BPIP Ungkap Asal Usul Salam Pancasila
JAKARTA, iNews.id - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mengungkapkan asal usul salam Pancasila yang selalu digaungkan setiap akan memulai atau mengakhiri kegiatan. Salam tersebut diharapkan bisa menjadi semangat kebangsaan.
Direktur Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP Akbar Hadi Prabowo menuturkan, salam Pancasila mengadopsi salam merdeka yang pernah digaungkan proklamator Indonesia Bung Karno pada 31 Agustus 1945. Maklumat tersebut berlaku pada 1 September 1945.
"Jadi ketika di awal kemerdekaan ini, bagaimana untuk mempersatukan dan membangkitkan semangat kebangsaan, maka Bung Karno menggelorakan yang namanya salam merdeka. Salam merdeka itu tidak mengepal ya, tapi 5 jari di atas pundak dengan jari-jari rapat," ujarnya dalam rapat BPIP bersama media secara daring, Selasa (20/10/2020).
Sayangnya, seiring berjalannnya waktu, semangat-semangat kebangsaan tersebut mulai memudar. Bahkan, kata Akbar, lembaga yang mengurusi pembinaan ideologipun saat itu tidak ada.
Kemudian, beberapa tahun belakangan ini Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri berinisiatif mengadopsi salam merdeka yang digelorakan sang ayah, Bung Karno untuk digunakan kembali. "Oleh karena itu, ibu Megawati menggaungkan yang namanya salam pancasila," katanya.
Sebelumnya, BPIP meluncurkan dan deklarasi Jejaring Pancamandala bersama dengan puluhan elemen di Provinsi Banten, Kamis, 15 Oktober 2020. Acara tersebut sekaligus ditandai dengan Deklarasi Pembumian Pancasila di Bumi Banten.
Kepala BPIP Yudian Wahyudi, memaparkan jejaring Pancamandala merupakan bagian dari ikhtiar BPIP untuk melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk bekerja sama dalam pengendalian PIP secara sinergis, efektif, efisien dan berdampak luas.
"Kenapa Pancamandala? Panca melambangkan kelima sila. Mandala merupakan konsep geometris yang ada dalam berbagai tradisi spiritual dunia yang merepresentasikan kosmos secara simbolik," kata Yudian saat membuka acara ‘Deklarasi Pembumian Pancasila di Bumi Banten’ di UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Sebagai simbol dari kosmos atau semesta yang besar, mandala menyiratkan makna keutuhan (wholeness) yang menyambungkan “the finite” (jasadiah, sensible things) dengan “the infinite” (ruhaniah, beyond the sensible)," ujarnya.
Editor: Djibril Muhammad