Bareskrim Periksa 5 Vendor BPJS Kesehatan terkait Dugaan Kebocoran Data
JAKARTA, iNews.id - Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri memeriksa lima vendor di BPJS Kesehatan terkait dugaan kebocoran data peserta. Lima vendor tersebut merupakan pihak swasta di bidang teknologi informasi.
Karopenmas Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono mengatakan, penyidik sedang mendalami keterangan dari para vendor. Mereka bergerak di bidang penyediaan teknologi, juga perangkat keras dan lunak di BPJS.
Sebelumnya, Polri telah meminta keterangan empat orang saksi, yakni dua orang dari BPJS Kesehatan dan dua orang dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
"Diduga keras terjadi kebocoran, ya kita belum dapat memastikan, ini masih diperiksa terus oleh penyidik tentang hal tersebut tapi ini diduga keras terjadi kebocoran data peserta BPJS Kesehatan," ujar Rusdi, Sabtu (5/6/2021).
Rusdi mengatakan, penyelidikan masih terus berjalan. Penyidik juga mendalami kemungkinan adanya skimming atau modus-modus lain terkait kasus ini.
"Terkait skimming belum dapat dipastikan, saya belum dapat memastikan, kalau memang kebocoran belum dipastikan bagaimana modus kebocoran-nya itu, bagaimaan pelaku membocorkan segala macam itu masih diteliti oleh penyidik berdasarkan pemeriksaan dari saksi-saksi ini," ujar Rusdi.
Menurutnya, penyelidikan soal kebocoran data ini telah bergulir sejak isu kebocoran data mencuat di masyarakat. Pada Senin (24/5/2021) lalu, Bareskrim Polri juga telah meminta klarifikasi pejabat di BPJS Kesehatan yang menangani penggunaan teknologi informasi di instansi tersebut.
Hasil dari klarifikasi tersebut nantinya menjadi dasar Polri untuk melakukan tindaklanjut dalam menuntaskan kasus kebocoran data tersebut.
Untuk diketahui, 1.000.000 data pribadi yang kemungkinan data dari BPJS Kesehatan diunggah di internet. Akun bernama Kotz memberikan akses download (unduh) secara gratis untuk file sebesar 240 megabit (Mb) yang berisi 1.000.000 data pribadi masyarakat Indonesia.
File tersebut dibagikan sejak 12 Mei 2021. Bahkan, dalam sepekan ini ramai menjadi perhatian publik. Akun tersebut mengklaim mempunyai lebih dari 270 juta data lainnya yang dijual seharga 6.000 dolar Amerika Serikat.
Editor: Zen Teguh