Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Apa Benar Alat Tes TBC INDIGEN dari PCR Covid-19? Ini Faktanya!
Advertisement . Scroll to see content

207 Ulama Meninggal selama Pandemi Covid-19

Jumat, 11 Desember 2020 - 21:03:00 WIB
207 Ulama Meninggal selama Pandemi Covid-19
Foto/Ilustrasi
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Pengurus Pusat Rabithah Ma'aid Islamiyah (RMI) Nahdatul Ulama mencatat 207 masyaikh (ulama) wafat selama pandemi Covid-19. Masyaikh merupakan sebutan untuk kiai atau nyai dalam dunia pesantren.

Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma'aid Islamiyah (RMI) Abdul Ghofarrozin menuturkan, 207 orang tersebut terhimpun dari 110 pesantren yang ada di Indonesia. Menurutnya, hal tersebut menjadi ancaman serius bagi kalangan pesantren dan juga Indonesia. 

"Ancaman terhadap pesantren dan kyai berarti ancaman terhadap kelangsungan pendidikan agama dan karakter bangsa Indonesia," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (11/12/2020). 

RMI PBNU, kata dia, melihat negara belum hadir secara optimal dalam penanganan Covid-18 di pesantren. Adapun tiga indikatornya yang memperkuat argumentasi Gus Rozzin ketika menyebut negara belum hadir.

Pertana, tidak optimalnya kordinasi antar dinas atau kementerian terkait penanganan Covid-19 di pesantren, terbatasnya informasi dan edukasi tentang Covid 19 bagi pesantren, serta komunikasi publik yang tidak berpihak kepada pesantren. 

"Terkhusus jika ada klaster pesantren dan di beberapa daerah pesantren sulit mengakses swab PCR test," ujarnya.

Dia pun meminta negara untuk hadir secara lebih serius dengan pola penanganan yang lebih terpadu. Menurutnya, kementerian Kesehatan diharapkan dapat menjadi lokomotif dengan menggandeng Kementerian Agama, Pemerintah Daerah setempat serta ulama.

"RMI sendiri siap menjadi partner strategis terutama terkait koordinasi dan komunikasi dengan pesantren. Secara teknis, penanganan terpadu dapat diwujudkan dalam bentuk pembentukan team task force untuk penanganan Covid-19 di Pesantren mulai tingkat pusat sampai kabupaten atau kota," ungkapnya.

Dia menjelaskan, pendekatan terpadu  harus dimulai dengan proses pencegahan dengan edukasi protokol kesehatan hingga penanganan jika ada kasus paparan Covid-19 di Pesantren. Menurutnta, jika ada kasus Covid-19, pesantren sangat membutuhkan pendampingan agar dapat mengambil keputusan yang tepat terkait keselamatan santri serta pengasuhnya.

"Selanjutnya pesantren juga membutuhkan akses ke dokter dan fasilitas kesehatan, kepastian swab PCR test dan dukungan ruangan isolasi atau karantina yang layak," ucapnya.

Dia menuturkan, arus informasi publik terkait pemberitaan klaster pesantren perlu dikelola dengan baik dan berpihak pada pesantren. Tujuannya agar pesantren tidak terpuruk selama dan pasca masa pandemi ini akan menerima stigmatisasi.

"Semua ikhtiar ini layak dan penting kita kerjakan bersama-sama demi memastikan masa depan pendidikan akhlak dan karakter bangsa," kata dia.

Sekadar informasi, berdaasarkan tabel yang disertai dalam keterangan tertulis tersebut, jumlah tertinggi pencatatan kiai dan nyai yang meninggal akibat Covid-19 terjadi di rentang waktu Agustus-September. Jumlahnya bertambah sebanyak 49 orang dari yang tadinya 41 menjadi 90 Orang.

Editor: Faieq Hidayat

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut