20 Contoh Teks Negosiasi di Sekolah, Bisa Dipraktekkan dengan Teman Sebangku
JAKARTA, iNews.id - Contoh teks negosiasi di sekolah menjadi pembahasan yang menarik untuk diulas kali ini. Jenis teks negosiasi ini biasanya membahas tentang isu-isu di lingkungan sekolah. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), negosiasi adalah proses tawar-menawar yang dilakukan dengan cara berunding guna mencapai kesepakatan bersama antara kedua belah pihak.
Adapun, kegiatan negosiasi dapat diterapkan di berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Namun, negosiasi yang dilakukan secara lisan maupun tertulis terdapat berbagai unsur, seperti pengajuan, penawaran, serta persetujuan.
Untuk lebih jelasnya, berikut contoh teks negosiasi di sekolah yang dapat para siswa praktekkan bersama teman sebangku, guru, maupun staf akademisi lainnya, Rabu (24/1/2024).
Siswa A: "Ada ketegangan di dalam kelompok kita. Bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik?"
Siswa B: "Kita bisa mengadakan pertemuan untuk mendengarkan perasaan setiap anggota dan mencari solusi yang adil untuk semua."
Siswa A: "Untuk perjalanan studi, kita perlu mengumpulkan dana. Bagaimana kita bisa membagi biaya ini secara adil?"
Siswa B: "Kita bisa membuat daftar biaya yang diperlukan dan membaginya berdasarkan jumlah anggota kelompok."
Siswa A: "Kita bisa merencanakan sesi belajar bersama untuk ujian ini. Apa pendapatmu?"
Siswa B: "Saya setuju. Bagaimana jika kita bertemu di perpustakaan pada hari Kamis untuk membahas materi bersama?"
Siswa A: "Bagaimana kita bisa membagi tugas di dalam tim olimpiade? Setiap anggota tim harus berkontribusi."
Siswa B: "Saya setuju. Mari kita lihat dalam bidang apa masing-masing dari kita paling berbakat dan berkontribusi sesuai dengan keahlian kita."
Siswa A: "Agar kelompok studi kita efektif, kita perlu menetapkan beberapa aturan, seperti ketepatan waktu dan pembagian materi."
Siswa B: "Saya setuju. Kita harus membuat perjanjian tertulis tentang aturan-aturan tersebut."
Siswa A: "Saya ingin mengusulkan tema proyek tentang lingkungan. Bagaimana menurutmu?"
Siswa B: "Saya juga suka ide itu. Tapi, apakah kita bisa mengeksplorasi aspek sosial lingkungan, bukan hanya yang fisik?"
Siswa A: "Saya ingin bergabung dengan klub musik, tetapi juga ingin mengikuti klub olahraga. Bagaimana kita bisa mengatur jadwal agar tidak tumpang tindih?"
Siswa B: "Kita bisa mencoba menghadiri klub musik di hari Senin dan klub olahraga di hari Rabu. Bagaimana menurutmu?"
Siswa A: "Hai, apakah kita bisa berbicara tentang bagaimana kita akan membagi tugas untuk proyek ini? Saya pikir kita harus memastikan bahwa semua orang berkontribusi secara adil."
Siswa B: "Saya setuju. Bagaimana kalau kita lihat keahlian dan minat masing-masing dari kita, lalu kita bagi tugas sesuai itu?"
Siswa A: "Saya ingin mengadakan rapat kelompok di ruang kelas besok. Apakah kamu juga ingin menggunakannya pada waktu yang sama?"
Siswa B: "Tentu, kita bisa berbagi ruang kelas. Bagaimana kalau saya menggunakannya di pagi hari dan kamu di sore?"
Siswa A: "Kita hanya punya 20 menit untuk presentasi. Bagaimana kita membagi waktu agar setiap anggota kelompok memiliki kesempatan untuk berbicara?"
Siswa B: "Saya pikir kita bisa memberikan 5 menit untuk masing-masing anggota kelompok dan 5 menit lagi untuk pertanyaan dan jawaban di akhir."
Siswa A: "Ketika kita berkompetisi dalam tim debat, bagaimana kita bisa membagi peran dan waktu berbicara dengan adil?"
Siswa B: "Kita harus menyusun strategi sebelum debat, menentukan peran masing-masing, dan menjaga waktu agar setiap anggota tim memiliki kesempatan berbicara."
Siswa A: "Kita harus menyusun anggaran dana OSIS untuk tahun ini. Bagaimana kita menentukan alokasi dana untuk berbagai kegiatan?"
Siswa B: "Kita bisa membuat rapat anggaran untuk membahas dan memberikan nilai prioritas pada setiap kegiatan yang memerlukan dana OSIS.
Siswa A: "Aktivitas ekstrakurikuler kita sering bentrok dengan jadwal sekolah. Bagaimana kita bisa membujuk pihak sekolah agar memberi waktu yang lebih fleksibel?"
Siswa B: "Kita bisa membuat petisi dan mengajukannya kepada pihak sekolah, sambil menunjukkan manfaat positif yang diperoleh dari aktivitas ekstrakurikuler."
Siswa A: "Kita perlu memilih tema untuk pesta kelas. Apa yang ingin kita usulkan?"
Siswa B: "Kita bisa membuat survei di antara teman-teman kita untuk mengetahui tema yang paling populer."
Siswa A: "Saya ingin mengadakan pertemuan agama di ruang ibadah sekolah. Bagaimana kita bisa mengatur penggunaan ruang ini dengan teman-teman yang memiliki keyakinan berbeda?"
Siswa B: "Kita harus membuat jadwal penggunaan ruang ibadah yang mempertimbangkan kebutuhan semua agama yang ada di sekolah."
Siswa A: "Jadwal ujian tengah semester kita banyak yang tumpang tindih. Bagaimana kita bisa mengaturnya agar lebih seimbang?"
Siswa B: "Kita bisa mencoba berbicara dengan guru-guru untuk mendiskusikan opsi jadwal yang lebih merata."
Siswa A: "Saya ingin mencalonkan diri menjadi ketua kelas. Bagaimana kita bisa menjalani kampanye yang adil?"
Siswa B: "Kita harus membuat peraturan kampanye yang setara dan memberi setiap calon kesempatan yang sama."
Siswa A: "Ada ketegangan di dalam kelompok kita. Bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik?"
Siswa B: "Kita bisa mengadakan pertemuan untuk mendengarkan perasaan setiap anggota dan mencari solusi yang adil untuk semua."
Siswa A: "Setelah menyelesaikan proyek ini, bagaimana kita akan membagi hasilnya?"
Siswa B: "Kita bisa membuat kesepakatan tertulis tentang pembagian hasil dan peran masing-masing dalam penyampaian presentasi."
Siswa A: "Saya ingin mengadakan acara amal sebagai proyek kepemimpinan sekolah. Bagaimana kita bisa menyelaraskan jadwal?"
Siswa B: "Saya pikir kita perlu memastikan tidak ada bentrok dengan jadwal ujian atau kegiatan penting lainnya. Kita bisa membuat rencana acara yang fleksibel."
Itulah contoh teks negosiasi di sekolah. Semoga menginspirasi!
Editor: Johnny Johan Sompotan