Sejarah Taman Puring: Surga Sepatu Murah yang Dua Kali Dilalap Si Jago Merah
JAKARTA, iNews.id – Pasar Taman Puring merupakan salah satu pusat perdagangan legendaris di Jakarta Selatan. Sejak dekade 1960-an, pasar ini telah menjadi saksi perjalanan panjang kota dan masyarakatnya. Awalnya, kawasan ini hanya berfungsi sebagai pangkalan oplet dan tempat mangkal para pedagang pikulan.
Namun, pada Senin, 28 Juli 2025, sekitar pukul 18.02 WIB, pasar ini kembali dilanda kebakaran. Puluhan unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk menjinakkan si jago merah yang mengamuk di tengah padatnya area perdagangan.
Menurut buku Pasarnye Jakarte (Gagas Ulung, 2013), transformasi besar Taman Puring dimulai pada masa Gubernur Soeprapto tahun 1983. Pemprov DKI Jakarta saat itu menetapkan lahan seluas sekitar 2.000 meter persegi sebagai lokasi resmi untuk menampung para pedagang barang bekas dari wilayah Jakarta Selatan. Selain itu, dibangun pula taman rekreasi di sekitarnya sebagai bagian dari penataan ruang kota dan sosial masyarakat.
Salah satu peristiwa paling mengingatkan adalah kebakaran besar yang terjadi pada 29 Juni 2002. Api, yang dipicu oleh korsleting listrik, melahap sekitar 580 kios dalam waktu singkat. Sebagian besar kios saat itu terbuat dari material mudah terbakar, mempercepat penyebaran api.
Meski letaknya tak jauh dari Polsek Metro Kebayoran Baru yang selamat karena bangunannya berbahan beton, sebagian besar pasar hancur lebur. Para pedagang kehilangan tempat usaha dan barang dagangan mereka. Kerugian pun tak terelakkan.
Sebagai respons, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Sutiyoso mengucurkan dana sekitar Rp10 miliar untuk membangun kembali pasar ini dengan desain yang lebih modern, berlantai dua, dan memenuhi standar keamanan yang lebih baik. Rekonstruksi ini tak hanya memperbaiki fisik bangunan, tetapi juga memperbarui manajemen tata kelola pasar agar lebih siap menghadapi risiko di masa depan.
Pasar Taman Puring dikenal luas sebagai surga belanja barang murah khususnya sepatu. Selain itu, pasar ini juga menawarkan beragam produk lain seperti tas, barang antik, hingga elektronik bekas. Keberagamannya membuat pasar ini tetap ramai dikunjungi, baik oleh warga lokal maupun wisatawan pemburu barang unik dan terjangkau.
Peristiwa kebakaran yang terus berulang seperti tahun 2002 dan terbaru pada 2025 menjadi alarm keras akan pentingnya sistem mitigasi risiko dan manajemen pasar yang terpadu. Taman Puring, sebagai ruang ekonomi rakyat, membutuhkan perhatian serius agar tetap bisa melayani masyarakat tanpa ancaman bahaya yang mengintai.
Di tengah berbagai cobaan, termasuk bencana kebakaran dan perubahan zaman, Pasar Taman Puring terus bertahan. Ia tidak hanya menjadi pusat ekonomi mikro, tapi juga simbol ketangguhan pasar rakyat Jakarta Selatan. Semangat para pedagang yang terus bangkit menjadikan Taman Puring sebagai warisan budaya pasar yang terus hidup dan beradaptasi.
Editor: Komaruddin Bagja