BMKG Gelar SLG Minimalisasi Risiko Gempa dan Tsunami di Indonesia
JAKARTA, iNews.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggencarkan pelaksanaan Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami (SLG). Ini demi meminimalisasi risiko gempa dan tsunami yang mengintai wilayah pesisir Indonesia.
"Literasi kebencanaan masyarakat harus terus ditingkatkan dan dilakukan secara berkelanjutan guna meminimalkan risiko gempa bumi dan tsunami yang mengintai banyak wilayah pesisir Indonesia," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya, Minggu (1/10/2023).
Dia mengatakan, SLG yang difasilitasi oleh Stasiun Geofisika Banjarnegara sebagai strategi BMKG mewujudkan zero victim di wilayah-wilayah yang rawan gempa dan tsunami.
"Literasi kebencanaan masyarakat harus diperkuat. Terlebih di era disrupsi informasi seperti sekarang ini banyak sekali disinformasi maupun berita bohong yang beredar di tengah masyarakat dan menimbulkan keresahan juga kepanikan," ujar Dwikorita.
Dia mengatakan, inovasi teknologi yang terus dikembangkan oleh BMKG perlu didampingi oleh literasi masyarakat demi bisa menekan potensi risiko seminimal mungkin. Menurutnya, hal itu bisa diwujudkan dengan melibatkan pemerintah, pakar atau akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media massa.
Dirinya menuturkan, kolaborasi yang kuat akan mempercepat langkah penyebaran pengetahuan tentang bencana, sehingga masyarakat semakin kuat dalam mendukung kebijakan dan strategi penanggulangan bencana.
"Pemerintah daerah di sepanjang selatan Jawa harus terus meningkatkan kesiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya gempa bumi dan tsunami. Penyediaan, penambahan, dan perbaikan jalur-jalur evakuasi menjadi salah satu langkah tepat untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk," kata Dwikorita.
Dia mencontohkan, Kabupaten Kebumen merupakan salah satu zona potensi gempa dan tsunami di Indonesia karena berhadapan langsung dengan zona megathrust selatan Jawa yang memiliki potensi magnitudo maksimum M 8,7. Sumber gempa megathrust ini berada di zona subduksi yang merupakan tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia di dasar laut Samudra Hindia selatan Kebumen.
"Pemodelan penjalaran gelombang tsunami akibat gempa dengan skenario tersebut diperkirakan mencapai 14-18 meter di Kabupaten Kebumen, dengan waktu tiba di pesisir pantai sekitar 38-46 menit. Dampak guncangan akibat gempa tersebut diperkirakan mencapai VII-VIII MMI, yang berarti merupakan guncangan yang kuat hingga sangat kuat dan dapat mengakibatkan kerusakan sedang hingga berat," kata Dwikorita.
Sekolah Lapang Gempa Bumi (SLG) diadakan pada 30 September–1 Oktober 2023. Kegiatan itu diikuti oleh 50 peserta yang berasal dari berbagai kalangan seperti TNI, Polri, Basarnas, Satpol PP, PMI, perwakilan SKPD, kecamatan, kelurahan atau desa, relawan, dan masyarakat umum.
"Gempa dan tsunami adalah kehendak Tuhan. Karena tidak dapat diprediksi maka mau tidak mau, suka tidak suka harus siap. Kesiapan ini harus disertai dengan edukasi melalui SLG ini,” ujar Dwikorita.
Editor: Rizky Agustian