Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kepala BRIN: Pesawat N219 Siap Diproduksi Lebih Banyak Lagi
Advertisement . Scroll to see content

Angin Kencang di Rancaekek Tornado atau Puting Beliung? Ini Penjelasan BRIN

Jumat, 23 Februari 2024 - 10:52:00 WIB
Angin Kencang di Rancaekek Tornado atau Puting Beliung? Ini Penjelasan BRIN
Sejumlah pihak berpendapat angin kencang yang terjadi di Rancaekek merupakan puting beliung, namun ada pula yang menganggap itu tornado. (Foto: Tangkapan Layar)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Fenomena cuaca ekstrem berupa pusaran angin kencang yang disertai dengan hujan melanda kawasan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (21/2/2024). Fenomena yang dirasakan hingga wilayah Jatinangor itu terjadi sekitar pukul 15.30 sampai 16.00 WIB.

Sejumlah pihak menilai bahwa pusaran angin kencang di Rancaekek merupakan puting beliung, namun ada yang menganggap bahwa itu merupakan angin tornado. Lalu, bagaimana penjelasannya?

Peneliti Senior Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Didi Satiadi mengatakan, fenomena yang terjadi di Rancaekek merupakan karakteristik puting beliung yang sangat kuat. Hal ini ditandai dengan area terdampak yang luas serta intensitas yang sangat kuat, menyebabkan bangunan rusak, kendaraan terguling dan sebagainya. 

Dia mengatakan, istilah puting beliung dalam Bahasa Inggris dikenal sebagai microscale tornado atau tornado skala kecil. Karena ukurannya yang lebih kecil daripada tornado yang biasa terjadi di daerah lintang menengah.

“Fenomena tornado menggambarkan suatu kolom udara yang berputar sangat cepat, mulai dari awan badai hingga mencapai permukaan tanah, dan biasanya berbentuk seperti corong,” ujar Didi dalam keterangan resminya, Jumat (23/2/2024).

Didi menjelaskan, hasil analisis awal menunjukkan penyebab puting beliung di Rancaekek kemungkinan karena konvergensi angin dan uap air di daratan sekitar wilayah tersebut yang menyebabkan pertumbuhan awan cumulonimbus yang sangat cepat dan meluas. Proses pembentukan awan membebaskan panas laten yang selanjutnya meningkatkan updraft (aliran udara ke atas).

Sebaliknya, updraft yang semakin kuat akan menumbuhkan lebih banyak awan. Siklus umpan balik positif ini menyebabkan updraft semakin kuat dan dapat berputar karena adanya windshear (perbedaan arah/kecepatan angin). Kolom udara yang berputar semakin kuat dapat mencapai permukaan tanah dan menghasilkan puting beliung.

Didi menjelaskan perbedaan antara tornado dan puting beliung. Tornado biasanya terjadi dalam awan badai yang terbentuk sepanjang front (batas antara dua massa udara yang berbeda) atau di dalam awan badai supersel. Sedangkan puting beliung biasanya terjadi karena proses konveksi lokal di dalam awan badai dan biasanya berkaitan dengan downburst/microburst (aliran udara ke bawah) yang kuat.

Dari segi skala, tornado biasanya lebih besar dan lebih kuat. “Sedangkan puting beliung kadang-kadang disebut sebagai microscale tornado karena lebih kecil daripada tornado yang terjadi di lintang menengah,” ujar Didi.

Dia mengatakan tornado dapat berlangsung hingga beberapa jam. Sedangkan puting beliung biasanya berlangsung lebih pendek hingga beberapa menit.

Tornado biasanya terbentuk di wilayah lintang menengah dengan gradien atau perbedaan temperatur yang tinggi. Sedangkan puting beliung biasanya terbentuk di wilayah tropis, di mana konveksi sangat aktif karena kondisi atmosfer yang hangat dan lembap.

Selain itu, dampak dari tornado biasanya lebih dahsyat dibandingkan dengan puting beliung. Walaupun puting beliung juga cukup berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan lokal terutama di wilayah padat penduduk.

Kepala Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Albertus Sulaiman menjelaskan angin puting beliung merupakan fenomena menarik dan masih merupakan buku terbuka karena sifatnya yang unik, terjadi di ekuator, secara spasial tidak terlalu besar dan berlangsung dalam tempo yang cukup cepat, sehingga sulit untuk di observasi. Dewasa ini angin puting beliung terjadi dalam intensitas (kekuatan) yang semakin besar dan mulai mengancam masyarakat.

“Mekanisme penguatan ini masih misteri, di mana masalah ini juga terjadi pada gelombang ekstrem di laut. Penelitian yg intensif menunjukkan bahwa salah satu sumber utama terjadinya gelombang ekstrem adalah interaksi antar gelombang (gangguan yg menjalar) yang memenuhi Benjamin-Feir instability,” ujar Sulaiman.

Menurut Sulaiman, kunci utama memahami mekanisme pembentukan dan dinamika angin puting beliung yakni melalui observasi atau monitoring Lembaga yang dapat melakukannya adalah BMKG.

Dia mengatakan, BMKG perlu lebih banyak lagi memasang instrumen seperti Automatic Weather Station (AWS) dan radar dengan resolusi spasial dan temporal lebih tinggi di area yang sering terjadi puting beliung. Saat ini observasi puting beliung hanya muncul dari foto dan video yang dikirimkan dari saksi.

Pusat Riset Artifisial Inteligen BRIN telah menggembangkan algoritma pengenalan pola dari foto dan vedio. Penggabungan hasil pengenalan pola dan model deterministik (fluid dynamics) dapat digunakan untuk lebih memahami mekanisme pembentukan dan dinamika angin puting beliung dengan baik.

“Kerja sama antardisiplin ilmu dan partisipasi masyarakat, diharapkan mempercepat pemahaman kita tentang angin puting beliung sehingga deteksi dini, mitigasi dan adaptasi dapat dilakukan,” kata dia.

Editor: Rizky Agustian

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut