Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Viral Jisoo BLACKPINK Tulis Bahasa Indonesia di Postingan Instagram, Fans Histeris!
Advertisement . Scroll to see content

7 Cerita Dongeng Pendek, Cocok Dibacakan kepada Anak Sebelum Tidur 

Selasa, 13 Februari 2024 - 08:24:00 WIB
7 Cerita Dongeng Pendek, Cocok Dibacakan kepada Anak Sebelum Tidur 
Cerita Dongeng Pendek (Foto: Shutterstock)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Ada satu aktivitas yang perlu dilakukan orang tua sebelum beristirahat di malam hari, yakni membacakan cerita dongeng pendek kepada anak. 

Dongeng merupakan jenis karya sastra yang memuat tentang cerita anak. Adapun, kemunculan dari dongeng ini berawal dari tradisi dari lisan ke lisan. Lalu, diturunkan atau diwariskan dari generasi awal ke selanjutnya. 

Menurut Kurniawan (2016), dalam bukunya yang berjudul Kreatif Mendongeng untuk Kecerdasan Jamak Anak, cerita yang dimuat dalam dongeng biasanya terinspirasi dari imajinasi dan rekayasa. Tema yang dibahas pun dapat beragam, seperti dunia hewan, peri, dan lain sebagainya. 

Membaca dongeng dapat dijadikan sebagai salah satu metode orang tua untuk mengajarkan arti kehidupan dan moral kepada anak. Diharapkan, nantinya anak dapat mengaplikasikan nilai moral tersebut di kehidupan sehari-hari. 

Lantas, seperti apa bentuk cerita dongeng pendek? Mengutip dari berbagai sumber, Senin (11/2/2024), berikut iNews.id akan berikan ulasannya. 

Cerita Dongeng Pendek

1. Kisah Burung Hantu dan Belalang

Di suatu hari, ada sebuah pohon tua yang di dalamnya hidup burung hantu pemarah dan juga galak. Apalagi jika ada yang mengganggu tidurnya di siang hari. Dan saat malam hari, mereka bangun dengan suaranya sambil mencari serangga, katak, tikus, dan juga kumbang untuk dimakan.

Pada sore hari di musim panas, burung hantu tidur lelap di lubang pohon. Namun, tiba-tiba ada belalang yang sedang bernyanyi. Burung hantu terganggu akan hal itu dan meminta belalang untuk pergi dari sana.

“Hei, pergi dari sisi kau belalang! Apa kamu tak punya sopan santun mengganggu tidur orang yang sudah tua?”

Namun, belalang menjawab hal itu dengan nada kasar bahwa ia juga memiliki hak atas pohon tersebut. Bahkan, ia bernyanyi dengan suara yang lebih keras. Burung hantu menyadari bahwa berdebat pun tidak akan ada gunanya. 

Sementara siang hari matanya masih rabun sehingga ia tidak bisa memberi hukuman kepada belalang tersebut.

Akhirnya, burung hantu berfikir mengenai cara untuk menghukum sang belalang. Ia pun menengokkan kepalanya ke lubang pohon dan berkata dengan sangat ramah.

“Hai belalang, jika aku terus bangun aku pasti mendengar kamu bernyanyi. Tahu tidak, ada memiliki anggur di sini. Jika kau mau, kesinilah. Dengan memakan anggur ini, suaramu akan seperti Apollo karena ini kiriman dari Olympus”.

Akhirnya, sang belalang terbawa hanyut oleh rayuan dan pujian burung hantu. Ia pun

2. Kisah Belalang dan Semut

Pada suatu hari musim panas yang cerah di sebuah lapangan, seekor belalang sedang melompat-lompat.

Seekor semut pun lewat dengan susah payah membawa sebatang jagung yang dibawa ke sarangnya. Belalang mengundang semut untuk duduk mengobrol dengannya.

