7 Cerita Fabel Bahasa Inggris Singkat dan Terjemahannya, Penuh Pesan Moral
JAKARTA, iNews.id - Cerita fabel Bahasa Inggris singkat dan terjemahannya berikut ini dapat dijadikan referensi bagi yang ingin story telling di depan banyak orang.
Cerita fabel merupakan cerita tentang hewan yang memiliki perilaku dan dapat berbicara layaknya manusia. Biasanya berbagai pesan moral dapat dipetik pembaca.
Selain berbahasa Indonesia, cerita fabel dapat pula disampaikan dengan Bahasa Inggris. Membacakan cerita fabel berbahasa Inggris dinilai efektif untuk menambah kosa kata.
Berikut ini ulasan mengenai cerita fabel Bahasa Inggris singkat dan terjemahannya dikutip berbagai sumber, Jumat (6/10/2023).
1. Judul: Arrogant Cat
A few years ago, in a dense forest there were very many animals, among the animals that lived, there was an arrogant cat that was very clean, furry and also smooth white. So many animals like it, but it is too proud and arrogant with its strengths.
One day the cat wants to live alone without a cat family, because he feels it's great to survive alone without the help of his family.
On his journey he rested close to the chicken family. On a sunny morning, the cat was angry because the chicken had awakened his sleep, "O chicken, how sassy you woke me up coupled with your ugly children". The chicken family is very angry, they drive the cat away, with a feeling of annoyance when the cat leaves the place.
With a feeling so tired the cat sleeps on the shoulder of the elephant, when the elephant is about to wake up accidentally the elephant drops the cat. “Hey you rotten elephant, why did you take me down, you want to kill me?". The elephant approached and said, "Oh, you are so beautiful “. The cat scratches the elephant, and makes the elephant run amok so that the cat is thrown by it.
The cat is very upset and also hungry, he tries to look for food in the soil he meets with worms. “You’re a beautiful cat, but why are you taking my food?". The cat said. “All animals know my beauty, therefore I have the right to do what I want,” then the worm says, “Arrogant cat, can you survive in the ground? “. “Hahaha, it’s a small thing," said the cat. They finally made a deal.
Finally, after a day the cat in the ground a group of worms tried to see it, but the cat was dead, several worms told this to the cat family. But when his family arrived, the arrogant cat that had died was already eaten by a lion.
Terjemahan Kucing yang Sombong:
Beberapa tahun yang lalu, di sebuah hutan yang lebat terdapat hewan yang sangat banyak, di antara hewan-hewan yang tinggal, ada seekor kucing yang sombong yang sangat bersih, berbulu lebat dan juga halus berwarna putih. Sehingga banyak hewan yang menyukainya, namun ia terlalu angkuh dan juga sombong dengan kelebihannya.
Suatu hari si kucing tersebut ingin hidup sendiri tanpa keluarga kucing, karena ia merasa sudah hebat bertahan hidup sendiri tanpa bantuan keluarganya.
Di dalam perjalanannya ia beristirahat berdekatan dengan keluarga ayam. Pada waktu pagi yang cerah, kucing tersebut marah karena sang ayam sudah membangunkan tidurnya, "Hai ayam, lancang sekali kamu membangunkanku ditambah lagi dengan anak-anakmu yang jelek." Keluarga ayam sangat marah, mereka mengusir kucing tersebut dan kucing itu meninggalkan tempat tersebut dengan perasaan kesal.
Dengan perasaan yang begitu lelah kucing tidur di atas pundak gajah, pada saat gajah hendak bangun tanpa sengaja gajah menjatuhkan kucing. "Hai kau gajah busuk, mengapa kau menjatuhkanku, kau ingin membunuhku?" Gajah mendekat dan berkata "Oh, kau begitu cantik". Kucing mencakar gajah dan membuat gajah mengamuk sehingga kucing terpelanting olehnya.
Kucing sangat kesal dan juga lapar, ia mencoba untuk mencari-cari makanan di dalam tanah ia bertemu dengan cacing. "Kau kucing yang cantik, tapi mengapa engkau mengambil makananku?"
Kucing berkata, "Semua hewan mengetahui kecantikanku karena itu aku berhak melakukan sesukaku,". Kemudian, cacing berkata, "Dasar kucing sombong! Apa kau bisa bertahan hidup di dalam tanah?" "Hahaa, itu hal kecil," kata kucing. Mereka pun akhirnya membuat kesepakatan.
Akhirnya, setelah sehari kucing di dalam tanah sekelompok cacing mencoba melihatnya. Akan tetapi kucing tersebut telah mati, beberapa cacing memberitahukan hal ini kepada keluarga kucing. Namun ketika keluarganya sampai, kucing sombong yang telah mati tersebut sudah dimakan oleh singa.
Pesan Moral: Jangan pernah sombong dengan kemampuan yang dimiliki karena setiap orang memiliki kelebihan masing-masing.
2. Judul: The Fox and The Stork
Once upon a time, there was a fox and a stork who lived in a jungle. The two animals were neighbors. The cunning fox one day thought of a devious plan to amuse himself at the expense of the good-natured stork, at whose odd appearance he was always laughing.
"You must come and have dinner with me today," the fox said to the stork one day, smiling to himself at the trick he was going to play on the poor stork.
The stork happily accepted the invitation and arrived in good time for dinner and with a very good appetite. The fox served soup for dinner but in a very very shallow dish.
The stork could not drink it but was only able to wet the very tip of his bill in it. On the other hand, the fox drank it up easily and, to increase the disappointment of his neighbor, made a great show of enjoyment.
The poor and hungry stork was much displeased at the fox’s trick, but he was calm and saw no good in flying into a rage.
Not long afterwards, the stork invited the fox to have dinner with him at his house. The fox arrived promptly at the stork’s house at the decided time. The stork served a fish dinner with a very appetizing aroma. But this time, the stork served in a tall jar with quite a narrow neck.
The stork could get at the food easily with his long beak, but the fox couldn’t. All the fox could do was sniff at the delicious aroma.
The fox lost his temper, but the stork said calmly.
“One should not play tricks on their neighbors unless they can stand the same treatment themselves”.
Terjemahan Rubah dan Bangau:
Dikisahkan ada seekor rubah dan seekor bangau yang tinggal di hutan. Kedua binatang itu bertetangga. Rubah yang licik suatu hari memikirkan rencana licik untuk menghibur dirinya sendiri dengan mengorbankan bangau yang baik hati, yang penampilannya aneh dan selalu ditertawakan Rubah.
"Kamu harus datang dan makan malam denganku hari ini," kata rubah kepada bangau suatu hari. Rubah tersenyum dengan tipuannya.
Bangau dengan senang hati menerima undangan tersebut dan tiba tepat waktu untuk makan malam. Rubah menyajikan sup untuk makan malam, namun hidangannya sangat sedikit. Bangau tidak dapat menyeruput supnya tetapi hanya mampu membasahi ujung paruhnya.
Di sisi lain, Rubah meminumnya dengan mudah dengan menunjukkan kenikmatan yang luar biasa. Bangau yang malang dan lapar tidak senang dengan tipuan rubah, namun ia tetap tenang dan merasa tidak ada gunanya untuk marah.
Tak lama berselang, kini giliran Bangau yang mengundang Rubah untuk makan malam bersama di rumahnya. Rubah tiba tepat waktu di rumah Bangau.
Bangau menyajikan makan malam ikan dengan aroma yang sangat menggugah selera. Namun kali ini, Bangau menyajikannya dengan toples tinggi dengan lubang yang cukup sempit.
Bangau dapat memakan makanannya dengan mudah menggunakan paruhnya yang panjang, namun Rubah tidak bisa. Rubah hanya bisa mengendus aroma lezatnya. Rubah kehilangan kesabaran tetapi kemudian Bangau berkata dengan tenang.
"Seseorang seharusnya tidak mempermainkan tetangga mereka kecuali mereka sendiri mendapatkan perlakuan yang sama."
Pesan Moral: Orang-orang akan memperlakukan seseorang sama seperti ia memperlakukan mereka. Dalam kisah ini, Rubah seakan mengolok-olok Bangau dengan menawarinya makan malam di piring yang tidak bisa digunakan untuk makan. Sebagai bentuk pelajaran pada Rubah, Bangau pun mengundang balik Rubah untuk makan malam di rumahnya dengan melakukan hal seperti yang dilakukan oleh Rubah.
