Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : AHY Akui Tak Mudah Sandang Nama Yudhoyono: tapi Saya Sadari, Ini Jawaban Doa SBY
Advertisement . Scroll to see content

Di Konferensi Tokyo, SBY Soroti Krisis Multilateralisme hingga Serukan Dunia Kembali ke Jalur Kerja Sama 

Selasa, 04 Maret 2025 - 19:25:00 WIB
Di Konferensi Tokyo, SBY Soroti Krisis Multilateralisme hingga Serukan Dunia Kembali ke Jalur Kerja Sama 
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam acara Tokyo Conference 2025. (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

TOKYO, iNews.id - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berbicara dalam forum Tokyo Conference 2025. Dalam pidato kuncinya, SBY menyoroti multilateralisme yang saat ini sedang dalam krisis. 

Bicara di depan ratusan peserta dari berbagai negara, SBY menggambarkan dunia yang semakin terpecah belah.

"Benar bahwa tidak ada lagi Perang Dunia sejak 1945. Tapi kini, lihat di Ukraina, Gaza, Kongo dan Sudan, dan yang lebih dekat, perang sipil di Myanmar," kata SBY.

SBY menambahkan, Amerika Serikat (AS), negara yang membantu menciptakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sekarang mundur dari sejumlah perjanjian multilateral. Persaingan geopolitik menghambat kerja sama kawasan dan multilateral. 

"Ke-aku-an (me-ism), dan bukannya ke-kita-an (we-ism) yang berkembang cepat. Dewan Keamanan PBB lumpuh, gagal menghentikan genosida di Gaza maupun perang di Ukraina. Ada persepsi kuat tentang standar ganda dalam penerapan hukum dan norma internasional," katanya.

Sebagai solusi, SBY menawarkan beberapa hal konkret untuk mengatasi krisis multilateralisme. SBY menyatakan bahwa dunia harus memperkuat PBB sebagai perwujudan multilateralisme global. Kemudian, mengatasi kelumpuhan Dewan Keamanan dengan melepaskannya dari cengkeraman veto dari lima negara.

Lalu, memberdayakan Majelis Umum, meningkatkan operasi penjaga perdamaian, serta menciptakan sistem pendanaan yang stabil.

"Sehingga tidak ada lagi negara adidaya yang bisa mengintimidasi PBB dengan mengancam membekukan pendanaannya," ucapnya.

SBY menekankan bahwa reformasi PBB hanya dapat dilakukan jika ada kekompakan dari sebagian besar anggotanya, sesuai namanya sebagai persatuan bangsa-bangsa. 

"Bukan sekelompok bangsa yang terbelah antara yang kuat dan yang lemah, yang kaya dan miskin. Tanpa persatuan, negara-negara tidak dapat saling bekerja bersama. Jika mereka tidak dapat saling bekerja bersama, maka multilateralisme menjadi tidak berarti," kata SBY.

Berbicara dari pengalamannya sendiri dalam forum-forum global, SBY menjelaskan bagaimana dia pernah merasakan semangat kerja sama dalam mengatasi krisis keuangan global 2008, negosiasi perubahan iklim, dan adopsi SDGs.

Menutup pidatonya, SBY menyampaikan seruan pada dunia untuk kembali ke jalur kerja sama untuk mengatasi berbagai persoalan yang ada.

"Untuk menghindari bencana iklim, untuk menghindari perang dunia besar lainnya, untuk mencegah lebih banyak penderitaan manusia, mari kita kembali ke jalur kerja sama, kemitraan, dan kolaborasi. Tak ada negara yang bisa mengatasi problem global sendirian. Tidak ada negara yang bisa merasa aman, dengan membuat negara-negara lain merasa tidak aman," ucap SBY.

Dalam forum internasional ini, SBY diundang untuk menyampaikan pidato kunci, dan kemudian juga menjadi panelis diskusi. Konferensi Tokyo mulai diselenggarakan pada tahun 2017, bekerja sama dengan 10 lembaga terkemuka. 

Konferensi ini bertujuan menjadi platform tingkat tinggi untuk mendorong kerjasama multilateral, menghasilkan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan global, dan memajukan perdamaian internasional.

Tema utama konferensi tahun ini adalah ‘Kerja sama internasional dan pemulihan perdamaian pada peringatan 80 tahun berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa.’

Editor: Aditya Pratama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut