5 Contoh Seni Pertunjukan Tradisional Indonesia, Nomor 3 Punya Kekuatan Gaib!
JAKARTA, iNews.id - Contoh seni pertunjukan tradisional Indonesia merupakan bagian dari bentuk keragaman budaya bangsa. Tercatat, ada 1.635 warisan budaya Indonesia yang diungkapkan Kemendikbudristek.
Setiap kebudayaan terutama dalam bentuk kesenian, muncul di setiap daerah Indonesia dengan ciri khas masing-masing. Di antaranya, yaitu contoh seni pertunjukan berikut ini.
Berikut contoh seni pertunjukan tradisional Indonesia di beberapa daerah
Melansir buku "SASTRA DAN BUDAYA LOKAL (Konstruksi Identitas Masyarakat Banten Dalam Seni Pertunjukan Debus)" terbitan Uwais Inspirasi Indonesia, penyebaran kesenian debus di Indonesia diduga karena adanya ajaran tarekat Islam. Banten, sebagai salah satu daerah dengan kesenian debus, memiliki jejak aliran tarekat Islam paling kuat dari Sammaniyah dan Rifaiyah.
Uniknya dari atraksi debus adalah orang yang melakukan kesenian ini tidak mengalami luka, seperti saat menusuk perut dengan benda tajam, makan bara api. Hal itu karena, para pelakon sebelum memulai atraksi, mereka melakukan wirid atau disebut dengan wirid tarekat rifa'iyah.
Bacaannya juga tidak sembarang, karena telah tercantum dalam kitab Qawa'id al-Mar'iyah fi Ushul al-Tarekat al-Rifa'iyah. Pada zaman penjajahan, ilmu ini digunakan sebagai perisai untuk menghadapi senjata api penjajah dan mengobati luka tubuh yang terkena sabetan pedang ataupun tembakan peluru.
Contoh seni pertunjukan tradisional Indonesia dari Jakarta adalah ondel-ondel. Kesenian ini memiliki bentuk sebagai boneka raksasa menyerupai manusia dengan topeng wajah yang terbuat dari kayu dan dicat.
Tinggi ondel-ondel bisa mencapai 2,5 meter dengan sepasang bola mata yang melotot. Kemudian, ondel-ondel menggunakan ijuk hitam di kepala yang digambarkan sebagai rambutnya.
Dahulu, ondel-ondel digunakan sebagai keperluan adat dan dianggap memiliki kekuatan gaib untuk menjaga keselamatan kampung. Namun, sekarang fungsinya telah berubah.
Ondel-ondel akan lebih mudah dijumpai pada saat ada acara besar, seperti perkawinan, penganten sunat, ulang tahun Jakarta, perayaan kemerdekaan, dan berbagai acara-acara kesenian lain.
Kesenian ondel-ondel tidak terlepas dengan iring-iringan musik dan lagu. Terutama pada lagu " Nonton ondel-ondel" oleh Joko S pada tahun 70-an, yang mulai dikenal setelah dinyanyikan oleh aktor Benyamin.
Sebagai salah satu kesenian dari Jawa Barat, wayang golek akan menampilkan cerita dengan alur sejarah, serta salah satu induk ceritanya, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Wayang yang digunakan berbentuk golek dan terbuat dari kayu.
Salah satu wayang golek Jawa Barat yaitu, wayang golek Sunda. Berbeda dengan wayang kulit, jenis wayang ini tidak menggunakan kelir sehingga penonton dapat melihat langsung rupa wayangnya, dan bukan dalam bentuk bayangan. Selain itu, ada juga wayang golek pakuan, dengan alur cerita legenda dan sejarah tanah Pasundan.
Berasal dari Kalimantan Selatan, mamanda merupakan bagian dari seni pertunjukan drama atau seni teater. Pertunjukan ,amanda hampir mirip dengan lenong dari Betawi, jika dilihat dari hubungan antarpenonton dan pemain.
Hal yang membedakan adalah penampilan lenong kini menyesuaikan dengan zaman. Sedangkan, mamanda monoton sesuai dengan alur sejarah. Alur monoton ini disebabkan tokoh-tokoh yang wajib dimainkan dalam mamanda, seperti tokoh Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Khadam (badut/ajudan), Permaisuri, dan Puteri.
Reog merupakan seni pertunjukan yang terdiri dari Singabarong, Putri Sanggalangit, Raja Kelana Suwandana, kuda lumping, warok dan penthul. Saat pertunjukan reog berlangsung, biasanya akan diiringi pula dengan musik gamelan.
Sebagai unsur utama reog, Singabarong atau Dadak Merak, berbentuk topeng kepala singa dan memiliki rajutan bulu-bulu merak. Perlu diketahui, Singabarong ini memiliki berat mencapai 50 kg dengan lebar mencapai satu setengah meter dan tinggi 2 meter.
Nah itulah contoh seni pertunjukan tradisional Indonesia. Semoga artikel ini dapat menambah pengetahuan kamu tentang ragam budaya di Indonesia ya!
Editor: Puti Aini Yasmin