5 Tips agar Vaksinasi Anak Berjalan Lancar ala Dosen Psikologi UB
JAKARTA, iNews.id - Vaksinasi anak usia 6-11 tahun telah digelar pemerintah sejak pekan ini untuk melindungi anak dari paparan Covid-19. Agar kegiatan dapat berjalan lancar, dosen dari Universitas Brawijaya (UB) Ari Pratiwi memberikan beberapa tips.
Menurut Ari, vaksinasi anak yang didorong pemerintah bisa melindungi anak-anak dari penyebaran virus corona. Terlebih, saat ini sudah ada varian virus baru yang masuk Indonesia, yakni Omicron.
Apalagi, vaksinasi anak bisa mendorong pembelajaran tatap muka berlangsung lebih aman. Berikut 5 tips yang disampaikan oleh Ari Pratiwi.
Ari menyarankan agar anak-anak diberi pemahaman mengenai vaksin covid-19. Orang tua bisa membahasakan dengan imunisasi. Pemberian pemahaman ini tidak akan membuat anak cemas dan resah.
“Mereka ini kan usia SD jadi pada umur ini kan ada beberapa imunisasi yang dilakukan. Dan mereka sudah cukup tahu tentang hal ini,” ucapnya melansir laman resmi UB, Jumat (17/12/2021).
Peran orang tua pada anak usia 6-11 tahun masih sangat besar. Dengan memberikan contoh vaksinasi terlebih dahulu akan membuat anak merasa aman dan tidak takut.
“Di usia inikan paling mudah meniru. Jadi kalau orang tua sudah vaksin dan tidak ada gejala KIPI anak tak akan takut,” ungkap alumni Universitas Indonesia ini.
Jika tidak bisa memberi contoh karena belum vaksin akibat beberapa kondisi, orang tua bisa memberi pengetahuan lewat dongeng atau cerita. Orang tua bisa mengenalkan anak pada virus corona.
“Seandainya tidak tahu corona seperti apa kenalkan dengan buku edukasi tentang Corona. Jelaskan vaksin itu apa, vaksin mampu cegah penyakit sehingga harus disuntik. Berikan hal hal baik tentang vaksin,” terang Ari.
Tidak hanya itu, menceritakan proses vaksinasi kepada anak melalui dongeng juga bisa dilakukan. Misalkan memberikan perumpamaan vaksin seperti tentara yang akan masuk dalam tubuh untuk melindungi.
“Usia SD yang kecil seperti kelas 1, 2 atau 3 bisa melalui dongeng atau film kartun. Bisa ceritakan misal kita mau masukkan tentara ini dalam jarum suntik yang nantinya bisa melindungi tubuh,” imbuh dia.
Sebelum anak melakukan vaksinasi, pastikan kondisi mood atau psikologi anak tengah nyaman. Ari menyebut jika proses vaksinasi dijalankan bersama teman teman sekolah maka kondisinya akan lebih mudah.
“Harus tetap ciptakan suasana yang nyaman. Apalagi kalau vaksinnya ramai ramai sama temannya. Saat imunisasi mereka juga bersama sama, antri bersama. Ini akan meredakan stress,” tutur dosen yang juga konselor di layanan konseling mahasiswa UB ini.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) harus diantisipasi sejak awal oleh orang tua. Ari menjelaskan anak-anak perlu dikurangi tingkat kecemasan dengan mengurangi informasi tentang KIPI yang menyebabkan meninggal.
Kemudian yang juga penting, kata Ari adalah meyakinkan anak agar tetap mau menjalani vaksin dosis kedua. Jangan membuat anak merasa trauma dengan vaksinasi.
“Kalau untuk usia 6-11 tahun kita belum tahu akan menjalani berapa dosis. Kalau anak saya kemarin usia 13 vaksin pertama aman vaksin kedua merasa ngilu dan demam. Misal usia 6-11 tahun ini juga dua dosis maka harus dijaga jangan sampai trauma untuk vaksin kedua,” ungkap Ari.
“Jaga psikologis mereka. Misal bisa bilang tentaranya lagi perang jadi tidak apa apa sakit sedikit tapi selanjutnya akan lebih terjaga badannya. Berikan sugesti positif,” sambungnya.
Orang tua juga perlu menyiapkan obat seperti Paracetamol untuk mengurangi efek samping, seperti demam usai vaksinasi. “Orang tua juga kalau sudah tahu tanggal berapa anak akan vaksin harus jaga kondisi fisik anak. Jaga moodnya saat hari H,” tutup dia.
Editor: Puti Aini Yasmin