Cerita Neno saat Dipersekusi di Batam: Saya Dilempari Tong Sampah
AKHIR pekan lalu, salah satu tokoh Gerakan 2019 Ganti Presiden, Neno Warisman, mengalami peristiwa persekusi sesampainya di Batam, Kepulauan Riau. Insiden tersebut mendapat perhatian luas dari kalangan publik setelah informasinya viral di dunia maya.
Neno mengaku pada saat tiba di Bandara Hang Nadim, Batam, Sabtu (28/7/2018), dia mendapati sudah ada massa yang menunggu sambil memotret dirinya. Tak cukup sampai di situ, ada pula oknum massa yang menghalanginya keluar bandara, bahkan sampai melempar tong sampah ke arahnya.
Berikut curahan hati Neno Warisman tentang kejadian persekusi yang dialaminya di Batam tempo hari.
Tujuan Anda ke Batam Sabtu lalu untuk menghadiri acara deklarasi 2019 Ganti Presiden yang digelar keesokan harinya di kota itu. Bisa diceritakan bagaimana Anda bisa tertahan di Bandara Hang Nadim?
Deklarasi (2019 Ganti Presiden) itu sebenarnya biasa aja. Namun saat sampai di Batam pukul 17.00 WIB, muncul gejala-gejala yang janggal. Karena pas keluar, banyak yang motret. Saat saya digiring masuk ke ruang kedatangan bandara, saya difoto lagi. Saat saya mau keluar, dilempar tong sampah.
Saya enggak bisa keluar dari bandara. Sampai ada teman yang menghubungi Macan Asia, mencoba membawa kami ke pintu belakang. Tapi pihak bandara dan Polda Kepulauan Riau tidak memberikan izin kepada kami sampai ada mediasi dengan pihak panitia. Akhirnya saya dapat kabar bahwa saya boleh keluar dari bandara asalkan ketua panitia mau menandatangani batalnya acara deklarasi.
Saya bilang oke, dari pihak FPI (Front Pembela Islam) sudah mengirim Abu Gaza untuk negosiasi.
Anda tertahan berjam-jam di Bandara hingga larut malam. Bagaimana prosesnya sampai Anda bisa keluar?
Sampai datang utusan dari Gerindra. Itu jam setengah sebelas (22.30 WIB). Makanan enggak boleh masuk. Sampai jam 11.56 (23.56 WIB) rasanya sudah letih sekali. Wakil DPRD Batam dari PAN juga bantu negosiasi.
Waktu itu sudah tidak memungkinkan untuk membatalkan acara deklarasi, karena sudah ada 10.000 masyarakat yang datang. Tapi mereka tidak bisa masuk bandara. Laskar FPI juga sudah keluar, ada yang rusak giginya, ditendang tulang rusuknya, ada tiga orang yang keluar.
Terus, karena udah jam 12.00 (24.00 WIB), saya bilang “ini saatnya kita keluar”. Dengan Pak Mursal (pengacara Neno) mendorong pilihan kami bahwa besok tetap harus deklarasi.
Akhirnya, Anda keluar Bandara setelah lewat tengah malam, dan paginya acara deklarasi tetap dilaksanakan?
Iya. Dan ketika keluar mau menuju hotel, mobil kami ditimpukin pake batu. Tapi kami terus berjalan dengan santai. Yang mengagetkan adalah ada mobil polisi juga yang menghadang.
Abu Gaza sudah menandatangani perjanjian dengan polisi untuk pembebasan saya asal deklarasi dibatalkan. Tetapi karena masyarakat mau tetap deklarasi, akhirnya acaranya tetap dilakukan Hari Minggu itu.
Editor: Ahmad Islamy Jamil