Airin Dicalonkan PDIP Maju Pilgub Banten, Megawati: Nanti Pakai Merah dan Hitam

JAKARTA, iNews.id – Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberi surat rekomendasi Airin Rachmi Diany maju Pilgub Banten. Megawati memberi sinyal kepada Airin untuk loyal kepada PDIP.

Seperti diketahui, Airin tidak didukung partainya, Golkar untuk maju Pilgub Banten. Dukungan justru diberikan PDIP.

Baca Juga

Pesawat Angkatan Laut Angkut Pasien Medis Jatuh, 5 Orang Meninggal

Megawati dengan tegas mengingatkan pentingnya mengikuti aturan dan simbol-simbol partai. Salah satunya adalah warna merah dan hitam, yang menjadi identitas kuat PDIP.

Baca Juga

PDIP Resmi Usung Andika Perkasa dan Hendrar Prihadi di Pilgub Jateng 2024

"Saya pusing. Karena maunya mau ikut jadi PDI Perjuangan atau mau dompleng aja? Gitu lho, saya gak mau lagi, ya kalau konsisten aja. Kalau mau jadi masuk PDI Perjuangan ya jadi dengan namanya lahir batin itu ya rohnya roh PDI Perjuangan," kata Megawati, Senin (26/8/2024).

Pesan ini kemudian dipertegas Megawati dengan instruksi langsung kepada Airin. Dia meminta Airin untuk selalu mengenakan pakaian berwarna merah dan hitam dalam setiap penampilannya sebagai bakal calon dari PDIP.

"Saya tadi nanya itu, Mbak Airin, ya, nanti musti pakai ini lho merah hitam lho. Iyalah mau dijadikan tapi coba masa gak pakai merah hitam, ya gimana, terus maunya gimana? Terus maunya jadi apa? Independen?" ujar Megawati.

Megawati juga menegaskan bahwa bagi mereka yang merasa tidak cocok dengan aturan partai, jalan independen masih terbuka lebar.

"Lho itu fair lho, iya dong, kalau mau masuk sebuah partai ya masuk, kalau Ndak ya enggak. Kan sekarang masih berlaku ya independen," katanya.

Airin juga diingatkan untuk mengatasi stunting di Banten. Megawati ingin Banten nol persen kasus stunting.

"Bu Airin cepet-cepet itu , kalau jadi (gubernur) Banten. Stunting kok persen-persen, stunting itu nol," katanya.

Airin nantinya akan berpasangan dengan Ketua DPW PDIP Banten Ade Sumardi. Airin sebelumnya sempat akan dicalonkan oleh Golkar tapi batal karena Airlangga Hartarto mundur dari jabatan ketua umum.

Editor: Muhammad Fida Ul Haq