen jika dibandingkan dengan volume transit pada libur akhir pekan yaitu sebanyak 160.000 orang.

Stasiun Manggarai masih terus dikembangkan hingga saat ini. Stasiun Manggarai rencananya akan dijadikan stasiun sentral yang melayani kereta-kereta jarak jauh.

Editor: Reza Fajri

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut