Bursa Calon Kapolri, Adu Kuat Akpol 1988 Vs 1991
JAKARTA, iNews.id - Bursa calon kapolri terus memanas jelang masa purnatugas Jenderal Pol Idham Azis pada Januari 2021. Sejumlah nama perwira tinggi bintang dua dan tiga santer disebut bakal menjadi pengganti.
Di antara nama-nama yang beredar kencang, Wakapolri Komjen Pol Gatot Eddy Purnomo, Kabareskrim Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo dan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Muhammad Fadil Imran dianggap berpeluang besar menjadi suksesor Idham Azis.
Selain mereka, muncul pula nama Kabaharkam Komjen Pol Agus Andrianto, Kabaintelkam Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel hingga Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Luthfi.
Siapa sejatinya nama yang bakal masuk kantong Presiden? Komisioner Kompolnas Poengky Indarti menegaskan, merujuk Pasal 11 ayat (6) UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri, kriteria calon Kapolri yaitu perwira tinggi Polri yang masih aktif dengan memperhatikan jenjang kepangkatan dan karier.
“Yang dimaksud dengan jenjang kepangkatan ialah prinsip senioritas dalam arti penyandang pangkat tertinggi di bawah Kapolri. Sedangkan yang dimaksud dengan jenjang karier ialah pengalaman penugasan dari perwira tinggi calon Kapolri pada berbagai bidang profesi kepolisian atau berbagai macam jabatan di kepolisian,” kata Poengky saat dihubungi iNews.id, Minggu (29/11/2020).

Jika melihat peta sejauh ini, tak dapat dimungkiri bursa calon Kapolri seolah-olah mengerucut pada perang bintang antara lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1991 dengan Akpol 1988. Lulusan dua angkatan tersebut saat ini banyak mengisi posisi strategis di jajaran Polri.
Di era kepemimpinan Idham Azis, Akpol 1991 sedang bersinar terang. Sebut saja Listyo Sigit Prabowo dan teranyar Fadil Imran. Mengesampingkan urusan bursa calon Kapolri, sejumlah lulusan Batalyon Bhara Daksa (Akpol 1991) ini juga menjadi pejabat tinggi Polri semacam Kadiv Humas Irjen Pol Argo Yuwono, Kapolda NTB Irjen M Iqbal hingga Kapolda Aceh Irjen Pol Wahyu Widada.
Fadil Imran, meski baru bintang dua namun disebut-sebut punya kans setelah Irjen Pol Nana Sudjana dicopot dari jabatannya sebagai Kapolda Metro Jaya. Fadil bisa saja dimutasi lagi untuk promosi bintang tiga sebagai syarat menuju Tri Brata 1 (sandi Kapolri).
Sementara, sejumlah jenderal bintang tiga dan disebut sebagai calon Kapolri merupakan lulusan 1988. Sebagai contoh Wakapolri Komjen Pol Gatot Eddy Pramono. Meski sama-sama angkatan 88 dengan Idham Azis, Gatot belum memasuki masa pensiun. Idham merupakan lulusan Akpol 1988 A, sementara Gatot 1988 B.

Untuk diketahui, pada era 1988 terjadi perubahan pola masa pendidikan di Akabri dan Akpol dari empat tahun menjadi tiga tahun. Akpol 1988 A masuk pada 1984 dan Akpol 1988 B memulai pendidikan pada 1985.
Rekan angkatan Gatot yakni Rycko Amelza Dahniel yang merupakan lulusan terbaik alias Adhi Makayasa. Rycko juga dianggap punya kans melaju ke pucuk pimpinan Polri.
Mantan Kapolda Jateng itu dikenal dekat dengan Idham dan juga mantan Kapolri Tito Karnavian. Mereka merupakan satu tim saat menaklukkan gembong teroris Dr Azahari di Batu, Jawa Timur pada 2005.
Jenderal bintang tiga lain dari angkatan 1988 yakni Komjen Pol Boy Rafli Amar yang saat ini menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Ada pula Komjen Pol Bambang Sunarwibowo yang menjabat Sestama Badan Intelijen Negara (BIN).
Di luar persaingan itu, nama lain yang juga sering disebut sebagai kandidat kuat yakni Agus Andrianto. Mantan Kapolda Sumut ini merupakan lulusan Akpol 1989.
Anggota Komisi III DPR Jazilul Fawaid sebelumnya menuturkan, selain prosedur yang diatur dalam undang-undang, pada praktiknya penentuan calon kapolri juga mempertimbangkan kemampuan kandidat untuk bekerja dengan Presiden.
”Untuk siapa yang paling pas (menjadi Kapolri), yang memiliki kedekatan dengan Pak Jokowi. Jadi yang punya kedekatan dan harmonisasi dengan Presiden langsung,” kata dia, memberikan bocoran.
Editor: Zen Teguh