Di Podcast Aksi Nyata, Politisi Muda Perindo Sebut Anak Milenial Butuh Dilibatkan dalam Politik

JAKARTA, iNews.id - Partai Persatuan Indonesia (Perindo) yang dikenal sebagai partai anak muda dan modern ini terus mendorong pentingnya berpartisipasi dalam politik bagi kaum milenial dan generasi Z. Hal itu menjadi bagian dari konsistensi Perindo guna mengawal suara masa depan. 

Politisi muda Perindo Andika Ulil Amri menilai, banyak kesalahan partai politik yang terjadi di tahun 2019 lalu. Salah satunya, tidak serius dalam mengawal suara masyarakat terutama kaum milenial dan generasi Z. 

Baca Juga

Krisis Kelaparan di Gaza Memburuk Akibat Blokade Israel Meskipun Gencatan Senjata

"Kesalahan komunitas politik, salah satunya tidak ada pelibatan yang serius. Ketika kita kampanye kita nyari suara pemilih pemula, suara milenial, suara generasi Z, ketika sudah terpilih diabaikan lagi," ujar Andika dalam Podcast Aksi Nyata, Kamis (7/4/2022). 

Lebih lanjut, menurut Andika, partai politik yang hanya menjadikan anak muda sebagai komoditas suara jelas-jelas salah dan tidak berdampak apa-apa bagi bangsa. Padahal, pemuda perlu dilibatkan dalam intrik-intrik politik.

Baca Juga

Politisi Muda Perindo Sebut Perlu Ada Perubahan Pandangan Politik Gen-Z

"Jadi kita hanya dijadikan sebagai komoditas. Nah, sedangkan anak muda hari ini kan butuh dilibatkan. Butuh diajak, ayo kita duduk diskusi kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada anak muda itu seperti apa," tuturnya. 

Andika menambahkan, sudah menjadi tugas bagi partai politik, termasuk Perindo, untuk terus mengawal suara kemajuan bangsa lewat pemahaman-pemahaman anak muda. 

"Harus memberikan pemahaman yang jelas kepada adik-adik kita ini. Bahwa politik itu bagus. Politik itu positif, untuk kemajuan suatu bangsa dan negara. Pelibatan-pelibatan anak muda itu dibutuhkan sekali," jelasnya. 

Seperti diketahui, Partai Perindo semakin gencar melakukan berbagai program kegiatan yang kian akrab dengan anak muda. Komitmen Partai Perindo ini tentunya akan semakin mendorong generasi muda menjadi apolitik atau tidak menjadi apatis.

Editor: Reza Fajri