5 Contoh Teks Anekdot dalam Bentuk Dialog, Sindiran Halus Dibalut Komedi
JAKARTA, iNews.id – Contoh teks anekdot dalam bentuk dialog berikut ini bisa dibaca di kala waktu senggang. Pasalnya, teks ini memiliki alur cerita yang lucu dan menarik.
Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks anekdot adalah sebuah cerita singkat yang menarik karena terdapat unsur lucu. Walaupun berisi cerita lucu, tetapi teks anekdot juga bisa memiliki banyak maksud yang biasanya digunakan untuk menyampaikan kritik.
Selain itu, teks anekdot terdiri atas tiga jenis, yaitu dalam bentuk artikel, cerpen dan dialog, dikutip dari Luxemburg dkk. (1984:160). Yuk simak contoh teks anekdot dalam bentuk dialog dari berbagai sumber, Jumat (1/9/2023).
Amar: “Mir, ternyata banyak politisi di negeri kita yang sudah kaya raya!”
Amir: “Kalau masalah itu aku juga sudah tau, Mar!”
Amar: “Saking kayanya mereka, sampai mampu memiliki baju termahal di Indonesia.”
Amir: “Hah, baju termahal di Indonesia? Baju apa itu?”
Amar: “Yah, apalagi kalau bukan baju tahanan KPK.”
Amir: “Kok malah baju tahanan KPK?” (Bingung)
Amar: “Iyalah, coba saja kamu pikir, seorang politisi minimal harus mencuri uang negara 1 milyar terlebih dahulu baru bisa memakai baju tersebut.”
Amir: “Ooohh, maksud kamu gitu toh, baru ngerti aku.”
Dinda: Mama tau nggak, apa persamaan mama sama macan?
Mama: Masa mama disamain dengan macan sih nak!
Dinda: Iya lah mama, mama itu galak, terus judes persis kayak macan. Tapi walau gitu macan tetap akan melindungi anaknya, sama kayak mama. Jadinya, aku sayang banget sama mama.
Mama: Aduh rayuanmu maut banget. Tapi kamu juga kayak topeng monyet lho..
Dinda: Masa aku kayak topeng monyet sih Mah?
Mama: Ia sayang, kalo ada maunya baru muji-muji dan baru mau
Mama: Yah.. mama gitu deh...
Monyet Cantik : Kaum manusia, aneh ya.
Monyet Ayu : Emangnya, kenapa?
Monyet Cantik : Setiap orang yang jelek, dibilang dasar monyet. Tersinggung aku. Apa salah kaum kita ya?
Monyet Ayu : Terima ajalah nasib.
Monyet Cantik : Padahal kaum kita, nggak ada yang Korupsi Kolusi Nepotisme Cuma yang ada KKN doang.
Monyet Ayu : Ya, sama aja kalo gitu.
Monyet Cantik : Bukan KKN Korupsi, Kolusi Nepotisme. Tapi, KKN nya adalah Kesana Kesini Nangkring, tau!
Monyet Ayu : O………. gitu ya, dasar monyet!
Turijan: “Maaf, Bu. Bolehkah saya bertanya mengapa Ibu memakan rumput di sini?”
Wanita tua: “Saya sudah seminggu ini tidak makan, Pak. Uang saya habis dan saya merasa sangat lapar.”
Turijan: “Jika begitu, Ibu bisa datang untuk ikut ke rumah saya.”
Wanita tua: “Terima kasih banyak, Pak. Apakah saya bisa mengajak suami dan anak saya untuk datang ke rumah Bapak? Mereka juga sedang kelaparan dan belum makan sama sekali.”
Turijan: “Ajak saja tidak apa-apa.”
Wanita tua: “Kalau boleh saya tahu, mengapa Bapak bersedia untuk mengajak orang seperti kami ke rumah Bapak?”
Turijan: “Kebetulan sekali rumput di depan rumah saya sudah panjang dan tukang kebun sedang libur sehingga belum dipotong.”
Ani : Mar, aku itu paling malas kalau ada acara keluarga.
Maria : Loh, bukannya senang dapat ketemu banyak saudara? Lagi pula kan, banyak makanan.
Ani : Ih, makanan terus. Aku itu malas ketemu mereka.
Maria : Kok, bisa?
Ani : Soalnya, pasti ibuku akan membanding-bandingkan aku dengan saudara. Terus, bibi-bibi atau om-omku akan komentar macam-macam. Emangnya aku barang dagangan apa, dibanding-bandingkan dan dikomentari?
Maria : Itu artinya mereka perhatian, sayang sama kamu.
Ani : Sayang apanya? Kalau sayang itu didukung bukan dijatuhin.
Maria : Bener juga sih. Ya udah ah, nanti kamu jangan main ke rumahku lagi ya?
Ani : Loh, kenapa?
Maria : Soalnya, ibuku suka banding-bandingin aku sama kamu. Sebel tahu!
Editor: Johnny Johan Sompotan