25 Contoh Puisi Pendek dari Berbagai Tema, Yuk Ketahui!
JAKARTA, iNews.id - Contoh puisi pendek dari berbagai tema akan diulas berikut ini. Jenis karya sastra ini dapat kita temukan di kehidupan sehari-hari. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi adalah ragam sastras yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Sementara itu menurut Herman J. Waluyo (2002) pada bukunya yang berjudul Apresiasi Puisi, menjelaskan bahwa puisi merupakan salah satu karya sastra yang ditulis dengan bahasa yang dipersingkat, dipadatkan, dan berima. Serta bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata yang imajinatif atau kias.
Puisi pendek adalah jenis yang puisi yang isinya singkat dan tidak menggunakan kata-kata yang terlalu panjang. Namun memiliki makna yang begitu mendalam. Selain itu, berbagai tema juga dapat menjadi pembahasan dalam sebuah puisi.
Berikut ini kami berikan ulasan mengenai contoh puisi pendek dari berbagai tema yang telah dikutip dari Buku Kumpulan Puisi Cermin (Hadi Mulyadi), Senin (2/10/2023).
Karya:Hadi Mulyadi
Kami bangga padamu Ayah.
Tak pernah terlihat berkeluh kesah,
kau hidupi kami tanpa kenal lelah.
Kami sayang padamu Ayah.
Tak terbilang keringat mengucur basah,
selalu berjuang mencari nafkah.
Kami cinta padamu Ayah.
Tak cukup kata mengungkap kisah,
tentang pengorbanan yang penuh sejarah.
Kami panjatkan do’a untukmu Ayah,
agar hidup dan matimu penuh barokah.
Karya: Hadi Mulyadi
Terima kasih mama tercinta,
walau kau sudah tiada
cinta kasihmu masih terasa
tergores mendalam di dada.
Ingin nanda bersua,
apa daya tempat kita berbeda.
Walau mama tidak lagi bersuara
nasehat masih terngiang di telinga.
Nanda mengaku banyak dosa.
Tapi asa,
ingin bersama mama di syurga.
Karya: Hadi Mulyadi
Hari-hari kulewati,
siang malam kumenanti.
Setiap hari kusirami
dengan sepenuh hati.
Kini aku menyaksikan sendiri,
ternyata bunga itu telah mekar.
Dia telah mengharumi rumahku,
dan membuat indah suasana sekitar.
Tapi aku tak selalu bersamanya.
Bau harumnya tidak selalu mengikutiku,
indahnya pun tak selalu dapat kupandang.
Oh… Bungaku
Kirimkan selalu wangimu,
tebarkan indahmu.
Agar dunia tersenyum bersamamu.
Karya: Hadi Mulyadi
Sahabat itu seperti hujan.
Tidak selalu membuat banjir,
tapi menyirami.
Sahabat itu seperti angina.
Tidak selalu mendatangkan badai,
tapi menyejukkan..
Sahabat itu seperti api.
Tidak selalu membakar,
tapi menerangi.
Sahabat itu seperti salju.
Tidak selalu membuat beku,
tapi mendinginkan.
Untukmu sahabat,
ku tulis kekuranganmu di atas pasir,
kuu kir kebaikanmu di atas batu.
Karya: Hadi Mulyadi
Aku ingin memberimu hadiah yang sederhana.
Dengan bahasa tubuh yang lahir dari jiwa,
dengan ungkapan hati yang keluar tanpa paksa,
dengan gerakan sederhana tanpa banyak tenaga.
Aku ingin memberimu hadiah yang sederhana.
Yang tidak bisa dibeli dengan harta,
yang tidak bisa diambil dengan kuasa,
yang tidak bisa diminta dengan senjata.
Aku ingin memberimu hadiah yang sederhana.
Dengan senyum yang hangatkan jiwa,
dengan senyum yang membuat bahagia,
dengan senyum yang mengundang tawa.
Aku ingin memberimu hadiah yang sederhana.
Yang selalu kuberi sebelum kau meminta.
Senyum seribu makna.
Karya: Imam Budiman
sebuah sekolah—sedikit daratan
Halamannya laut dan langit terbentang
Sejauh mata menghadang di batas lazuardi.
Tiada roda empat, pula jalan aspal
Motor matik melupakan masa lalu
Menanggalkan spion kepalanya.
