Contoh Kalimat Subjektif, Pengertian dan Ciri-cirinya
JAKARTA, iNews.id- Contoh kalimat subjektif adalah kalimat yang mencerminkan pendapat atau opini pribadi penulis tanpa harus didasarkan pada fakta atau data konkret.
Ketika menyusun kalimat subjektif, penulis dapat mengekspresikan perasaan, keyakinan, atau pandangan pribadi mereka tentang suatu hal.
Penting untuk diingat bahwa kalimat subjektif tidak selalu dapat diukur dengan kebenaran objektif, karena dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kalimat Subjektif membahas mengenai atau menurut pandangan (perasaan) sendiri, tidak langsung mengenai pokok atau halnya.
Kalimat subjektif tidak memiliki dukungan fakta yang konkret. Tidak cocok digunakan dalam karya ilmiah atau sidang. Tidak sesuai untuk tulisan pengetahuan seperti sejarah.
Kalimat subjektif didasarkan pada asumsi. Asumsi bisa menyebabkan penilaian bervariasi dan menghasilkan reaksi positif maupun negatif.
Kalimat subjektif mencerminkan perasaan pribadi penulis. Perbincangan berdasarkan pandangan pribadi bisa berujung pada pembicaraan negatif.
Disarankan untuk digunakan dalam perbincangan yang tidak formal.
Kalimat subjektif jarang ditemukan dalam berita.
Berita harus didasarkan pada fakta yang akurat.
Kalimat subjektif lebih sering muncul dalam acara televisi yang bersifat tidak formal, di mana seseorang dapat mengutarakan pendapat pribadinya.
Dengan demikian, kalimat subjektif memiliki sifat yang lebih terbuka terhadap interpretasi dan sudut pandang individu. Itulah contoh kalimat subjektif.
Misalkan, dalam menilai kemampuan seseorang, sering kali terdapat unsur subjektif. Karena tidak adanya parameter yang jelas untuk membandingkan dengan kemampuan orang lain, penilaian bisa menjadi sekadar dugaan atau pengamatan dari pihak yang menilai.
Sebagai contoh kalimat subjektif, kita bisa mempertimbangkan pernyataan berikut, "Saya merasa perusahaan ini kurang memperhatikan pendapat pelanggan tentang produk mereka. Berdasarkan pengalaman saya, perusahaan ini belum menjadi yang terbaik." Pernyataan tersebut jelas berasal dari pandangan pribadi penulis dan didasarkan pada pengalaman pribadinya.
Misalkan, pernyataan subjektif lainnya adalah, "Menurut saya, Donald Trump mungkin beruntung memenangkan pemilihan presiden AS 2016." Pernyataan ini dapat dianggap subjektif karena mencerminkan interpretasi pribadi yang dapat diperdebatkan mengenai faktualitasnya.
Editor: Komaruddin Bagja