Tetapi semut menolak dan mengatakan, "Saya menyimpan makanan untuk musim dingin. Kenapa kamu tidak melakukan hal yang sama?" tanya semut kepada belalang.

Belalang pun menjawab, "Hah?! Mengapa repot-repot tentang musim dingin?" kata belalang. Belalang merasa yakin jika dirinya punya cukup makanan saat ini.

Tapi semut terus berjalan dan bekerja keras mengumpulkan makanan.  Akhirnya, ketika musim dingin tiba, belalang menemukan dirinya sekarat karena kelaparan. Sementara itu, melihat semut membagikan jagung dan biji-bijian dari gudang mereka. Kemudian belalang mengerti bahwa hal yang seharusnya dilakukan adalah mempersiapkan diri dengan baik.

 melompat ke sarang tersebut dan karena burung hantu sudah langsung bisa melihat belalang dengan matanya, maka belalang langsung diterkam serta dimakan oleh burung hantu.

3. Kisah Burung Bangau yang Pandai Menari

Di sebuah tepian sungai yang ditumbuhi banyak rerumputan, ada seekor bangau yang suka sekali menari. Sehari-hari, yang ia lakukan hanyalah menghentakkan kaki-kakinya yang jenjang ke rerumputan basah dan menggoyang-goyangkan lehernya.

Suatu hari saat tengah asyik menikmati tariannya, ia mendengar beberapa suara kecil seolah sedang marah pada dirinya. Bangau pun menghentikan tariannya seketika dan mencari asal suara. 

Bangau menemukan koloni semut yang menempel pada kakinya, ternyata ia tidak sengaja menginjak rumah semut. Rumah semut hancur, semua semut dan makanannya ikut terinjak.

“Uups… maafkan aku sahabat-sahabatku, aku tidak sengaja menginjak rumah kalian.”

“Apa kau tidak bisa menari di tempat lain? Kami sudah bekerja keras mengumpulkan makanan sebelum musim hujan tiba. Kami juga berusaha memperbaiki rumah kami agar tidak terseret air hujan. Namun, dengan sekali hentakkan kakimu saja, rumah kami beserta isinya hancur.”

Bangau merasa sangat bersalah. Dilihatnya semut-semut kecil di bawah kakinya. Mereka bekerja dengan sangat keras mencari makanan dan menggotong makanan tersebut bersama-sama. Mereka juga memperbaiki sarang agar bisa menjadi tempat tinggal yang baik sebelum musim kemarau berakhir.

Bangau pun mencari cara agar dapat memperbaiki kesalahan. Jika ia tidak membantunya, semut tidak akan punya cukup waktu untuk memperbaiki sarang dan mencari makanan untuk persediaan musim hujan.

“Tunggu sebentar, aku akan mengganti semua sarang dan makananmu.” Bangau melesat cepat dengan kaki jenjangnya, ia mencari apa pun yang dapat dijadikan sarang semut. Namun, ia tidak menemukan benda apa pun yang bisa menjadi sarang untuk para semut.

Bangau kehabisan akal, ia hanya berputar-putar di sekitar sungai dan tidak menemukan apa pun. Begitu pula dengan makanan semut, ia bingung harus dengan apa mengganti makanan mereka yang telah hancur terinjak itu. 

Ia pun kembali pada semut yang menunggu bangau dan keheranan dengan sikap bangau yang hanya berputar-putar.

“Maafkan aku semut, aku tidak bisa menemukan apapun untuk membuat sarangmu. Namun, karena aku sudah berbuat salah, kau dapat tinggal di rumahku dan aku akan bekerja keras mencarikan makanan untukmu selama musim hujan.”

Sejak saat itu bangau belajar dari semut untuk selalu bekerja keras dan membagi waktu antara menari dan bekerja.

4. Kisah Beruang dan Ibunya

Seekor beruang kecil hidup di hutan dalam kondisi berbeda dengan beruang kebanyakan, ia terlahir dengan tubuh yang tidak sempurna.

