7 Contoh Cerita Inspiratif untuk Diri Sendiri, Lengkap dengan Strukturnya
JAKARTA, iNews.id - Contoh cerita inspiratif untuk diri sendiri berikut ini dapat jadi suntikan semangat kepada orang lain. Khususnya, bagi mereka yang merasa lelah dalam mengejar mimpi dan cita-cita.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk memberikan semangat kepada orang lain.
Baik itu menyampaikan nasehat secara langsung maupun tidak langsung. Namun, dapat juga dengan memberikan cerita inspiratif.
Lalu, apa itu cerita inspiratif? Menurut Wibowo (2021), dalam bukunya yang berjudul Buku Pendamping Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP, cerita inspiratif adalah suatu jenis teks yang menceritakan tentang inspirasi keteladanan kepada pembaca maupun pendengar.
Tak jauh berbeda dengan jenis teks lainnya, cerita inspiratif memiliki unsur yang terdiri dari, tokoh, latar, dan alur. Sedangkan, strukturnya terdiri dari orientasi, rangkaian, peristiwa, komplikasi, resolusi, dan koda.
Nah, bagi kamu yang penasaran dengan contoh cerita inspiratif untuk diri sendiri, berikut iNews.id akan tampilkan informasinya seperti dikutip dari berbagai sumber, Kamis (22/2/2024).
Orientasi:
Saat masih balita, orang tuaku bercerai dan aku diasuh oleh nenekku. Kami hidup dalam kemiskinan, aku bahkan harus menggunakan karung sebagai pakaianku. Suatu hari, nenek jatuh sakit dan aku harus tinggal dengan ibuku.
Kerumitan Peristiwa:
Ibuku adalah seorang pembantu rumah tangga yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja. Pada umur sembilan tahun, aku diperkosa secara bergiliran oleh sepupu, paman, dan keluarga temanku. Akhirnya aku muak dan kabur dari rumah pada usia 13 tahun dalam keadaan hamil.
Komplikasi:
Pada usia 14 tahun aku melahirkan anak pertamaku. Sayangnya, ia meninggal dalam kandungan. Aku lalu mengunjungi ayahku yang berprofesi sebagai tukang cukur rambut di Tennessee. Saat itulah aku mencurahkan segala kekecewaan dan kesedihan ku untuk belajar.:
Resolusi:
Kerja kerasku terbayar, aku menjadi siswa unggulan dan lulus sebagai murid terbaik. Aku juga memenangkan beberapa penghargaan dalam bidang pidato. Aku kemudian mengambil kuliah jurusan Komunikasi di Tennessee State University.
Di sela-sela waktu kuliah, aku mengambil pekerjaan sebagai penyiar di radio lokal. Setelah lulus, aku mulai meniti karir di bidang pertelevisian. Tidak mudah sebagai orang kulit hitam untuk berkarir di dunia televisi karena dianggap kurang menjual.
Koda:
Tapi aku memiliki mimpi besar dan tidak menyerah. Di usia sembilan belas tahun aku akhirnya menjadi wanita kulit hitam pertama yang menjadi pembawa berita. Aku ditunjuk menjadi pembaca berita di program AM Chicago, acara yang kemudian menjelma menjadi program paling banyak ditonton di Amerika Serikat pada saat itu. Pada 1986, AM Chicago pun berubah nama menjadi Oprah Winfrey Show.
Orientasi:
Ibuku hanya memiliki satu mata. Ketika aku tumbuh dewasa, aku membencinya karena hal itu. Aku benci terhadap perlakuan kawan-kawanku di sekolah. Aku benci bagaimana anak-anak lain menatapnya dan memalingkan muka dengan jijik. Ibuku bekerja dengan dua pekerjaan untuk menafkahi keluarga, tapi aku justru malu dengan keadaannya dan tidak ingin terlihat sedang bersamanya.