Pada jam istirahat, ditambatkan kapal mesin
Dan perahu milik nelayan. seragam hari senin
Disapu terik, anak-anak berebut membeli jajan
Kepada seorang perempuan muda bermata
Indah penjual mie instan dadakan
Di kejauhan seorang guru berwajah datar
Memantau di depan pagar—barangkali
Menyimpan amarah, mungkin pula
Sedikit kesepian.
Karya: Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Karya: Chairil Anwar
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian
Ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu
Karya: Lang Leav
Kamu telah memberitahuku
Semua hal
Aku perlu mendengar
Sebelum aku tahu,
Aku perlu mendengar mereka
Agar tidak takut dari semua hal
Aku pernah takut,
Sebelum aku tahu
Aku seharusnya tidak takut pada mereka.
Karya: Joanna Fuchs
Bu, cintamu adalah sebuah misteri
Bagaimana kamu bisa melakukan itu semua?
Ibu selalu ada di sana dan memperbaiki hal dengan sempurna
Untuk masalahku, besar dan kecil.
Cintamu melindungiku hari demi hari,
Jadi aku tidak takut, aku aman dan sehat.
Aku merasa bisa melakukan apa saja
Kapan pun ibu ada.
Ibu, cintamu adalah sebuah misteri,
Aku tidak punya petunjuk
Mengapa kamu mencintaiku sepanjang waktu,
Tapi saya sangat senang kamu melakukannya!
Karya: Devi Fatoni
Kubuang jauh hiasan, riasan, citraan
Aku sudah bersamamu, kawan..
Sahabat sejati perlu kita pertahankan dan perjuangkan, bahkan jadikanlah mereka salah satu bagian dalam hidup kita.
Tempat aib bersemayam sahabat sejati perlu kita pertahankan dan perjuangkan, bahkan jadikanlah mereka salah satu bagian dalam hidup kita.
Penyeka peluh dan luh
Tanggal pula nama kebesaran sebab julukanmu
Bagai panggilan sayang
Biar ku menggila sejenak melupakan kerumitan
Yang kau sebut kewarasan
Karya: Arbani Yasiz
Saat aku jatuh terpuruk tak berdaya
Persahabatanku kuagungkan di nadiku
Tekadku ada di pundak mereka
Harapanku kokoh
Dalam genggaman mereka
Keharuan mana yang bisa ku dustakan
Melihat ketulusan yang tak terbantahkan
Semangat mereka begitu membara
Mencari keadilan yang tak bermuara
Karya: eKA Pratiwi
Bimbinganmu berikan cahaya hidupku
Cahaya yang selalu terangi hidupku
Guru
Kau tanamkan segala pelajaran tuk hidupku
Hingga kedamaian kurasa dalam hidupku
Guru
Tanpa lelah kau mengajariku
Tanpa lelah kau membimbingku
Mengarahkanku untuk melangkah maju
Untuk menempuh hidup yang utuh
Terimakasih guru
Atas semua pengajaranmu
Semoga jasamu terbalas oleh Tuhan
Karya: Goenawan Mohamad
Bukankah surat cinta ini ditulis
ditulis ke arah siapa saja
Seperti hujan yang jatuh ritmis
menyentuh arah siapa saja
Bukankah surat cinta ini berkisah
berkisah melintas lembar bumi yang fana
Seperti misalnya gurun yang lelah
dilepas embun dan cahaya.
Karya: Nia Bayu Apriani
Ketika nanti tubuh ini
Terdampar pada ruangan sempit
Terselimut akar-akar penuh duri
Tiada daya kecuali menangis sendiri
Saat baju tinggalkan jiwa
Hanya menyisakan raga berlumur dosa
Inginku kembali pulang
Namun, jalannya telah tertutup sempurna
Isak tangis menelan gulita
Tertunduk patuh pada tepi keinginan
Jeritanku, gelegar petir dalam sunyinya kehampaan
Namun, semua insan tetap menatapku dengan sembab air mata
Karya: Joko Pinurbo
Daun-daun karet berserakan
Berserakan di hamparan waktu
Suara monyet di dahan-dahan
Suara kalong menghalau petang
Di pucuk-pucuk ilalang belalang berloncatan
Berloncatan di semak-semak rindu
Dan sebuah jalan melingkar-lingkar
Membelit kenangan terjal
Sesaat sebelum surya berlalu
Masih kudengar suara bedug bertalu-talu
Karya: Joko Pinurbo
Maukah kau menemaniku makan?
Makan dengan piring yang retak
dan sendok yang patah. Makan,
menghabiskan hatiku yang pecah.
Itulah makan malam terakhirnya
Di surga kecilnya yang suram.
Besok ia sudah terusir kalah
Dan harus pergi menuju entah
Lalu mereka berfoto bersama
Sementara mobil patrol berjaga-jaga
di ujung sana. Lalu hujan datang
memadamkan api di matanya.
Ia akan merindukan rumahnya
dan akan sering menengoknya
lewat mesin pencari kenangan
sebelum malam mimpinya.
Karya: Yuningtias
Serpihan malam
Getaran-getaran halus
Menggenggam lurus
Dalam detik ini
Ingin ku selimuti
Bayang-bayang sepi
Aku kehilangan bayangmu
Kusapu bekas bayangmu
Aku masih seperti kemarin
Menanti dalam hening
Namun kau tak bergeming
Menuju ke arahku
Entahlah… mungkin aku harus berlalu
Mengalah pada waktu
Karena aku di dirimu
Hanya sebagai sosok semu
Aku cukup berdiri disini
Tanpa segala sesuatu tentangmu
Karya: Sam Haidi
Tak akan sempat Insanterpaha;
ribuan nama memesan bersama-sama
sementara
mayat-mayat yang belum berangkat
terbaring berselimut puing-puing
O, Tsunami
Airmu bermuara di mata kami!
Karya: Jehan Sri Handayani
Alangkah indahnya dirimu
Kau mempunyai daun yang lebat
Kau berguna sebagai paru-paru dunia
Hutan malangnya nasibmu
Karena orang yang membakar dirimu
Sangat tega dan tidak mempunyai hati nurani
Dia tidak melihat
Begitu banyak orang yang sakit
Dan meninggal
Udara pun menjadi terganggu
Tanah pun menjadi gersang
Banjir melanda kota
Oh malangnya nasibmu
Karya: Fouren S. Wijaya
Kau yang kini tertawa
Memandikan harta
Duduk dengan santai
Berkawan dengan kemewahan
Darimana semua kau dapat?
Dari hutan yang kau tebang
Dari hewan yang kau bunuh
Apakah kau tak ingat?
Masih ada anak cucu kita
Yang mau melihat keindahan alam
Dan masih mau menghirup udara segar
Karya: Amir Hamzah
Karena kasihmu
Engkau tentukan waktu
Sehari lima kali kita bertemu
Aku anginkan rupamu
Kulebihi sekali
Sebelum cuaca menali sutera
Berulang-ulang kuintai-intai
Terus menerus kurasa-rasakan
Sampai sekarang tiada tercapai
Hasrat sukma idaman badan
Pujiku dikau laguan kawi
Datang turun dari datuku
Diujung lidah engkau letakkan
Piatu teruna di tengah gembala
Sunyi sepi pitunang Poyang
Tadak meretak dendang dambaku
Layang lagu tiada melangsing
Haram gemerencing genta rebana
Hatiku, hatiku
Hatiku sayang tiada bahagia
Hatiku kecil berduka raya
Hilang ia yang dilihatnya
Karya: Shara Nurrahmi
Termakan ego terkibas risau
Kini raga bagai terbilah pisau
Usah resah hingga meracau
Percuma sedu sedan hingga mengigau
Tulus yang terkenang
Sedih yang bergelimang
Harta berharga kini hilang
Seonggok hati kacau bimbang
Harta itu kini terbenam
Sembari menyayat sedikit malam temaram
Cintamu memang kelam
Hingga hatiku ruai sepanjang malam
Karya; Dendy Prasetyo
Sendiri memang sulit
Akal terbang mengayuh sakit
Bandingkan dengan nyata mereka
Hidup seakan sempit dan tak terakit
Jiwa merasa merana
Sendiri mengikat makna
Coba hadapi tapi sama
Sama nihil hasilnya
Berdua adalah harapan
Bagai cahaya setelah gelap
Berharap hujan kan reda
Dan jalani hidup yang cerah
Karya: Sutardji Calzoum Bachri
Ia gemetar naik ke ranjang
sebab menginjak ranjang serasa menginjak
rangka tubuh ibunya yang sedang sembahyang.
Dan bila sesekali ranjang berderak atau berderit,
serasa terdengar gemeretak tulang
ibunya yang sedang terbaring sakit.
Nah, itulah ulasan mengenai 20 contoh puisi pendek dari berbagai tema. Semoga informasi ini dapat memberikan manfaat bagi kamu ya!
Editor: Komaruddin Bagja