Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Mendagri Minta Maaf: Saya Tak Bermaksud Mengecilkan Bantuan Bencana dari Malaysia
Advertisement . Scroll to see content

5 Berita Terpopuler: Dosa Paling Besar di PO Bus hingga Mahathir Ingin Malaysia Klaim Kepulauan Riau

Rabu, 22 Juni 2022 - 09:43:00 WIB
5 Berita Terpopuler: Dosa Paling Besar di PO Bus hingga Mahathir Ingin Malaysia Klaim Kepulauan Riau
PO Bus (foto: MPI)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Ada aturan yang tidak boleh dilanggar kru perusahaan otobus (PO), yaitu ngompreng atau bahasa jalannya sarkawi. Direktur Operasional PO Bus Haryanto, Rian Mahendara menjelaskan ngompreng adalah mengambil penumpang bukan dari agen. Sopir mengambil penumpang di jalan tanpa tiket yang uangnya masuk ke kru (kondektur dan sopir). Di perusahaan otobus, hal itu adalah dosa paling besar.

Berita terpopuler lainnya adalah Mahatir ingin Malaysia klaim Kepulauan Riau. 

Berikut rangkuman berita terpopuler pada Rabu (22/6/2022):

1. Ngompreng Penumpang Dosa Paling Besar di PO Bus

Ada aturan yang tidak boleh dilanggar kru perusahaan otobus (PO), yaitu ngompreng atau bahasa jalannya sarkawi. Direktur Operasional PO Bus Haryanto, Rian Mahendara menjelaskan ngompreng adalah mengambil penumpang bukan dari agen. Sopir mengambil penumpang di jalan tanpa tiket  yang uangnya masuk ke kru (kondektur dan sopir). Di perusahaan otobus, hal itu adalah dosa paling besar.

Menurut Rian Mahendra, banyak perusahaan yang mengalami kemunduran karena tindakan oknum kru yang ngompreng penumpang. Ini menjadi salah satu faktor penghancur otobus. Rian tidak segan memecat kru yang ketahuan ngompreng. Terbaru, ia memecat tiga kru sekaligus dalam satu bus, yakni dua sopir dan kondektur lantaran kedapatan ngompreng penumpang.

Diketahui, PO bus Haryanto tidak menyediakan smoking area. Hal ini karena rentan terjadi pencurian penumpang (ngompreng). 

2. Mahathir Ingin Malaysia Klaim Kepulauan Riau

Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad mendesak Malaysia untuk mengeklaim Singapura dan Kepulauan Riau. Muhammadiyah pun mengimbau tokoh Indonesia dan malaysia meninggalkan potensi konflik masa lalu.

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir meminta setiap tokoh politik melihat ke depan. Menurutnya, sebagai  bangsa serumpun seyogianya para tokoh kedua negara mampu menghadirkan pemikiran dan pernyataan yang saling menyatukan, bukan memicu perselisihan. Selain itu, ia berharap retaknya hubungan Malaysia dan Indonesia cukup menjadi pengalaman di masa lalu.

Sebelumnya, pada Minggu (19/6/2022) Mahathir Mohamad menyampaikan pernyataan kontroversial dalam acara di Negara Bagian Selangor bernama Kongres Survival Melayu. Mahathir menyatakan, Malaysia dapat mengeklaim Singapura dan Kepulauan Riau. Ia menganggap kemenangan atas sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan di lepas Kalimantan melawan Indonesia di Mahkamah Internasional (ICJ) adalah sesuatu yang berharga.

3. Hari-hari Terakhir Bung Karno Sebelum Wafat

Sebelum wafat, pada 21 Juni 1970, Soekarno (Bung Karno) menjalani hari-hari di Wisma Yaso dengan kondisi kesehatan yang semakin memburuk karena penyakit gangguna fungsi ginjalnya. Fungsi ginjal Bung Karno tidak lagi bekerja secara maksimal. Bahkan ginjal kirinya sudah cukup lama tidak berfungsi serta fungsi ginjal kanannya terus menurun.

Pada akhir 1966, sebelum berhenti sebagai menteri dan dokter pribadi Presiden, dokter Soeharto menjenguk Bung Karno di Wisma Yaso untuk memeriksa. Kepada Kolonel CPM Maulwi Saelan, dokter Soeharto mengatakan kesehatan sang proklamator sangat menurun. Selain masalah fungsi ginjal, juga muncul gejala komplikasi penyakit lain. Diketahui, Bung Karno sudah cukup lama mengidap penyakit gangguan fungsi ginjal.

Pada tahun 1964, Bung Karno pernah menjalani operasi ginjal di Wina. Bung Karno pernah menjalani operasi ginjal di Wina pada 1964. Saat bertemu Bung Karno pada  akhir 1966 itu, dokter Soeharto menyarankan mantan Presiden pertama RI itu untuk dirawat di rumah sakit. Namun Bung Karno tetap berada di Wisma Yaso menjalani hari-harinya dengan menahan rasa sakit dan sepi. Pada 16 Juni 1970, Bung Karno akhirnya dilarikan ke rumah sakit pusat angkatan darat karena kondisi kesehatannya semakin parah. Pada Sabtu, 20 Juni 1970 pukul 20.30 WIB, kesadaran Bung Karno menurun dan Minggu dini hari, sang Proklamator RI itu mengalami koma.

Pada Minggu 21 Juni 1970, pukul 06.30 Wib terlihat anak Bung Karno seperti Guntur Soekarno Putra, Megawati Soekarno Putri, Rachmawati Soekarno Putri, Sukmawati Soekarno Putri dan Guruh Soekarno Putra. Mereka menunggu perkembangan kabar ayah mereka dengan wajah tegang. Tepat pukul 07.07 WIB, Bung Karno wafat. Ia kemudian dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut