16 Lansia Tewas karena Kebakaran, DPR Minta Evaluasi Seluruh Panti Jompo

JAKARTA, iNews.id - Anggota Komisi VIII DPR Maman Imanulhaq merespons tragedi kebakaran yang melanda Panti Jompo Werdha Damai, di Kota Manado yang menewaskan 16 orang lanjut usia (lansia) dan melukai beberapa penghuni lainnya. Menurutnya, insiden itu merupakan tragedi kemanusiaan memilukan.

“Peristiwa ini adalah tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan. Para lansia merupakan kelompok paling rentan yang seharusnya mendapatkan perlindungan maksimal dari negara dan seluruh penyelenggara layanan sosial,” ujar Maman, dikutip Rabu (31/12/2025).

Baca Juga

2025, Tahun Paling Sukses dalam Sejarah Suriah

Menurut Maman, insiden ini harus menjadi peringatan keras bagi seluruh pihak bahwa sistem keselamatan di fasilitas pelayanan lansia di Indonesia masih memerlukan perhatian serius.

Maman meminta pemerintah melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap seluruh panti jompo yang ada di Indonesia. Evaluasi itu, mencakup standar keselamatan kebakaran, kelayakan bangunan hingga jalur evakuasi panti jompo.

Baca Juga

Viral Perawat asal Indonesia Lindungi Perempuan Lansia saat Gempa M7,0 Guncang Taiwan

“Komisi VIII DPR RI akan mendorong evaluasi menyeluruh terhadap seluruh panti jompo dan panti sosial, baik milik pemerintah maupun swasta. Standar keselamatan kebakaran, kelayakan bangunan, jalur evakuasi, serta kesiapsiagaan petugas harus dipastikan benar-benar berjalan, bukan hanya formalitas administrasi,” katanya.

Sebelumnya diberitakan, kebakaran hebat melanda Panti Werdha Damai di Paal Dua, Kota Manado, Sulawesi Utara, Minggu (28/12/2025) malam. Akibat kejadian ini, 16 orang penghuni panti tewas diduga akibat terjebak kobaran api.

Peristiwa tragis ini viral di media sosial dan menyita perhatian publik. Dalam rekaman video yang beredar terlihat api melahap bangunan di pekatnya malam.

Rekaman video lain memperlihatkan petugas mengevakuasi belasan kantong jenazah ke dalam ambulans. Jenazah-jenazah tersebut kemudian dibawa menuju RS Bhayangkara Manado untuk proses penanganan lebih lanjut.

Editor: Reza Fajri