Kerumitan Peristiwa:
Setiap kali ibu datang ke sekolah, rasanya aku ingin dia menghilang. Aku merasakan gelombang kebencian terhadap wanita yang membuatku menjadi bahan tertawaan di sekolah. Pada suatu waktu, ketika aku ingin meluapkan kemarahan ekstrim, aku bahkan pernah mengatakan kepada ibu bahwa aku ingin dia mati.
Aku benar-benar tidak peduli tentang perasaannya. Setelah aku tumbuh dewasa, aku melakukan apapun untuk menjauhkan diri dari ibuku. Aku belajar keras dan mendapat pekerjaan di Kota agar tidak bertemu dengannya.
Aku menikah dan mulai membesarkan keluargaku sendiri. Aku sibuk dengan pekerjaan dan keluarga, demi menyediakan kehidupan yang nyaman untuk anak-anakku tercinta.
Aku bahkan tidak memikirkan ibuku lagi. Namun, tidak disangka, ibuku datang untuk mengunjungi rumahku. Wajah bermata satunya membuat anak-anakku takut dan menangis. Aku marah pada ibuku karena muncul mendadak dan aku melarangnya masuk. Jangan pernah kembali, aku berteriak, tapi ibu saya hanya diam dan meminta maaf, lalu pergi tanpa mampu berkata-kata lagi.
Komplikasi:
Pada suatu ketika, sebuah undangan untuk reuni sekolah membawaku kembali ke kampung halaman setelah puluhan tahun lamanya. Aku tidak bisa menolak berkendara melewati rumah masa kecilku dan mampir ke gubuk tua tersebut. Tetanggaku mengatakan bahwa ibuku sudah meninggal dan meninggalkan surat untukku:
Anakku sayang, Ibu harus memulai surat ini dengan meminta maaf karena telah mengunjungi rumahmu tanpa pemberitahuan dan menakuti anak-anakmu yang cantik. Ibu juga sangat menyesal karena ibu adalah wanita yang memalukan dan sumber penghinaan bagimu, ketika kamu masih kecil sampai tumbuh dewasa.
Ibu sudah mengetahui bahwa kamu pasti akan datang kembali kesini. Ibu mungkin tidak lagi berada di tempat ini ketika kamu datang, dan ibu pikir itu adalah waktu yang tepat untuk memberitahumu sebuah insiden yang terjadi ketika kamu masih kecil. Tahukah kamu, anakku sayang? Kamu mengalami sebuah kecelakaan dan kehilangan satu mata.
Ibu sangat terpukul karena terus memikirkan bagaimana nasib anakku tercinta tumbuh hanya dengan satu mata. Ibu ingin kamu dapat melihat dunia yang indah dengan sempurna, jadi ibu memberikan padamu sebelah mata ibu. Anakku sayang, ibu selalu memilikimu dan akan selalu mencintaimu dari lubuk hati ibu yang terdalam.
Ibu tidak pernah menyesali keputusan ibu untuk memberikan mata ibu. Dan ibu merasa tenang ketika ibu mampu memberikan kamu kemampuan untuk menikmati hidup yang lengkap. Dari Ibumu tersayang.
Resolusi:
Setelah membaca surat dari ibu, air mataku menetes. Aku sangat menyesal. Diriku selalu menyalahkan diriku sendiri, mengapa dulu aku tidak pernah sedikitpun bersikap baik pada ibu. Aku bahkan tega menghilangkan dirinya dari kehidupanku, padahal ibu selalu ada untuk membantuku.
Koda:
Aku pun merasa bersalah dan harus memberikan bakti kepada ibu yang selama ini aku abaikan. Peristiwa ini mengajarkanku banyak hal, termasuk kasih sayang kepada ibu, sebagai orang tua yang merawat dan membesarkanku hingga menjadi seseorang pribadi seperti saat ini.
Orientasi:
Saya menarik nafas yang terasa mau lepas itu dengan terengah, dan menoleh ke belakang mendapati puluhan kerlap-kerlip sinar dari headlamp yang terpasang di kepala para pendaki. Dari tempat saya berdiri sekarang, cahaya lampu kepala itu terlihat seperti garis putus-putus di sepanjang pegunungan jalur menuju puncak gunung Semeru.
