Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : PHR Terapkan Teknologi CEOR, Dongkrak Produksi Minyak di Lapangan Tua
Advertisement . Scroll to see content

Di Simposium PPIDK Timtengka, Hidayat Nur Wahid Soroti Pendidikan Era Digital

Senin, 08 September 2025 - 19:30:00 WIB
Di Simposium PPIDK Timtengka, Hidayat Nur Wahid Soroti Pendidikan Era Digital
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (Foto: dok PPI)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Hari kedua Simposium Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia Kawasan Timur Tengah dan Afrika (PPIDK Timtengka) dibuka dengan keynote speech oleh Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid.

Dalam sambutannya, dia menekankan pentingnya Pendidikan Islam dan Konstitusi Indonesia sebagai pilar utama dalam membangun peradaban dan memperkuat nilai moral.

“Pendidikan tidak bisa tercerabut dari dua akar utama, yaitu Islam dan Konstitusi Indonesia. Dalam perspektif Islam, pendidikan bukan sekedar ta’lim tapi dia juga tarbiyah. Proses transfer ilmu juga pembentukan Insaan Kaamil, yaitu manusia paripurna yang seiman, berakal hati dan amalnya," ujarnya.

Dia juga menukil perkataan Imam Al-Ghazali, “Ilmu tanpa amal adalah kecurangan, amal tanpa ilmu adalah Kesia-siaan”. Pesan tersebut menjadi pengantar berharga bagi rangkaian diskusi dan sesi akademik yang berlangsung sepanjang hari kedua Simposium PPIDK Timtengka.

Harapan Pendidikan di Era Digital dan Kewajiban Negara untuk Pendidikan Nasional

Hidayat Nur Wahid menyampaikan harapannya terhadap pendidikan di Indonesia, “Pendidikan di era digital sekalipun dalam konteks Indonesia bukan hanya mampu mencapai target Pendidikan, tapi tidak kehilangan nilai spiritualitas, nilai-nilai moral yang menjadi pondasi utama dalam keislaman kita."

Dia juga memaparkan kewajiban Negara Indonesia yang tercatat di Undang-Undang Dasar Negara RI Pasal 31 ayat 1, 2 dan 3, bahwa, setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

Maka, semakin kokoh dan jelaslah kebijakan Indonesia terkait pendidikan. Adapun ayat 3 menjabarkan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

“Jadi dengan demikian ini adalah sebuah ketentuan baru dalam konstitusi kita, hasil daripada reformasi. Karena, pada UUD yang asli, tidak ada tujuan pendidikan nasional yang meingkatkan keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia," ucapnya.

Tantangan Transformasi Digital Terhadap Pendidikan Indonesia

Hidayat Nur Wahid mengungkap, transformasi digital memberikan tantangan yang harus dihadapi dengan sistematis dan bijak, karena masyarakat dipaksa mau tidak mau untuk menjalaninya, dan masyarakat Indonesia sudah pernah menjalani itu pada masa pandemi Covid-19.

Adapun tantangan yang dia paparkan, ialah:

1.      Kesenjangan akses teknologi menjadi masalah utama karena penyebarannya yang belum merata.

2.      Literasi rendah dalam penggunaan internet dan digital.

3.      Perubahan metode belajar konvensional, menuju metode daring dan hybrid.

4.      Ancaman turunnya Empati Sosial dan Individualism

“Era digital adalah era yang harus dihadapi dengan bijaksana. Era digital seperti pisau bermata dua, jika kita biarkan untuk yang melukai kita juga bisa, atau kita pergunakan untuk yang bermanfaat juga bisa," tuturnya.

7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat dan Dampak Tidur Memadai bagi Pertumbuhan Anak-Anak

Hidayat Nur Wahid menyampaikan sebuah terobosan baru yang dicetuskan oleh Menteri Pendidikan Menengah Prof. Abdul Mu’ti, M. Ed sebagai gerakan nasional yang meliputi kebiasaan yang terus diulang dan akan menghadirkan habbit. Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat ini meliputi:

1.      Bangun pada pagi hari, tidak hanya sekedar mandi dan gosok gigi.

2.      Beribadah.

3.      Berolahraga.

4.      Makan sehat dan bergizi.

5.      Gemar belajar.

6.      Gemar bermasyarakat, agar tidak menjadi manusia inhuman atau anti sosial di era digitalisasi.

7.      Tidur cepat.

“Ini adalah sebuah lingkaran pembiasaan yang sangat cerdas, apalagi untuk anak-anak, karena anak-anak membutuhkan tidur yang memadai, semakin cepat tidur, lebih bagus," katanya.

Dengan demikian, lanjutnya, maka pertumbuhan mereka juga akan semakin bagus karena waktu tidur itulah pertumbuhan fisik terjadi. Gerakan ini jika dilakukan secara nasional dan bersifat continue, maka efeknya akan sangat luar biasa.

Dalam paparannya, bangsa-bangsa yang maju, semuanya mementingkan pendidikan sejak masa kecil, termasuk katanya pendidikan untuk tidak gagap bertemu dengan era digital.

Pendidikan yang tidak gagap untuk kemudian bisa menaklukan era digital, yang tadinya mungkin dimaksudkan untuk yang madharrat, berubah menjadi yang mashalih dan manafi’.

Dia juga menilai bahwa Indonesia mempunyai momentum yang sangat kuat, dengan landasan konstitusi yang jelas dan juga menjadi negara nomor 1 dengan penduduk paling religious, yang surveynya sampai diangka 90 persen.

Sebagai penutup, Hidayat Nur Wahid menuturkan pandangannya bahwa pendidikan yang efektif serta tidak gagapnya teknologi, dapat menjadi sebab tergapainya Indonesia Emas 2045.

“Indonesia Emas adalah Indonesia dimana para generasi mudanya tidak gagap teknologi, tidak gagap digitalisasi, dan bahkan bisa menggunakan teknologi digital secara efektif untuk menghadirkan kontribusi mempersiapkan diri mewujudkan generasi emas 2045,” katanya.

Editor: Anindita Trinoviana

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut