Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Galang Donasi untuk Korban Bencana Sumatera, Golkar Kumpulkan Rp2,7 Miliar
Advertisement . Scroll to see content

Airlangga Hartarto: Kader Golkar Harus Jadi Katalisator Perubahan

Selasa, 06 April 2021 - 11:45:00 WIB
Airlangga Hartarto: Kader Golkar Harus Jadi Katalisator Perubahan
Airlangga Hartarto (Foto: iNews)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto berharap seluruh kader-kader Partai Golkar menjadi katalisator perubahan di era teknologi saat ini. Menurutnya, bencana pandemi Covid 19 akan memberi dampak perubahan dunia dengan begitu cepat. 

Hal itu disampaikan saat membuka acara pembukaan Executive Education Program For Young Political Leaders (Progam Pendidikan Eksekutif Untuk Pemimpin Muda), Senin (5/4/2021) di Kampus Golkar Institute Kompleks Kantor DPP Partai Golkar.

“Perubahan ini katalisatornya adalah Golkar Institute," ujar Airlangga.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian itu menyampaikan berbagai program pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah di tengah Covid 19 saat ini. Dia memaparkan banyak bantuan perlindungan sosial dan stimulus bagi UMKM seperti perlindungan sosial Rp157,4 triliun. Sektor kesehatan Rp176,3 triliun, dukungan terhadap UMKM Rp184,8 triliun.

“Pemulihan pasca Covid, yang kita perlukan adalah lapangan kerja yang besar. Yang berikut tentu industri manufaktur strategis, jadi sektornya didorong terus," ujarnya.

Acara pembukaan itu juga dilanjutkan diskusi publik dengan tema “Perubahan Teknologi, Lingkungan dan Peran Pemuda dalam Pembangunan Indonesia”. 

Hadir sebagai pembicara dalam diskusi itu, Nadiem  Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI; Zainuddin Amali, Menteri Pemuda dan Olahraga; serta Burhanuddin Muhtadi, Direktur Eksekutif Indikator Politik.

Nadiem Makarim, menyampaikan pentingnya kesadaran anak-anak muda terhadap perubahan yang begitu cepat. Oleh karena itu, dalam menghadapi perubahan, Nadiem berpesan kepada kader Golkar untuk tidak berhenti belajar. Dia menambahkan bahwa hal yang berbahaya bagi generasi muda adalah berhenti membaca.

“Anak-anak muda harus menyadari adanya perubahan. Harus mau belajar sepanjang hayat. Harus mencintai belajar," katanya.

“Kalau tidak punya budaya membaca, ini sangat berbahaya”, kata Nadiem lagi.

Nadiem juga berpesan kepada kader-kader muda Golkar untuk berani mencicipi berbagai disiplin ilmu dan teknologi. 

Dia juga membagi pengalaman hidupnya bahwa sejak kecil tidak pernah bercita-cita menjadi pengusaha dan pejabat (menteri). Mimpinya adalah ingin terus berkontribusi bagi bangsa dengan terus membangun.

“Saya tidak punya cita-cita waktu kecil. Tetapi saya selalu ingin membangun," ujarnya.

Sedangkan Zainuddin Amali menyampaikan bahwa pada tahun 2019, jumlah penduduk usia muda 16-30 tahun sebanyak 64,19 juta. Menurutnya jumlah itu sangat potensial untuk membangun Indonesia. Kementrian yang dipimpinnya terus berupaya untuk mengembangkan potensi pemuda.

“Kalau tidak dimanfaatkan bisa jadi mudharat buat kita. Kita terus lakukan upaya pengembangan pemuda”, ujarnya.

Amali menyebut ada tiga tantangan pemuda saat ini yaitu: pertama, perubahan teknologi dan lingkungan, kedua, pemuda harus mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada, dan ketiga, pemuda harus memahami situasi politik dalam negeri. Selain itu, Amali juga berpesan agar kader-kader Golkar juga memahami kondisi geopolitik atau politik internasional.

“Anda harus tahu kondisi politik global, jangan tahu urusan kecamatan saja," katanya.

Burhanuddin Muhtadi, Direktur Eksekutif Indikator Politik dalam paparanya menyampaikan bahwa jumlah pemilih usia muda cukup tinggi. Karenanya, Partai Golkar harus mengakomodasi dan mengagregasi kepentingan anak-anak muda.

“Partai harus mengakomodasi anak muda. Kalau tidak diakomodasi, partai akan rugi sendiri," ujar Burhanuddin.

Saat ditanya mengenai banyaknya praktik politik uang, Burhanuddin tidak menampik hal itu. Tetapi, dia berpesan kepada kader-kader Golkar bahwa yang terpenting dalam politik adalah kesungguhan bekerja.

“Ujung-ujungnya kerja politik lebih penting ketimbang uang," kata Burhanuddin.

Sementara itu, Ace Hasan Syadzily, Ketua Golkar Institute menyampaikan bahwa program pendidikan khusus ini memang bersifat terbatas 40 orang dan melalui proses seleksi yang ketat.

“Acara ini diikuti 40 orang dari hasil seleksi yang sangat ketat. Ini ada yang wakil wali kota, ada anggota DPRD dan lain-lain," katanya.

Editor: Muhammad Fida Ul Haq

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut