Contoh Mikul Dhuwur Mendhem Jero dalam Kehidupan
JAKARTA iNews.id - Contoh mikul dhuwur mendhem jero dalam kehidupan yang perlu kalian ketahui. Mikul dhuwur mendhem jero adalah peribahasa Jawa yang sering diucapkan oleh para guru, orang tua, bahkan sejumlah politisi Jawa termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Lantas, seperti apa contoh implementasi mikul dhuwur mendhem jero dalam kehidupan? Berikut adalah contoh mikul dhuwur mendhem jero, dikutip dari berbagai sumber, Selasa (12/12/2023).
Sebelum menguraikan contohnya, kalian perlu lebih dulu mengetahui arti dari peribahasa Jawa ini. Jika diartikan per kata, mikul sama dengan memikul mengandung arti membawa di atas bahu, kata dhuwur artinya tinggi, kata mendhem artinya memendam, menanam atau mengubur sedangkan kata jero artinya dalam.
Dengan demikian, peribahasa mikul dhuwur mendhem jero memiliki arti menjunjung tinggi sesuatu dan memendam sesuatu dengan dalam.
Lantas apa yang dimaksud dengan sesuatu yang harus dijunjung tinggi dan apa yang harus pendam dalam-dalam?
Mikul dhuwur mendhem jero dimaksudkan agar anak selalu hormat kepada orang tua atau pemimpin, namun tidak serta merta untuk sekedar menonjolkan kebaikan atau prestasi orang tua atau pemimpin serta memendam atau menutupi kekurangan atau kesalahannya.
Karena orang tua atau pemimpin juga memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk selalu melakukan tugasnya dengan baik dan benar serta mampu menjadi teladan bagi anak atau rakyatnya. Justru orang tua atau pemimpin dituntut "lebih" dalam mengaktualisasikan budi pekerti luhur.
Contoh mikul dhuwur mendhem jero berarti menghargai orang tua setinggi-tingginya. Contohnya saat memikul jenazah orang tua, yang harus dipikul dengan tinggi. Menunjukkan bahwa segala perbuatan orang tua sungguh-sungguh dihargai. Nasihatnya dijalankan dan pemberiannya dijaga baik-baik.
Karena tidak ada orang tua yang memberi sesuatu dengan tidak ikhlas, maka anak juga harus memulikan warisan dari orang tua sebaik mungkin, menjunjung tinggi segala kebaikan dan jasanya.
Sementara contoh mendhem jero dapat dilihat dari cara orang mengubur jenazah. Aturannya, kedalaman lubang kubur adalah setinggi tubuh posisi berdiri, tidak boleh mengubur jenazah hanya selutut, karena tidak layak jika mayat dikubur asal-asalan saja. Karena mayat itu nantinya akan busuk dan berbau.
Jadi, jika hanya dikubur di dalam lubang yang dangkal, lalu timbunan tanah makam itu melesak, bisa saja bau busuk bertebaran ke mana-mana. Karena bagaimana pun, orang tua juga hanya makhluk ciptaan Allah, orang tua juga memiliki dosa dan salah ketika hidup di dunia.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa seyogyanya anak mengubur aib orang tua. Bukannya malah membeberkan ke mana-mana. Jika demikian, dapat disebut perbuatan anak durhaka.
Sementara dalam konteks pemimpin, seringkalu terjadi pemimpin menjelek-jelekkan kesalahan pemimpin terdahulu dan mengabaikan segala jasa dan kebaikannya.
Sehingga, contoh mikul dhuwur mendhem jero dalam konteks pemimpin, sebaiknya pemimpin yang baru terpilih tetap menghargai jasa-jasa para pemimpin terdahulu, jangan hanya mengkritik kesalahamnya.
Namun sayangnya, mikul dhuwur mendhem jero sering disalahartikan sebagai tindakan atau usaha untuk tidak mengadili orang tua dan pemimpin yang bersalah.
Kesan yang muncul kemudian adalah orang Jawa begitu mudah melepaskan tanggung jawab atas kesalahan dan beban yang seharusnya dilaksanakan dan diselesaikan agar tidak lagi menjadi penghalang bagi kebajikan-kebajikannya.
Demikian penjelasan tentang contoh mikul dhuwur mendhem jero dalam kehidupan.
Editor: Komaruddin Bagja