Meskipun Bangau baik hati, namun ketika ia melihat tetangganya sendiri melakukan tipuan untuk bersenang-senang, ia ingin memberikan pelajaran. Bangau mengajarkan kepada Rubah bahwa orang lain akan memperlakukanmu sama seperti yang dilakukannya kepada orang lain.
3. Judul: Rabbit and Twenty Crocodiles
One day, a rabbit will cross the river, but he cannot swim. He has an idea. He called the head of the crocodile who was swimming in the river. Rabbit asks the head of Crocodile.
"How many crocodiles are there in this river?" Head of Crocodile answered, “We have twenty tails here."
"Where are they?" Rabbit asks for some time. "What for?" The head of the crocodile asked.
"You're all good, so I want you to line up regularly,".
The chief then Crocodile called out all his friends and marched regularly. Then the Rabbit starts the calculation by jumping from one Crocodile to another Crocodile: one … two … three … four … to twenty, and finally he thanks all the Crocodiles because he can cross the river.
The message contained in the fable is, that before we act better we think first so we can solve the existing problem.
Terjemahan Kelinci dan Dua Puluh Buaya:
Pada suatu hari, seekor Kelinci akan menyeberangi sungai, namun ia tidak bisa berenang. Dia memiliki suatu ide. Dia memanggil kepala Buaya yang sedang berenang di sungai. Kelinci bertanya kepada kepala Buaya.
"Ada berapa banyak Buaya di sungai ini?" Kepala Buaya menjawab, "Kami disini ada dua puluh ekor,".
"Di mana mereka?" Kelinci bertanya untuk beberapa waktu, "Untuk apa itu?" Kepala Buaya bertanya.
"Kalian semua baik, jadi aku ingin kalian berbaris secara teratur,".
Kepala kemudian Buaya memanggil semua temannya dan berbaris secara teratur. Kemudian Kelinci memulai hitungannya dengan meloncat dari satu Buaya ke Buaya yang lainnya : satu…dua….tiga…empat…hingga dua puluh, dan akhirnya dia berterima kasih ke semua Buaya karena ia dapat menyeberangi sungai.
Pesan Moral: Cerita ini mengajarkan para pembaca untuk berpikir lebih matang sebelum bertindak agar bisa menyelesaikan permasalahan dengan baik.
4. Judul: Elephant and Mouse
One day, an Elephant was walking through the forest. He stepped on a Mouse. The Mouse was very angry and said, “You are so big and strong. Why did you step on me?" The Elephant said, "I'm sorry. I didn’t see you.” The Mouse said, "Now you have to carry me on your back."
The Elephant thought this was a good idea and picked up the Mouse. He carried him on his back for a while, but then he got tired and put him down.
The Mouse said, "Now you have to carry me all the way to my home." The Elephant thought this was a good idea and picked up the Mouse again. He carried him all the way to his home and then put him down. The Mouse said, "Thank you for carrying me."
Terjemahan Gajah dan Tikus:
Suatu hari, seekor Gajah sedang berjalan melalui hutan. Dia menginjak Tikus. Tikus sangat marah dan berkata, "Kamu begitu besar dan kuat. Mengapa kamu menginjak saya?" Gajah berkata, "Maaf. Aku tidak melihatmu." Tikus berkata, "Sekarang kamu harus menggendongku di punggungmu."
Gajah berpikir ini adalah ide yang bagus dan kemudian menggendong tikus itu. Dia menggendongnya di punggungnya untuk sementara waktu, tetapi kemudian dia lelah dan menurunkannya.
Tikus berkata, "Sekarang kamu harus menggendongku sampai ke rumahku." Gajah berpikir ini adalah ide yang bagus dan menggendong tikus itu lagi. Dia membawanya sampai ke rumahnya dan kemudian menurunkannya. Tikus berkata, "Terima kasih telah menggendongku."
Pesan Moral: Cerita fabel ini mengajarkan pembaca untuk selalu bersikap baik kepada orang lain.
5. Judul: The Crying Stone
Once upon a time, in a small village in Borneo Island, there lived a mother and her daughter. The daughter was popular among villagers because of her beautiful face but she has bad behavior.
She always spent her time in front of the mirror admiring her beautiful face. She never helped her mother to fulfill their daily needs. The daughter always made her mother sad. However, the mother still loved her very much.
One day, the girl asked her mother to buy her a new gown. The mother refused it because she had no money. Because the mother loved her daughter so much, she finally bought her a new gown.
Both went to the market. But the daughter asked her mother to walk behind because she was embarrassed if people saw them together. Once again, because of her love, the mother obeyed the daughter's request.
Along the way home, the daughter still walked in front of her mother. People passing asked about the woman behind her. The daughter answered that she was not her mother but her servant. The mother kept silent. But inside her deep heart, she prayed to God to punish her daughter.
Suddenly, her daughter's legs turned into stone. The daughter realized that it was because she had hurt her mother's feelings. She begged her mother to forgive but it was too late.
Slowly, her body also turned into stone. Though the daughter had become a stone, the tears were still seen, which was why the stone was called Batu Menangis.
Moral of the story: Never hurt your parent's feelings.
Terjemahan Batu yang Menangis:
Dahulu kala, di sebuah desa kecil di Pulau Kalimantan, hiduplah seorang ibu dan putrinya. Putrinya populer di kalangan penduduk desa karena wajahnya yang cantik tetapi dia memiliki perilaku yang buruk. Dia selalu menghabiskan waktunya di depan cermin untuk mengagumi wajahnya yang cantik.
Dia tidak pernah membantu ibunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Anak perempuan itu selalu membuat ibunya sedih. Namun, sang ibu tetap sangat menyayanginya.
Suatu hari, gadis itu meminta ibunya untuk membelikannya gaun baru. Sang ibu menolaknya karena dia tidak punya uang. Karena sang ibu sangat mencintai putrinya, dia akhirnya membelikannya gaun baru.
Keduanya pergi ke pasar. Namun sang putri meminta ibunya untuk berjalan di belakang karena malu jika orang melihat mereka bersama. Sekali lagi, karena cintanya, sang ibu menuruti permintaan putrinya.
Sepanjang perjalanan pulang, sang putri masih berjalan di depan ibunya. Orang-orang yang lewat bertanya tentang wanita di belakangnya. Anak perempuan itu menjawab bahwa dia bukan ibunya tetapi pelayannya. Sang ibu terdiam.
Namun di lubuk hatinya yang terdalam, dia berdoa kepada Tuhan untuk menghukum putrinya. Tiba-tiba, kaki putrinya berubah menjadi batu. Putrinya menyadari bahwa itu karena dia telah menyakiti perasaan ibunya.
Dia memohon kepada ibunya untuk memaafkan tetapi sudah terlambat. Perlahan, tubuhnya juga berubah menjadi batu. Meskipun putrinya telah menjadi batu, tetapi air mata masih terlihat, itulah sebabnya batu itu disebut Batu Menangis.
Pesan moral: Jangan pernah menyakiti perasaan orang tua.
6. Judul: The Ant and The Grasshopper
A long time ago, an ant and a grasshopper lived in a garden close to some grain fields. The happy-go-lucky and merry grasshopper always spent his time singing and dancing in the garden.
His friend, the little ant, was always busy working. Even at the peak of summer, the ant carried food grains from the nearby fields on her back and stored them safely in her home. The grasshopper always made fun of the hardworking ant.
He often asked her to leave all that work and join him in singing and dancing. "Come on, my friend! What is the need to sweat it out in this hot summer sun?" the grasshopper asked the ant. "I am preparing for the winters," the ant replied.
The ant refused to join the grasshopper and continued gathering grains instead. She kept herself busy storing food supplies for the cold and harsh winters when it would be difficult for her to venture out. The grasshopper laughed at her and told her there was enough food for a lifetime.
The ant, however, never stopped working throughout the summer. The grasshopper continued to sit in the shade of the garden trees and sing happily. Summer gradually came to an end, but that did not affect the grasshopper.
It also did not stop the ant from relentlessly carrying food grains from the fields to her home. She stopped by and advised her grasshopper friend to start storing food for the winter for himself too. "Stop wasting your time and start gathering some food. You will need it in the winters,” the ant urged."
The grasshopper only smiled and said, "There’s lots of time! Right now all is fine". The ant shrugged away and continued with her daily routine.
The seasons soon changed. Winter brought in freezing temperatures, and the grasshopper realized he had no food. He looked around to find some, but he was so cold that he could hardly move. Everything was covered with snow.
He snuggled all by himself to remain warm. Suddenly, he remembered his good friend, the ant, and thought to himself, "She will surely offer me a roof for some time. She has saved a lot of food. I am sure she will offer me that too." He quickly dragged his cold feet to the ant’s house and knocked on her door.