Kerumitan Peristiwa:
Malam itu, tidak kurang dari 50 orang pendaki yang tergabung dari berbagai tim yang bergerak berbarengan dari basecamp Kalimati menuju puncak Semeru. Hujan yang cukup lebat mengguyur areal puncak, Arcopodo, dan Kalimati beberapa jam sebelumnya, membuat pasir yang dilalui terasa lebih basah dan dingin, namun hal itu juga sekaligus membuatnya terasa lebih padat sehingga lebih kokoh dan tidak melorot saat diinjak.
Saya mendaki paling depan, berjarak hampir 20 meter di atas mas Haris yang mendaki di belakang saya, dan hampir 50 meter di atas barisan pendaki yang hanya terlihat dari headlampnya tadi.
Jika ada yang menyebut jalur sebenarnya gunung Semeru adalah lintasan Arcopodo menuju puncak Mahameru sebagai sebuah ujian dari tekad dan kegigihan, maka saya pikir itu juga tidak berlebihan.
Apalagi jika anda melakukannya enam tahun lalu, saat komersialisasi pendakian gunung belum menyulut sebuah wabah narsisme dan selfie yang tampak membuat setiap proses pendakian gunung sebagai sebuah perjalananan yang mudah layaknya tamasya, alih-alih sebagai proses perjuangan yang berat dan melelahkan.
Menjadi orang pertama yang berhasil menjejakkan kakinya di puncak tertinggi pulau Jawa pada malam itu, bukanlah prestasi yang memiliki nilai prestisius tinggi dan punya tempat untuk dibanggakan.
Namun mengingat apa yang saya alami sebelum sampai pada kondisi itu, semestinya lah membuat saya banyak bersyukur. Dua hari sebelumnya, saat pertama kali tiba di desa Ranu Pane, saya sudah terserang diare yang membuat saya tertekan. Perjalanan pendakian dari Ranupani menuju danau Ranu Kumbolo yang seharusnya berisi banyak keceriaan, berjalan dengan muka berkerut karena menahan sakit.
Komplikasi:
Hal yang lebih mengganggu daripada rasa sakit itu adalah dampaknya terhadap mental dan tekad saya. Saya sempat menjadi ragu-ragu untuk melanjutkan perjalanan hingga ke puncak. Sudah terlintas dengan jelas di benak saya untuk menyerah dan mengakhiri pendakian hanya sampai di basecamp Kalimati saja.
Resolusi:
Meskipun terdengar berlebihan, namun saya mendapatkan banyak pelajaran dari pencapaian yang saya bisa lakukan sewaktu mendaki gunung Semeru enam tahun yang lalu.
Di antara indahnya sunrise puncak Mahameru di pagi hari, terjalnya jalur pasir di atas Cemoro Tunggal, atau kuatnya magnet pendakian ke puncak pulau Jawa ini, saya menemukan bahwa kesulitan dan kendala, yang kemudian bermuara pada rasa takut dan keraguan, tidak akan menjatuhkan kita selama kita masih memilih untuk tetap berjuang dan berusaha, untuk terus bangkit dan mencoba lagi.
Saya menghitung langkah saya saat mendaki tanjakan pasir menuju puncak, membuatnya semacam ritme yang saya ulangi terus menerus, yang kemudian tanpa saya rencanakan sebelumnya, berhasil membuat saya terus melangkah, bahkan mendahului tim yang lain yang kadang lebih banyak berhenti untuk istirahat.
Koda:
Mendaki Mahameru telah mengajarkan saya tentang perjuangan dan tekad pada jalur terjalnya. saya pikir akan mendakinya lagi di kemudian hari, karena mungkin saja, Semeru akan mengajarkan hal lain lagi untuk saya.
