Demokrat: Jokowi Berada dalam Suasana yang Sulit
JAKARTA, iNews.id – Pendaftaran calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) periode 2019–2024 bakal dibuka Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 4 Agustus mendatang. Namun, sampai hari ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) selaku bakal capres petahana belum juga mengumumkan siapa sosok yang akan mendampingnya di Pemilu Presiden (Pilpres) 2019.
Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Hinca Panjaitan menyebut Jokowi saat ini sedang berada dalam suasana yang sulit untuk menentukan cawapres yang akan menemaninya bertarung pada perhelatan demokrasi tahun depan. Pasalnya, Kabinet Kerja yang dipimpin mantan wali kota Solo itu baru akan berakhir pada Oktober 2019. Sementara, kabinet tersebut didukung oleh koalisi sejumlah partai politik (parpol) kini sedang mengincar posisi cawapres bagi masing-masing ketua umum mereka.
“Nah, posisi itu membuatnya (Jokowi) sulit menggerakkan buah catur di depan meja. Apakah mau mengangkat kuda, pion, atau menterinya (jadi cawapres),” kata Hinca di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (12/7/2018).
Di lain sisi, Hinca melihat kubu penantang Jokowi saat ini terus berusaha “mengintip” langkah apa yang akan diambil Jokowi dalam situasi tersebut. “Sulit sekali. Sebab, di sebelah Prabowo (ketua umum Partai Gerindra) ngintip, kuda mana yang mau diangkat (Jokowi),” ucapnya.
Saat ini, kata dia, Jokowi tampak seperti sedang dikejar oleh waktu untuk pendaftaran capres dan cawapres di KPU yang tinggal tak berapa lama lagi. Menurut Hinca, solid atau tidaknya koalisi parpol pendukung Jokowi akan ketahuan setelah cawapres pendampingnya ditentukan nanti. Jika yang ditunjuk ternyata bukan ketua umum parpol yang sudah mengharapkan posisi tersebut sejak lama, tidak mustahil parpol yang bersangkutan bakalan hengkang dari koalisi Jokowi.
Hinca menuturkan, pengalaman demokrasi di Indonesia di masa-masa sebelumnya sudah pernah menunjukkan kejadian seperti itu. “Berbeda dengan di Amerika Serikat. Ketika ada empat, lima, atau enam calon, dan begitu ada yang tersisih, koalisi mereka tetap setia di gerbongnya. Di kita (Indonesia) belum tentu bisa seperti itu,” kata dia.
Editor: Ahmad Islamy Jamil