Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Profil Soeharto Presiden ke-2 RI, Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional
Advertisement . Scroll to see content

Cerita Anies tentang Kakeknya yang Kini Dapat Gelar Pahlawan Nasional

Kamis, 08 November 2018 - 13:44:00 WIB
Cerita Anies tentang Kakeknya yang Kini Dapat Gelar Pahlawan Nasional
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri) bersama keluarga besar Pahlawan Nasional AR Baswedan. (Foto: iNews.id/Wildan Catra Mulia)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Presiden Joko Widodo pada hari ini memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada enam tokoh pejuang bangsa, salah satunya Abdurrahman Baswedan (AR Baswedan). Sosok pentolan Partai Masyumi itu adalah kakek dari Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan.

Anies pun menceritakan kisah tentang kakeknya yang kini bakal dianugerahi gelar pahlawan itu. Anies mengungkapkan, dia tumbuh besar satu atap di Yogyakarta bersama sang kakek. AR Baswedan semasa hidupnya berprofesi sebagai wartawan. Hampir setiap pulang sekolah Anies menemani AR Baswedan pergi ke kantor pos untuk mengirimkan berita hasil liputan kakeknya itu.

“Dari mudanya (AR Baswedan) wartawan, sampai akhir hayatnya. Kemana pun pergi, selalu bawa kamera. Kemana pun pergi, selalu bawa tape recorder,” kata Anies di Balai Kota Jakarta, Kamis (8/11/2018).

Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu menuturkan, kakeknya mempunyai ratusan rekaman wawancara dengan narasumber yang pernah menjadi referensi beritanya pada masa itu. Tak hanya itu, Anies  mengaku, saat masih duduk di bangku sekolah dasar (SD), dia pernah menjadi juru ketik sang kakek untuk membuatkan berita. Anies pun merasa bangga bisa membantu AR Baswedan mengetikkan sebagian beritanya kala itu.

Nah yang ditulis saya tidak ingat, karena selalu kalau habis mendikte di ujung surat (laporan ke kantor media tempat AR Baswedan bekerja) itu, selalu bilang ‘surat ini saya diktekan dan diketik oleh cucu saya Anies’,” ujarnya.

AR Baswedan memulai karier profesionalnya di dunia jurnalistik sebagai redaktur Harian Sin Tit Po di Surabaya pada 1932. Selanjutnya, dia menjadi redaktur Soeara Oemoem di Surabaya yang dipimpin Dokter Soetomo. Pada 1934, dia hijrah ke Semarang dan menjadi redaktur Harian Matahari yang terbit di kota itu. Pada tahun-tahun berikutnya, Baswedan menjadi wartawan di sejumlah media yang ada di Semarang dan Yogyakarta. Terakhir, dia menjabat penasihat redaksi Harian Masa Kini (surat kabar milik Muhammadiyah) di Yogyakarta, pada dekade 1970-an.

Di kancah perpolitikan nasional, AR Baswedan juga dikenal sebagai politikus, negarawan, sekaligus diplomat yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Dia berusaha melobi para pemimpin negara-negara Arab agar mengakui kedaulatan Indonesia yang baru saja merdeka pada 1945.

Anies pun menceritakan sedikit kisah sepak terjang kakeknya menjelang kemerdekaan Republik Indonesia, 73 tahun silam. AR Baswedan, kata dia, termasuk salah satu anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang bersidang di Gedung Pancasila, Jakarta, pada 1 Juni bersama Soekarno dan Mohammad Hatta.

“Lalu (kakek saya) menjadi menteri muda penerangan tahun 1947, dan salah satu peran yang sering disebut adalah AR Baswedan salah satu anggota misi diplomatik ke Mesir untuk mendapatkan pengakuan de jure dan de facto dari Mesir waktu itu sebagai negara pertama (yang mengakui kemerdekaan Indonesia),” tutur mantan rektor Universitas Paramadina itu.

Ketika Anies duduk di kelas 2 SMA, kakeknya meninggal dunia di usia 77 tahun di Jakarta. AR Baswedan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, enam tokoh yang akan mendapat gelar Pahlawan Nasional dari Jokowi tahun ini yaitu Depati Amir dari Bangka Belitung, AR Baswedan dari Yogyakarta, Pangeran Muhammad Noor dari Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Kasman Singodimedjo dari Jawa Tengah, KH Sjam’un dari Banten, dan Ibu Agung (Hj Andi Depu) dari Sulawesi Barat.

Potret AR Baswedan sebagai anggota Konstituante Republik Indonesia (9 November 1956 - 5 Juli 1959). (Sumber: konstituante.net)

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut