Agar Elektabilitas Tak Anjlok, Jokowi Disarankan Ubah Gaya Komunikasi
JAKARTA, iNews.id – Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, menilai gaya komunikasi calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi), harus diubah. Itu bertujuan agar elektabilitas sang petahana tidak menurun menjelang pelaksanaan Pemilu Presiden (Pilpres) 2019.
“Jokowi beberapa kali melontarkan ucapan yang cenderung menyerang. Kalau ini terus dilakukan, maka elektabilitas Jokowi vs Prabowo akan sama pada Februari 2019, yakni 50:50,” kata Hendri di Jakarta, Selasa (4/12/2018).
Menurut dia, para calon presiden, khususnya Jokowi, harus memanfaatkan juru bicara (jubir) untuk mengurangi blunder. “Harusnya Jokowi menggunakan juru bicara. Jadi, kalau-kalau salah, bisa di-counter. Tapi enggak, Pak Jokowi senang ngomong sendiri,” ujar pakar komunikasi politik itu.
Menurut Hendri, ketika melihat suatu persitiwa, capres sebaiknya menanggapinya di akhir saja, sedangkan para jubir menanggapi di awal. Dengan begitu, kesalahan-kesalahan komunikasi bisa dikurangi. “Lebih baik fungsi jubir digunakan, jadi kalau ada salah bisa diperbaiki,” ucapnya.
Dia mengatakan, capres harus lebih hati-hati dalam menyampaikan pendapat. “Sekarang harus hati-hati nanti, blunder lagi. Sekarang Pak Prabowo tone-nya jadi lebih tenang, tinggal bagaimana tim medianya saja,” ucapnya.
Sementara Jokowi, kata Hendri, sebaiknya tidak harus menjawab semua pertanyaan wartawan. “Kalau belum ada jawabannya, enggak dijawab juga enggak apa-apa.”
Hendri berpendapat, pertarungan Pilpres 2019 berbeda dengan 2014. Dia mencontohkan, pada 2014, Jokowi memiliki banyak relawan. Namun, di Pilpres 2019, para relawannya itu sudah banyak menjadi komisaris.
“2014 Pak Jokowi memiliki relawan yang sedemikian banyak yang bisa diandalkan untuk meraih suara. Nah, kalau 2019 ini kan relawannya banyak yang sudah menjadi komisisaris, jadi memang beliau sulit juga mengharapkan relawan itu. Makanya kasihan juga Pak Jokowi,” kata dia.
Editor: Ahmad Islamy Jamil