BNPB Gelar Operasi Modifikasi Cuaca di Kalteng, Mitigasi Karhutla saat Kemarau
JAKARTA, iNews.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menerapkan mitigasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Tengah (Kalteng) melalui operasi modifikasi cuaca (OMC). Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto menegaskan, upaya penanggulangan di wilayah tersebut terus berjalan secara terkoordinasi dan menyeluruh.
Meskipun kondisi di Kalimantan Tengah saat ini tergolong relatif aman, Suharyanto menegaskan pihaknya tidak lengah. Langkah mitigasi tetap dilakukan secara paralel, termasuk melalui pelaksanaan operasi modifikasi cuaca.
“Kami siagakan satu pesawat jenis Thrush untuk OMC. Sudah dua hari berjalan dan berhasil menurunkan hujan. Hari ini juga kami laksanakan, semoga nanti malam turun hujan kembali,” ucap Suharyanto dalam keterangannya dikutip, Jumat (8/8/2025).
Adapun, Satgas darat telah dibentuk oleh provinsi, kabupaten, dan kota, yang merupakan gabungan dari berbagai unsur BPBD, relawan, masyarakat peduli api, Manggala Agni, TNI, dan Polri. Semua pihak bersinergi untuk melakukan pemadaman langsung di lapangan.
Sebagai bagian dari penguatan sistem komando dan pengawasan di lapangan, Dia menyampaikan bahwa saat ini telah berdiri 77 pos pantau di seluruh wilayah Kalimantan Tengah.
“Kami terus memantau eskalasi karhutla. Jika situasi meningkat, kami akan bentuk satuan tugas khusus seperti di Riau, di mana setiap kabupaten dan kota diperkuat oleh 100 tentara dan 100 polisi. Di Kalimantan Barat juga sudah terbentuk satgas Babinsa dan Bhabinkamtibmas masing-masing sebanyak 50 personel,” ujarnya.
Dia juga menekankan pentingnya pemadaman dari udara untuk menjangkau wilayah yang tidak bisa diakses tim darat. Suharyanto menyebut, dua unit helikopter water bombing telah disiagakan guna mendukung operasi.
“Ini akan kami evaluasi terus. Jika kurang, akan kami tambah. Prinsipnya, apabila ada titik api, masyarakat atau petugas dapat segera menghubungi posko, apakah perlu ditangani dengan OMC, helikopter, atau langsung oleh satgas darat. Namun dari sisi efektivitas dan efisiensi, satgas darat tetap yang paling optimal,” kata dia.
Lebih lanjut, Suharyanto mengatakan selain mobilisasi personel dan udara, BNPB juga memperhatikan aspek ketersediaan air di lapangan. Ini penting mengingat beberapa titik rawan tidak memiliki sumber air alami. Oleh karena itu, satgas darat telah dibekali peralatan modern berupa flexible tank berkapasitas sekitar 5 ton.
Editor: Aditya Pratama