Beruang kebanyakan memiliki dua tangan untuk mencakar dan dua kaki. Sementara anak beruang yang satu ini tidak memiliki telapak tangan, sehingga ia tidak bisa mencakar apa pun.

Sejak lahir hingga usianya menginjak remaja, beruang kecil selalu bersama ibunya. Ia selalu menerima ejekan dari beruang lain ataupun hewan hutan yang lain.

“Hai beruang tanpa tangan, bisakah sekali saja kulihat kau berjalan tanpa ibumu?” tanya anak harimau, ibu beruang memperingatkan anaknya untuk tidak menggubris ejekan hewan lain.

Ibu beruang khawatir jika anaknya sendiri, ia tidak akan bisa melindungi dirinya jika ada hewan yang ingin memangsa. Namun, beruang yang dikucilkan merasa sedih karena setiap hari ia harus mendengar ejekan teman-temannya.

Saat asik berjalan-jalan di hutan, beruang kecil menemukan sebilah pisau yang ditinggalkan seorang pemburu. Ia pun mengambil pisau itu dan meminta ibunya mengikatkan pisau itu pada tangannya. Dengan menggunakan akar pohon, pisau itu melekat kuat di tangan beruang.

Saat teman-temannya mengejek beruang, ia lalu menunjukkan pisau tajam yang berada di tangannya. Beruang juga menunjukkan dengan pisau itu ia dapat mencakar pohon di hadapannya, kulit pohon yang ia cakar tercabik-cabik.

Hewan-hewan yang semula mengejeknya kini membisu, walaupun beruang tidak memiliki telapak tangan, ia merupakan beruang yang hebat.

“Maafkan kami, Beruang, tak seharusnya kami berlaku buruk padamu“ ujar anak harimau.

“Kau beruang yang hebat, maukah kau menjadi teman kami?” tanya anak singa.

“Kami semua memiliki kekurangan,” ujar anak serigala.

“Aku tidak membenci kalian semua, aku juga sudah menganggap kalian adalah teman-temanku. Namun. aku ingin selalu bersama Ibu agar kami dapat saling menjaga. Kita semua sama, memiliki kelebihan dan kekurangan. Aku mohon pada kalian, teman-temanku. Berhentilah menghina hewan lain.”

Semua terdiam mendengar perkataan beruang, ia pun berlalu bersama ibunya.

5. Asal Mula Kucing dan Anjing Bermusuhan

Seorang penjahit baju memiliki dua ekor hewan peliharaan yang sangat cantik, seekor anjing dengan bulu lebat dan seekor kucing yang menggemaskan. Anjing dan kucing saling menyayangi seperti saudara. Ketika penjahit mendapat bayaran dari jasa menjahitnya, anjing dan kucing mendapat bagian makanan enak.

Anjing diberi beberapa tulang yang enak dan kucing mendapat bagian ikan, makanan favorit keduanya. Pada suatu hari si penjahit menderita sakit. Setiap hari ia hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur. Semua pesanan celananya terabaikan karena penjahit benar-benar tidak bisa menyelesaikan jahitannya.

Anjing dan kucing diminta penjahit untuk membantunya menyelesaikan pekerjaan rumah, seperti mengambilkan segelas susu, mengambilkan obat penjahit, dan beberapa pekerjaan mudah yang dapat dilakukan oleh anjing dan kucing.

Kucing yang malas merasa keberatan dengan penjahit yang kerap meminta tolong padanya. Ia berpikir, kini penjahit sudah tidak memberinya makanan. Jadi untuk apa ia membantunya. 

Sementara anjing memiliki pemikiran yang berbeda, selama ini penjahit telah merawatnya dari kecil serta memberinya makanan enak setiap hari. Kini penjahit membutuhkannya, sudah sepantasnya anjing membantu penjahit.

