Bahlil Bantah Keterlibatan Jokowi terkait Heboh Nama Kapal JKW Mahakam dan Dewi Iriana
JAKARTA, iNews.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia membantah isu liar keterlibatan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) terkait penambangan nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya. Hal tersebut dikaitkan dengan munculnya nama kapal pengangkut bijih nikel JKW Mahakam dan Dewi Iriana.
Bahlil mengatakan, perizinan tambang nikel di Raja Ampat jauh sebelum Jokowi menjadi presiden.
"Itu enggak ada itu, gimana itu. Itu izin-izinnya keluar jauh sebelum pemerintahan Pak Jokowi," ujar Bahlil di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (10/6/2025).
Bahlil menjelaskan, empat Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang telah dicabut oleh pemerintah semuanya diterbitkan pada periode 2004 dan 2006, saat kewenangan pemberian izin tambang masih berada di tangan pemerintah daerah.
"Yang empat IUP kita cabut itukan, IUP-nya keluar 2004, 2006 masih rezim undang-undang izinnya dari daerah," katanya.
"Sementara kalau PT Gag sejak tahun 72, kontrak karya. Sejak tahun 98 kontrak karyanya, di zaman orde baru. Jadi enggak ada sama sekali," ucapnya.
Sebelumnya, aktivitas pengangkutan bijih nikel dari kawasan Raja Ampat menuai sorotan. Salah satu yang menyita perhatian publik adalah keberadaan kapal-kapal bernama JKW Mahakam dan Dewi Iriana, yang diduga digunakan dalam distribusi nikel dari Pulau Gag, Papua Barat Daya.
Nama-nama kapal itu muncul karena mirip dengan inisial Presiden ke-7 RI Joko Widodo dan istrinya, Iriana.
Direktur The National Maritime Institute, Siswanto Rusdi ikut berkomentar ihwal ramainya sorotan publik terhadap kapal-kapal tersebut. Dia menyebut, jika sudah ada niat dari pihak pemilik kapal saat menamakan kapalnya itu.
"Ini penamaan kapalnya ini betul-betul apa diniatkan gitu lho. Jadi tidak sembarangan nama itu diberikan JKW kemudian Iriana, itu pasti ada niat dari pemilik kapal atau operator kapal," kata Siswanto kepada iNews.id, Selasa (10/6/2025).
Dia menduga, penamaan JKW Mahakam dan Dewi Iriana di kapal-kapal ini sebagai bentuk perlindungan agar tak mendapat 'gangguan' dari sejumlah otoritas laut untuk memeriksa muatan barang yang dibawa.
"Nah perlindungan itulah yang yang menjadi bisnis. cara melindunginya kasih nama yang bikin orang gentar JKW atau nanti Kalla Line, Kalla Line kan punya Jusuf Kalla itu kan? Ada yang berani nangkap kapalnya Jusuf Kalla? seinget saya gak ada. Karena ada nama Kalla, begitu cara mainnya," katanya.
Editor: Aditya Pratama