"Let me in, for I am cold, weak, and hungry, my dear friend," he said. The ant opened the door just a little bit. She did not let the grasshopper in. She refused to offer him any food too.
The cold and hungry grasshopper was weak. "I will sing to you for free, my friend," he begged. "Do you remember how hard I worked during the hot summers?" The ant asked the grasshopper. "I did that to provide myself with food during the cold season.
I had asked you too to do the same. You ignored my words and laughed at me instead. Sing for someone else. I am sorry, but I have enough grains only for myself."
The grasshopper then realized that he should have utilized his time better instead of wasting it on singing and lazing in the garden.
The story states that wasting your time can result in difficulties, and making the most of your time can bring many benefits.
Terjemahan Semut dan Belalang:
Dahulu kala, seekor semut dan belalang tinggal di sebuah taman dekat ladang gandum. Belalang yang ceria selalu menghabiskan waktunya dengan bernyanyi dan menari di taman. Temannya, si Semut kecil selalu sibuk bekerja.
Bahkan di puncak musim panas, semut membawa biji-bijian makanan dari ladang terdekat di punggungnya dan menyimpannya dengan aman di rumahnya. Belalang selalu mengolok-olok Semut pekerja keras tersebut.
Dia sering memintanya meninggalkan semua pekerjaan itu dan bergabung dengannya untuk menyanyi dan menari. "Ayo temanku! Apa perlunya berkeringat di bawah terik matahari musim panas ini?" Belalang bertanya kepada Semut.
"Saya sedang mempersiapkan musim dingin," jawab Semut.
Semut menolak untuk bergabung dengan belalang dan terus mengumpulkan biji-bijian. Ia membuat dirinya sibuk dengan menyimpan persediaan makanan untuk musim dingin yang keras ketika akan sulit baginya untuk keluar.
Belalang menertawakannya dan memberitahunya bahwa ada cukup makanan untuk seumur hidup. Semut, bagaimanapun tidak pernah berhenti bekerja sepanjang musim panas. Belalang terus duduk di bawah naungan pepohonan taman dan bernyanyi dengan gembira.
Musim panas berangsur-angsur berakhir, namun itu tidak mempengaruhi Belalang. Hal itu juga tidak menghentikan Semut untuk membawa biji-bijian makanan dari ladang ke rumahnya. Ia mampir dan menasehati teman Belalangnya untuk mulai menyimpan makanan untuk musim dingin.
"Berhentilah membuang waktumu dan mulailah mengumpulkan makanan. Kamu akan membutuhkannya di musim dingin," desak Semut.
Belalang hanya tersenyum dan berkata, "Masih banyak waktu! Saat ini semuanya baik-baik saja," Semut mengangkat bahu dan melanjutkan rutinitas hariannya.
Musim segera berganti. Musim dingin membawa suhu beku, dan Belalang menyadari bahwa ia tidak memiliki makanan. Ia melihat ke sekeliling untuk menemukan beberapa makanan, namun ia sangat kedinginan sehingga hampir tidak bisa bergerak. Semuanya tertutup salju.
Ia meringkuk sendirian untuk tetap hangat. Namun tiba-tiba ia teringat teman baiknya, Semut dan berpikir "Ia pasti akan menawarkan rumahnya untuk beberapa waktu. ia telah menyimpan banyak makanan. Aku yakin ia akan menawariku itu juga." maka dengan cepat, Belalang menyeret kakinya ke rumah semut dan mengetuk pintunya.
"Biarkan aku masuk, aku kedinginan, lemah, lapar, sahabatku." katanya.
Semut membuka pintu sedikit. Ia tidak membiarkan Belalang itu masuk. Ia juga menolak menawarkan makanan padanya.
Belalang yang kedinginan dan kelaparan itu memohon. "Aku akan bernyanyi untukmu secara gratis, temanku." ujarnya.
"Apakah kamu ingat betapa kerasnya aku bekerja selama musim panas?" Semut bertanya pada Belalang.
"Aku melakukan itu semua untuk menyediakan makanan bagi diriku sendiri selama musim dingin. Aku juga telah memintamu untuk melakukan hal yang sama. Namun kamu malah mengabaikan kata-kataku dan menertawakanku. Bernyanyi untuk yang lain saja. Aku juga minta maaf karena aku hanya punya cukup biji-bijian untuk diriku sendiri."
Belalang kemudian menyadari bahwa ia seharusnya memanfaatkan waktunya dengan lebih baik daripada menghabiskannya untuk bernyanyi dan bermalas-malasan di taman.
Pesan moral:
Dongeng fabel berjudul The Ant and The Grasshopper tersebut mengajarkan bahwa penting untuk menggunakan waktu yang ada sebaik mungkin dalam hidup ini.
Jika kita menghabiskan waktu untuk hal-hal yang produktif, maka kita akan menemukan waktu lebih untuk hal-hal lain. Waktu sangatlah berharga dan kita harus memanfaatkannya dengan melakukan hal-hal yang positif.
7. Judul: Three Little Pigs
Once upon a time, there lived an old mother pig. She had three little pigs. One day she decided to send them on their way to lead their lives on their own. "Go and seek your own destiny and fortune" the mother said, and the little pigs went their ways.
The first pig was very lazy. "I’ll build my house with straws", he decided as he chose the easy way. He got the straw from a farmer and started building.
The second pig said "I will make my house with sticks." He got the sticks from a woodcutter and began building.
The third pig was laborious and intelligent. "I will make my house using bricks" he said, and got the materials from a builder pushing a cart of bricks.
"Your materials seem weak, and your house won’t be strong", said the little pic to his brothers, as he was concerned that their construction would not be sturdy enough. He said, "Listen, brothers, we should make a strong house, which can save us from any danger."
The other two pigs said, “You do it your way, and we will make our houses our way. Anyways, those bricks look very heavy. So much labor and so much work – not for us. You continue.”
They ignored his advice and constructed their houses the way they wanted.
Soon, all three pigs built their houses and were pleased about it.
After some time, a wolf passed the lane of these pigs’ houses. He saw the house made up of straws and a pig playing nearby. The wolf decided on him. The moment the pig saw the wolf, he ran inside the house in fear. Then, the wolf knocked on the door and said, “Little pig! Little pig! Won’t you let me in?”
But, the pig refused and replied, "No! No! No! Not by the hair on my chinny chin chin!"
Then the wolf grinned and said, "Then I'll huff, and I'll puff, and I’ll blow your house in."
He did what he said, and he blew the house away. Seeing this, the first pig ran towards the second pig's house to hide.
The wolf followed him along and found the second pig's house.
He knocked on the door again and said, "Little pigs! Little pigs! Won't you let me in?"
After seeing the scary teeth of the wolf, both the pigs replied, "No! No! No! Not by the hair on our chinny chin chin!"
Then again, the wolf laughed in satire and said, "Then I'll huff, and I'll puff, and I'll blow your house in." And he did just that.
Realizing what was happening, both the pigs escaped to the third pig's house.
The wolf followed them and reached the third pig house.
Now, the wolf knocked on the door again and said, "Little pigs! Little pigs! Let me in! Let me in!"
But the frightened pigs answered back, "No! No! No! Not by the hair on our chinny chin chin!"
Then the wolf laughed cunningly and threatened, "Then I’ll huff, and I’ll puff, and I’ll blow your house in."
The big bad wolf tried to bring the house down and huff and puff again and again, but it was of no use. The frustrated wolf attempted to make a forceful entry from the chimney, but the intelligent third pig boiled a large pot of water and placed it below the chimney. The wolf fell inside the pot, hurt himself, and ran away in a jiffy. The three pigs were overjoyed!
The other two pigs praised the third pig for his hard work, practicality and intelligence.
Terjemahan Kisah 3 Anak Babi:
Alkisah hiduplah seekor induk babi tua. ia memiliki 3 babi kecil. Suatu hari ia memutuskan untuk mengirim mereka dalam perjalanan untuk menjalani hidup mereka sendiri. "Pergilah dan carilah takdir dan keberuntunganmu sendiri." kata sang ibu, dan babi-babi kecil itu pun pergi.
Babi pertama sangat pemalas. "Aku akan membangun rumahku dengan jerami." ia memutuskan untuk memilih jalan yang mudah. Ia mendapatkan jerami dari seorang petani dan mulai membangun rumahnya.
Babi kedua berkata "Aku akan membuat rumahku dengan tongkat." Ia mendapatkan tongkat dari seorang penebang kayu dan mulai membangun.
Babi ketiga rajin dan cerdas. "Aku akan membuat rumahku menggunakan batu bata." katanya dan mendapatkan bahan dari seorang tukang yang mendorong gerobak batu bata.
"Bahanmu sepertinya lemah dan rumahmu tidak akan kuat," kata babi kecil itu kepada saudara-saudaranya, ia khawatir sebab konstruksi rumah mereka tidak cukup kokoh. Lantas ia berkata lagi, "Dengar saudara-saudaraku, kita harus membuat rumah yang kuat, yang dapat menyelamatkan kita dari bahaya apa pun."
Mendengar hal tersebut, dua babi lainnya berkata "Lakukan dengan caramu dan kami akan membuat rumah sesuai dengan keinginan kami. Bagaimanapun, batu bata itu terlihat sangat berat. Begitu banyak tenaga dan begitu banyak pekerjaan, bukan untuk kita. Kamu lanjutkan saja sendiri."
Mereka tetap mengabaikan nasihat babi kecil dan membangun rumah seperti yang mereka inginkan. Segera, ketiga babi itu membangun rumah mereka dan merasa senang karenanya.
Beberapa waktu kemudian, seekor serigala melewati jalur rumah babi tersebut. Ia melihat rumah yang terbuat dari jerami dan seekor babi bermain di dekatnya. Serigala memutuskan untuk menerkamnya.
Saat babi pertama melihat serigala, ia berlari ke dalam rumah dengan ketakutan. Kemudian serigala itu mengetuk pintu dan berkata "Babi kecil! Babi kecil! Apakah kamu tidak akan membiarkan aku masuk?"
"Tidak!” babi itu menolak "Tidak! Tidak! Tidak!"
Kemudian serigala itu menyeringai dan berkata "Kalau begitu, aku akan menghembuskan nafasku dan meniupkan rumahmu."
Serigala melakukan apa yang ia katakan dan menghancurkan rumah itu. Melihat hal tersebut, babi pertama lari menuju rumah babi kedua untuk bersembunyi.
Serigala mengikutinya dan menemukan rumah babi kedua. Ia kembali mengetuk pintu seraya berkata "Babi kecil! Babi kecil! Apakah kamu tidak akan membiarkanku masuk?"
Setelah melihat gigi serigala yang menyeramkan, kedua babi itu menjawab "Tidak! Tidak! Tidak!"
Serigala kembali tertawa menyindir dan berkata "Kalau begitu aku akan marah dan ketika itu aku akan menghancurkan rumahmu." ia kembali melakukannya.
Menyadari apa yang terjadi, kedua babi itu melarikan diri ke rumah babi ketiga. Serigala kembali mengikuti mereka dan dan menemukan rumah babi ketiga.
Sekarang, serigala mengetuk lagi pintu dan berkata “Babi kecil! Babi kecil! Biarkan aku masuk! Biarkan aku masuk!"
Tapi babi yang ketakutan menjawab lagi, "Tidak! Tidak! Tidak!"
Serigala tertawa licik dan dengan nada mengancam berkata "Kalau aku marah, aku akan menghancurkan rumahmu."
Serigala besar yang jahat tersebut mencoba merobohkan rumah tersebut hingga tersengal-sengal, namun usahanya sia-sia. Ia frustrasi dan berusaha masuk secara paksa melalui cerobong asap, namun babi ketiga yang cerdas sedang merebus sepanci besar air lalu meletakannya di bawah cerobong asap.
Serigala itu lantas jatuh ke dalam panci dan melukai dirinya sendiri lalu melarikan diri dalam sekejap. Ketiga babi itu kemudian bersorak gembira!
Akibat peristiwa itu, dua babi lainnya memuji babi ketiga atas kerja keras, kepraktisan, dan juga kecerdasannya.
Pesan moral:
Pesan moral dari dongeng fabel di atas ialah bahwa ketekunan dan kerja keras pada akhirnya akan terbayarkan. Cerita ini menyoroti bagaimana pentingnya untuk bekerja keras yang cerdas dan praktis dalam hidup.
Nah, itulah ulasan mengenai cerita fabel Bahasa Inggris singkat dan terjemahannya. Semoga informasi ini dapat memberikan manfaat bagi kamu ya!
Editor: Johnny Johan Sompotan