Orientasi:
Rasanya, biolaku tidak bersahabat denganku hari ini. Konser musikal sekolah diadakan sebentar lagi. Aku akan berada di kursi depan dan aku sudah berjanji pada diriku untuk tampil memukau. Tapi, dawai biolaku justru putus saat aku sedang berlatih.
Aku keluar dari tempat latihan sementara waktu. Aku duduk di kantin dan merasa sangat kesal. Tiba-tiba, Tania mengagetkanku, "Dooorr!"
"Kenapa kesal begitu?"
Kerumitan Peristiwa:
Aku menjelaskan alasanku merasa begitu kesal. Tania mendengarkanku lalu ia mulai bertanya, "Kalau misalnya kamu mau pergi naik pesawat dan memilih tiketnya kapan itu terserah kamu kan?"
Komplikasi
"Iya. Kendali kita sih mau naik apa dan berangkat kapan." jawabku pada Tania. Kemudian Tania melanjutkan, "Kalau misalnya pesawatmu terlambat, itu bukan kendalimu kan?"
"Bukan sih."
Resolusi:
"Nah sama juga dengan kejadianmu hari ini. Kamu bisa mengendalikan hal-hal yang kamu kendalikan. Misalnya latihan keras. Tapi biola kamu rusak bukan kendali kamu. Jadi, kamu ga perlu mengeluh lagi. Ok?"
Koda:
Mendengar itu, aku sadar bahwa perkataan Tania ada benarnya.
Orientasi:
Perjuangan dalam hidup ini tentunya akan mengembangkan kekuatan setiap orang. Tentunya tanpa perjuangan, tidak pernah tumbuh apalagi bisa menjadi lebih kuat. Sangat penting bagi setiap orang untuk mengatasi tantangan sendiri dan tidak bergantung pada bantuan dari orang lain.
Suatu hari ada seorang ayah yang menghukum putrinya berusia 3 tahun karena membuang gulungan kertas pembungkus emas.
Kerumitan Peristiwa:
Uang itu begitu sensitif dan ia menjadi geram karena si anak mencoba menghiasi sebuah kotak untuk diletakkan di bawah pohon. Meskipun demikian, keesokan harinya si anak itu pun membawa hadiah itu kepada ayahnya dan berkata, "Ayah, ini hadiah untukmu."
Komplikasi:
Pria itu pun akhirnya merasa malu dengan reaksi berlebihan sebelumnya, namun kemarahannya terus berlanjut pada saat dia melihat bahwa kotak itu kosong. Dia marah dan berkata, "Apa kamu tidak tahu, saat kamu akan memberi seseorang hadiah, seharusnya ada sesuatu di dalam?"
Gadis kecil itu melihat ayahnya sambil menangis, "Ayah, itu sama sekali tidak kosong. Saya meniup ciuman ke dalam kotak. Semuanya untuk, Ayah". Sang ayah hancur.
Akhirnya dia memeluk gadis kecilnya dan dia memohon maaf padanya. Lalu setelah beberapa saat setelah itu, sebuah kecelakaan mengambil nyawa anak itu.
Resolusi:
Ayahnya menyimpan kotak emas itu di samping tempat tidurnya selama bertahun-tahun. Setiap kali dia merasa berkecil hati, dia akan mengeluarkan ciuman imajiner dan mengingat cinta anaknya yang sudah meletakkannya di sana.
Koda:
Cinta merupakan sebuah hadiah paling berharga di dunia ini.
Orientasi:
Di tengah pandemi virus corona sekarang ini, ada banyak hal yang bisa dilakukan supaya bisa tetap produktif. Baik itu dengan bekerja dari rumah, menjadi relawan, bahkan melakukan aksi sosial.
Hal ini dilakukan untuk bisa membantu memenuhi kebutuhan sesama, khususnya kepada mereka yang terpaksa berhenti bekerja.
Dengan bertambahnya kasus orang yang terjangkit virus corona, membuat masyarakat mulai tergerak hatinya. Masyarakat mencoba untuk membantu para tenaga medis berjuang melawan virus corona dengan cara membuat APD atau Alat Pelindung Diri.
