Berlinang Air Mata, Ini Kisah Jenderal Kopassus Tak Tega Lihat Anak Buah Kritis Terkena Ranjau
JAKARTA, iNews.id - Operasi Seroja di Timor Timur yang digelar untuk menyatukan wilayah tersebut ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merenggut banyak korban jiwa. Tidak sedikit prajurit terbaik TNI gugur dalam operasi itu.
Berbagai kenangan memilukan dalam operasi itu nyatanya dialami juga oleh Letjen TNI (Purn) Johannes Suryo Prabowo (JSP). Dalam buku biografi berjudul “Si Bengal Jadi Jenderal” yang diunggah dalam akun Instagramnya @SuryoPrabowo, mantan Kasum TNI ini menceritakan bagaimana kengerian peperangan melawan anggota Front Revolusi Kemerdekaan Timor-Leste (Fretilin).
Dikisahkan, Suryo Prabowo tengah memimpin peletonnya membersihkan lapangan ranjau musuh bersama Peleton Zeni Tempur (Tonzipur) di celah Lariguto, Ossu, Timor Timur. Mereka kemudian dikejutkan dengan suara ledakan keras. Mendengar ledakan itu, spontan Suryo Prabowo langsung merebahkan diri dan membeku.
Beberapa saat setelah kepulan asap menghilang, mantan Pangdam Jaya ini mendapati enam prajurit terduduk dan seorang prajurit bernama Kopral Amin tergeletak dengan kondisi mengenaskan. Sebagian tubuhnya hancur terkena ranjau yang ditanam musuh.
"Tarik prajuritmu dan evakuasi korban,” teriak Suryo Prabowo kepada Dantonzipur di sebelahnya yang terlihat syok.
Para prajurit yang selamat dari ledakan pun langsung mengevakuasi prajurit Tonzipur yang terluka ke tempat yang lebih aman. Sementara, Suryo Prabowo langsung menghampiri Kopral Amin yang tergeletak di dekat titik ledakan.
“Maaf, Ndan. Saya lengah,” rintih Kopral Amin kepada Suryo Prabowo yang tiba di dekatnya.
Abituren Akademi Militer (Akmil) tahun 1976 ini melihat kondisi Kopral Amin dan mencegahnya untuk duduk. Tindakan itu terpaksa dilakukan karena dirinya tidak ingin Kopral Amin tahu bagian bawah tubuhnya hancur terkena ranjau.
"Sudah jangan pikirkan yang tidak-tidak. Berdoa ya Pak, agar semua ini cepat berlalu dan selesai,” ucap Suryo Prabowo.
Suryo Prabowo juga membisikkan sesuatu kepada Kopral Amin. Tak lama kemudian, Kopral Amin pun menitipkan pesan kepada Suryo Prabowo.
"Saya paham sekali, Komandan. Dan mohon dapat dilakukan dengan cepat. Tolong sampaikan kepada istri dan anakku bahwa saya gagal dalam tugas tetapi saya bukan pengecut,” kata Suryo Prabowo menirukan ucapan Kopral Amin.

Suryo Prabowo pun mencabut pistol dari sarungnya. Rupanya beberapa prajurit yang berada di dekatnya dengan cepat menyadari dan menahan tangan Suryo Prabowo yang sudah memegang pistol. Para prajurit berupaya mencegah dirinya untuk mengambil sebuah tindakan.
"Tetapi itu harus dilakukan agar teman kita tidak tersiksa terlalu lama,” teriak Suryo Prabowo kepada para prajurit yang memegangi tangannya.
Tak lama kemudian, Suryo Prabowo menunduk dan menyembunyikan mukanya yang basah karena air mata seraya berkata kepada para prajurit yang berada di sekelilingnya.
"Kalian sadis, tahu tidak sekarang sudah menjelang gelap. Tidak mungkin ada helikopter yang mau mengevakuasi Kopral Amin. Sementara perjalanan kita ke kendaraan yang membawa kita tadi lebih dari dua jam. Dari sana ke Rumah Sakit di Vila Salazar, Baucau perjalanan lebih dari lima jam. Tega kamu “menyiksa” teman mu yang sekarat?” ucap Suryo Prabowo.
Tak lama kemudian, Suryo Prabowo menyandang senapan serbunya dan mengangkat tubuh Kopral Amin yang tinggal separuh. Dia meminta prajuritnya untuk mencari apa saja yang bisa menyelimuti sisa tubuh Kopral Amin yang berada di pundaknya.
Keberanian, kecerdasan, dan militansi Suryo Prabowo dalam menjalankan tugas di medan operasi tidak dapat diragukan lagi. Berbagai palagan pertempuran sudah dijalani mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat ini.
Bahkan, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto pun mengagumi sikap patriotik Suryo Prabowo. Dalam bukunya berjudul, “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto”, Prabowo memuji sosok Suryo Prabowo.
”Yang saya lihat dari sejak Letnan, Kapten, Mayor, dia terus berada di daerah operasi. Sampai dengan jadi Brigjen pun, sebagai Wakil Gubernur di Timor Timur, sebagai Wadanrem Timor Timur, beliau ada di lapangan di saat genting. Beliau merupakan Perwira Tinggi dari TNI yang meninggalkan Timor Timur. Beliau membawa Bendera Merah Putih yang terakhir diturunkan di daerah Timor Timur,” ujar mantan Danjen Kopassus tersebut.
Editor: Rizal Bomantama