Dewan Pers Tekankan Peran Redaksi Tetap Utama di Tengah Penggunaan AI
JAKARTA, iNews.id - Ketua Komisi Pengaduan dan Penegakan Etika Dewan Pers, Yadi Hendriana menekankan, peran redaksi tetap menjadi yang utama di tengah kemajuan teknologi. Terutama di tengah tren penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI).
"Sebagaimana kita tahu AI sudah mulai berkembang secara cepat, 20 tahun lalu news automation terus berevolusi. Ada perkembangan menyentuh ruang redaksi. Kita dihadapkan dengan distribusi konten sangat kencang," ujar Yadi dalam diskusi peringatan Hari Pers Nasional 2024 'Konvensi Nasional Media Massa' dengan tema 'Pers, Demokrasi Digital, dan AI Beretika', Senin (19/2/2024) di Ancol, Jakarta Utara.
Dunia jurnalistik sangat dipengaruhi konten dan teknologi. Oleh karena itu, muncul perkembangan terbaru yang melibatkan AI dalam proses jurnalistik.
"Kita belum selesai ini ada lagi yang lain, kita harus melihat progres hal tersebut. Pada beberapa newsroom banyak menggunakan teknologi AI, misalkan memanfaatkan Chat GPT untuk membuat 20-30 berita yang anglenya berbeda, tapi pemberitaan sama dan tingkat plagiasi rendah," katanya.
Kendati demikian, manusia atau redaksi punya peran penting dalam pemberitaan. Dia mencontohkan ada berita 20 daerah terkotor di Indonesia, lalu berita ini mendapat komplain.
"Kemudian ada daerah yang komplain. Sehingga newsroom menggunakan konten-konten tersebut untuk SEO. Harus ada update dalam konten dan ini yang harus dipahami masing-masing redaksi," ujarnya.
Yadi menjelaskan, AI tidak bisa menghasilkan jurnalistik dari nol. Tetap ada peran manusia dalam mengarahkan hal tersebut.
"Peran manusia tetap menjadi kunci dalam penggunaan teknologi pada produk jurnalistik. Ada produk jurnalistik yang harus dipertanggungjawabkan," kata Yadi.
Teknologi AI, kata dia, hanya mendukung produk jurnalistik. Verifikasi tetap dilakukan redaksi. Dewan Pers menekankan harus ada disclaimer produk jurnalistik apakah menggunakan teknologi AI atau tidak dan apakah sudah ada proses verifikasi atau belum.
"Penerapan AI harus terukur, terencana, dan dapat dikendalikan oleh redaksi. Ini harus sesuai kode etik jurnalistik. kemajuan teknologi tidak dapat diabaikan begitu saja. Proses jurnalistik, judgement redaksi masih diperlukan," kata Yadi.
Sementara itu, Wakil Menteri Komunikasi dan Informasi, Nezar Patria menyebut, AI memang memiliki sebuah persoalan sendiri. Dunia jurnalistik pun ada di persimpangan jalan.
"News gathering yang mencari AI, semua ada di internet dan gadget kita. Chat GPT kecerdasan semakin lama semakin membaik. Kemampuan dalam membuat sebuah narasi atau berita lebih baik. Algaritma platform media sosial dapat mengambil audiens yang sangat targetif. Jurnalisme kita ada di persimpangan jalan dengan adanya kecerdasan buatan tersebut," kata Nezar.
Editor: Reza Fajri