Semakin lama kondisi penjahit semakin memburuk. Anjing merasakan kepedihan yang teramat sangat. Sesekali ia menjilat kaki tuannya berharap ia bisa bermain seperti dulu lagi. Namun, setiap kali ia menjilat kaki tuannya, setiap itu pula ia semakin merasa kecewa karena kaki tuannya yang lemah tidak bergerak lagi.

Sebaliknya, kucing malah semakin merajalela. Apapun makanan yang tersedia, dilahapnya. Ia pun lebih memilih bermain bersama teman-temannya ketimbang bersama tuannya. Ia sudah tidak peduli lagi dengan kondisi penjahit yang semakin memburuk.

Hingga suatu hari, penjahit meninggal dunia. Anjing sangat sedih, ia seperti kehilangan arah. Di rumah penjahit yang kini sudah tidak ditinggali oleh pemiliknya, anjing hanya bisa duduk termenung di sisi mesin jahit yang tidak terpakai lagi.

Bahkan ia sudah berhari-hari tidak makan. Anjing kerap mendatangi tempat tidur penjahit, berharap yang ia cari berada di sana. Namun, tak pernah tampak, karena penjahit sudah pergi untuk selamanya.

Bahkan anjing dan kucing kerap memperebutkan makanan karena sudah tidak ada yang membagi makanan mereka lagi. Melihat anjing yang selalu memikirkan penjahit, kucing pun merasa risih. Ia pun berniat mengusir anjing.

Suatu malam saat anjing tidur, kucing memakai mantel bulu milik anjing. Hingga ia menjadi mirip sekali dengan anjing. Kemudian ia mencuri makanan tikus. Tikus-tikus pun mengira anjing yang melakukannya.

Tikus-tikus dan kucing mengusir anjing, namun anjing yang merasa dikhianati kucing, berkata pada kucing dengan sangat marah.

“Kini pertemanan kita berakhir. Jika kau lebih memilih mengusirku dari sini, aku berjanji anak cucuku tidak akan mau tinggal di rumah yang terdapat anak cucumu.”

Tidak lama kemudian, tikus juga merasa sangat risih dengan keberadaan kucing. Mereka ingin hanya kelompok tikus yang menghuni rumah itu. Salah satu tikus memakai mantel bulu kucing, hingga ia terlihat seperti kucing lalu kemudian mencuri makanan para tikus. Keesokan harinya tikus-tikus yang mengira makanan mereka dicuri kucing, mengusir kucing itu.

Itulah mengapa anjing dan kucing hingga kini bermusuhan. Jika di suatu rumah terdapat anjing dan kucing, mereka kerap bertengkar karena mereka tidak ingin tinggal bersama. Sama halnya dengan kucing dan tikus yang juga saling bermusuhan.

6. Keledai Pembawa Garam

Pada suatu hari di musim panas, tampak seekor keledai berjalan di pegunungan. Keledai itu membawa beberapa karung berisi garam di punggungnya. Karung itu sangat berat, sementara matahari bersinar dengan teriknya. 

"Aduh panas sekali. Sepertinya aku sudah tidak kuat berjalan lagi," kata keledai. Di depan sana, tampak sebuah sungai. "Ah, ada sungai! Lebih baik aku berhenti sebentar," kata keledai dengan gembira.

Tanpa berpikir panjang, ia masuk ke dalam sungai dan byuur! Keledai itu terpeleset dan tercebur. Ia berusaha untuk berdiri kembali, tetapi tidak berhasil. Lama sekali keledai berusaha untuk berdiri. 

Anehnya, semakin lama berada di dalam air, ia merasakan beban di punggungnya semakin ringan. Akhirnya keledai itu bisa berdiri lagi. "Ya ampun, garamnya habis!" kata tuannya dengan marah. "Oh, maaf! garamnya larut di dalam air ya?" kata keledai.