Kerumitan Peristiwa:
Kisah ini menceritakan tentang seorang relawan difabel bernama Nora yang sedang hangat menjadi perbincangan media. Kisah ini viral setelah videonya yang sedang menjahit Alat Pelindung Diri dengan memakai mesin jahit diunggah ke laman media sosial.
Apa yang membuat netizen terharu adalah ia menjahitnya tidak memakai tangan melainkan dengan kaki. Nora adalah seorang penjahit yang berkebutuhan khusus sebab tidak memiliki tangan. Baginya, menjadi relawan itu mampu membuat dia gembira.
Komplikasi:
Nora dan relawan lainnya telah menjahit kain kurang lebih 400 meter. Kain ini telah dibentuk ke dalam sebuah pola sebelumnya oleh salah satu perguruan tinggi setempat.
Kemudian dijahit dengan menggunakan mesin jahit untuk bisa mendapatkan hazmat yang merupakan alat pelindung diri para tenaga medis.
Resolusi:
Tentunya ada banyak warganet yang penasaran, seperti apa Nora yang memiliki keterbatasan fisik mampu menjahit APD. Videonya yang sedang menjahit sudah diunggah di berbagai media sosial.
Dalam video itu, terlihat ia begitu piawai saat menggunakan mesin jahit mulai dari menjahit, menggunting, bahkan sampai Alat Pelindung Diri (APD). Bahkan, ia selalu semangat saat akan menjalani hidupnya dengan segala keterbatasan yang dimilikinya.
Koda:
Menurutnya, hidup di dunia ini memang harus bermanfaat bagi orang lain. Saat menjadi relawan Covid-19, ia bahkan merasa hidupnya semakin berharga dan membuatnya begitu bahagia.
Orientasi:
Namaku Ari, aku seorang disabilitas kehilangan kaki karena kecelakaan. Sejak kecil aku suka sekali menggambar, bahkan sering kali juara lomba menggambar dan melukis. Sayang sekali setelah cacat, cita-citaku menjadi polisi harus kandas mengenaskan.
Kerumitan Peristiwa:
Setelah lulus, aku dibuat kebingungan. Sangat tidak percaya diri harus pergi ke kampus dengan diantar orang tua setiap hari. Apalagi harus bersosial dengan banyak orang normal disana. Akhirnya aku putuskan untuk tetap dirumah sambil menuangkan inspirasiku dalam lukisan.
Komplikasi:
Tahun berikutnya ayahku meninggal. Sedangkan ibuku yang sudah pensiun pun harus kerepotan membiayai sekolah adikku yang semakin mahal kebutuhannya. Uang tabungan pun kini juga semakin menipis. Kini ide apalagi yang harus aku perbuat dengan kondisiku yang cacat ini.
Resolusi:
Akhirnya aku putuskan untuk banyak belajar bisnis dengan masuk ke sejumlah website. Akhirnya menemukan ide jika gambar-gambar bagus bisa dijual secara online. Dengan sisa tabungan kemudian akun membeli Tab untuk menggambar. Setiap hari kini aku mulai rajin menggambar dan mengunggah di situs jual beli gambar.
Dalam beberapa waktu hasil karyaku banyak dibeli. Bahkan orderan juga banyak datang. Kini tabunganku semakin banyak, bahkan untuk kebutuhan keluarga pun kini aku bisa membantu ibu. Sekarang kamar sudah saya anggap sebagai kantor untuk bekerja.
Koda:
Cacat bukan sebuah masalah ataupun beban yang membuat diri kita berjalan mudur. Semua sudah ada yang mengatur, tidak akan ada rejeki yang datang sendiri karena kitalah yang harus menjemputnya sendiri.
Itulah ulasan mengenai contoh cerita inspiratif untuk diri sendiri. Semoga menginspirasi.
Editor: Komaruddin Bagja