5 Contoh Puisi Satire Berbagai Tema, Berisi Sindiran Bijak Penuh Makna!
JAKARTA, iNews.id – Contoh puisi satire ini bisa digunakan untuk melayangkan kritik atau penolakan. Gaya bahasanya yang dibuat elegan dan juga cantik agar pihak yang dikritik tidak marah karena merasa tersinggung.
Awalnya puisi satire digunakan untuk kritik sosial. Oleh karena itu banyak penyair yang membuat puisi ini untuk menyindir pemerintah. Namun pada perkembangannya, puisi satire juga dibuat untuk menyindir seseorang atau perilaku orang lain.
Puisi satire sendiri merupakan jenis puisi baru yang berisikan sindiran atau kritikan terhadap seseorang atau pihak tertentu atas sebuah fenomena yang terjadi
Diketahui bahwa satire berasal dari bahasa latin, yaitu satura yang berarti kritikan atau kecaman tajam terhadap terhadap suatu kejadian atau situasi.
Puisi satire disampaikan dengan kata-kata yang penuh ironi, sarkasme, dan sedikit parodi di dalamnya.
Berikut ini beberapa contoh puisi satire yang bisa digunakan untuk sindiran ke berbagai hal, dikutip dari berbagai sumber, Senin (13/11/2023).
Karya WS Rendra
Aku bertanya...
tetapi pertanyaan-pertanyaanku membentur
jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di
sampingnya, dan delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan, termangu-mangu dalam
kaki dewi kesenian.
Karya: Malik Abdul
Siang di bandara Soekarno-Hatta
Mentari terik menyengat kulit seorang kakek tua
Dia berjalan gontai membawa tas yang penuh dengan pakaian
Terlihat binar matanya menampakkan kerinduan akan kampung halaman
Kepada isteri, anak, dan cucu-cucunya
Bahunya nampak terbungkuk menopang segala beban
Beban yang ada di dalam tasnya
Juga beban akan tanggung jawabnya
Dari arah berlawanan seorang pemuda berjalan cepat
Seperti terburu oleh nafsu sesaat
Tanpa peduli bahwa semua itu perbuatan jahat
Brakk…!
Tampak ia menabrak seorang kakek tua
Sang kakek terjatuh
Tangannya yang ringkih menopang tubuhnya yang terpelanting
Kerumunan orang apatis hanya menyaksikan
Sejenak terhenti dari langkah mereka
Namun seakan peristiwa itu hanyalah hal kecil
Dalam sekejap si pemuda itu terbangun
Dengan gerak cepat ia menyingkapkan dompet coklat dalam jaket
Na’as…
Sang kakek kehilangan segalanya
Semua kerja kerasnya lenyap dalam sekejap
Nampak kesedihan dari mata yang teduh itu
Dari kejauhan ia menyaksikan
Si pemuda itu berlari sangat kencang
Hingga tiba di seberang jalan
Ia hendak terus melawan arah untuk berlari
Namun sebuah bus melaju kencang hingga tiada mampu ia hindari
Saatnya tiba karma berujung mati!
Karya Taufiq Ismail
Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
Surat orang kampungku
Kuguratkan kertas
Risau
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
Ketika berduyun mengemis
Kesinikan hatimu
Kuiris
Lapar di Gunungkidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur
Kauulang jua
Kalau.
Risau
Karya Gus Mus
Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya "malu"
Samson tersipu-sipu, rambut keramatnya ditutupi topi "rapi-rapi"
David coverfil dan rudini bersembunyi "rendah diri"
Entah, andai Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya
Amplop-amplop di negeri amplop mengatur dengan teratur
Hal-hal yang tak teratur menjadi teratur
Hal-hal yang teratur menjadi tak teratur
Memutuskan putusan yang tak putus
Membatalkan putusan yang sudah putus
Amplop-amplop menguasai penguasa
Dan mengendalikan orang-orang biasa
Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan
Mencairkan dan membekukan
Mengganjal dan melicinkan
Orang bicara bisa bisu
Orang mendengar bisa tuli
Orang alim bisa nafsu
Orang sakti bisa mati
Di negeri amplop,
amplop-amplop mengamplopi apa saja dan siapa saja
Karya : Dalang Wanataka
Berkacamatalah dengan pantatku
Namaku bukan untukmu
Tempatkanlah.
Di sisi mana.
Cari sendiri, kau bukan binatang
Tak perlu di atur seperti binatang
Cumi – cumi jalan miring
Kau lebih pandai dari cumi – cumi
Jalanmu lurus tapi berbau busuk
Lidahmu mengambang
Di lalap api kebohongan
Aku berdiri disini.
Menyaksikan dengan rakyat
Betapa indahnya tenggorokanmu
Berbicara tentang kebohongan
Perutmupun ikut bicaca
Penamupun ikut bicara
Jarimupun ikut bergerak
Kakimupun menyertainya.
Mata telinga mu pun jadi saksi
Mulutmu tidak bisa diam
Hambir sama dengan ketutku
Berbau busuk.
Pantatku lebih indah dari mulutmu
Aku berdiri.
Menyaksikan kepahitan rakyat
Aku pun tidak bisa berbuat apa – apa
Kalian lebih tau dari pada aku
Ini suara kami.
Meraung – raung
Tidak seperti kalian menjilat – jilat
Pantatku yang menjijikkan
Semoga kalian mendengar
Tak mengurusi perut kalian lagi
Demikian ulasan tentang contoh puisi satire yang bisa menjadi referensi calon seniman. Semoga bermanfaat!
Editor: Komaruddin Bagja