Beberapa hari kemudian, keledai mendapat tugas lagi untuk membawa garam. Seperti biasa, ia harus berjalan melewati pegunungan bersama tuannya. "Tak lama lagi akan ada sungai di depan sana," kata keledai dalam hati. 

Ketika berjalan menyeberangi sungai, keledai menjatuhkan dirinya dengan sengaja. Byuuur!. Tentu saja garam yang ada di punggungnya menjadi larut di dalam air. Bebannya menjadi ringan. 

"Asyik! Jadi ringan!" kata keledai ringan. Namun, mengetahui keledai melakukan hal itu dengan sengaja, tuannya menjadi marah. "Dasar keledai malas!" kata tuannya dengan geram.

Keesokan harinya, keledai mendapat tugas membawa kapas. Sekali lagi, ia berjalan bersama tuannya melewati pegunungan. Ketika sampai di sungai, lagi-lagi keledai menjatuhkan diri dengan sengaja.

Byuuur! Namun apa yang terjadi? Muatannya menjadi berat sekali. Rupanya kapas itu menyerap air dan menjadi seberat batu. Mau tidak mau, keledai harus terus berjalan dengan beban yang ada di punggungnya. Keledai berjalan sempoyongan di bawah terik matahari sambil membawa beban berat di punggungnya.

7. Bola Warna-Warni dan Teman Baru

Komo kesepian. Dia tinggal sendirian. Ayah ibunya sudah tiada. Dia hidup sebatang kara. Setiap hari, dia hanya termenung di atas batu dan melamun. Selain mencari makan dan minum, dia tidak akan berpindah dari sana.

Suatu hari, Komo menemukan bola warna-warni. Komo sangat senang Dia memain-mainkan bola itu riang gembira. Dilemparnya, ditendangnya, diambil, begitu seterusnya hingga dia lelah dan tertidur. Akhirnya, bola itu menjadi benda kesayangannya. Bahkan jika tidur pun dia akan selalu memeluk bola itu.

Siang itu, sehabis makan. Komo bermain dengan bolanya. Dia begitu gembira, sampai dikejutkan oleh sebuah suara, "Kembalikan bolaku!"

Komo kaget dan langsung menoleh ke sumber suara. Di sana ada komodo lain sedang menatapnya garang. Komo kaget "Kamu siapa?" tanyanya. "Tidak perlu tahu siapa aku. Pokoknya kembalikan bola itu!" balas komodo tadi tak ramah.

Komo langsung memeluk bola itu k erat. Tidak bisa!" katanya. "Ini bolaku. Aku menemukannya beberapa hari yang lalu. "Iya... Itu punyaku. Aku kehilangan bola itu beberapa hari yang lalu!"

"Apa buktinya ini bola kamu?" Tantang Komo dengan berani.

"Ada tanda hitam di salah satu sisinya!" jawabnya yakin.

Komo pun cepat memeriksa bola itu. Benar. Di antara warna-warninya yang cerah ada setitik warna hitam pekat. Akhirnya, Komo pun mengalah. Dia menyerahkan bola itu dengan berat hati. Komo merasa sangat sedih. Bola itu selama ini sudah menjadi teman baiknya.

Tampaknya komodo asing itu tidak tega melihat Komo bersedih. "Baiklah! Mulai sekarang, bola ini milik kita bersama. Tiap hari, aku akan datang ke sini. Kita main bersama."

"Serius?" tanya Komo tak percaya. "Iya, serius! Tunggu aku di sini besok, ya," jawabnya. Lalu dia pun pergi

"Hei!” panggil Komo. "Siapa nama kamu?

"Panggil aku Momo!" jawabnya.

Keesokan harinya, Momo datang Komo dan Momo bermain bola bersama Alangkah bahagianya Komo Dapat bola dan juga seorang teman yang baru.

Itulah informasi mengenai cerita dongeng pendek. Semoga bermanfaat!

Editor: Komaruddin Bagja

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut