Diapresiasi PBB, Begini Konsep Desa Damai yang Digulirkan Wahid Foundation
JAKARTA, iNews.id – Program Desa Damai yang digagas Direktur Wahid Foundation (WF) Yenny Zannuba Wahid mendapat apresiasi dari PBB melalui UN Women.
Program yang bertujuan menanamkan toleransi dan mencegah menguatnya intoleransi dan radikalisme itu sudah menyasar 30 desa di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Yenny mengatakan, program yang digulirkan dalam program Desa Damai itu melalui peningkatan kapasitas perempuan dan pemberdayaan ekonomi.
“Pendekatan ini memberi kesempatan masyarakat memperkuat rasa persaudaraan dan kepercayaan melalui forum-forum yang dikembangikan. Dan program kami ini diapresiasi PBB melalui UN Women. Mereka akan mengaplikasikan ke Afrika,” katanya dalam diskusi bertajuk “Peran Media memperkuat Toleransi” di Rumah Pergerakan Gus Dur di Jalan Taman Amir Hamzah, Kamis (9/5/2019).
Yenny menyebutkan, saat ini WF memiliki sembilan desa yang sudah mendeklarasikan sebagai desa damai.
Di desa-desa itu, WF mendorong lebih dari 1.000 kelompok perempuan usaha kecil, meningkatkan kapasitas lebih dari 2.000 perempuan dampingan Desa Damai.
Selain itu WF juga memiliki Koperasi Cinta Damai (Kocida) dengan omset yang dikelola hingga hampir 1 milyar. Untuk menyasar pelajar dan lingkungan pendidikan, WF mengembangkan Program Sekolah Damai di 20 sekolah negeri di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Program ini berhasil melibatkan 60 kepala sekolah dan 60 guru agama Islam, 180 pengurus rohis dari 20 sekolah, dan menyasar lebih dari 4.000 pelajar di empat provinsi tersebut. Sekolah Damai bertujuan untuk menguatkan toleransi dan mengimplementasikan sistem pencegahan intoleransi.
“Program ini bagian dari cara kami berkontribusi menyiapkan generasi muda yang tangguh dari terpaan intoleransi dan radikalisme,” ungkap Yenny.
Untuk memperbanyak konten positif berisi pesan toleransi, damai, dan kritis, sejauh ini Wahid Foundation memproduksi lebih dari 500 desain grafis, 200 artikel, dan 200 video sekaligus mendistribusikannya melalui berbagai akun media sosial WF.
Di bidang kebijakan, bersama jaringan organisasi masyarakat sipil bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme tengah mendorong lahirnya Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstremisme Kekerasan.
Dokumen itu berisi aksi-aksi strategis bagaimana Kementerian/Lembaga mengatasi ekstremisme kekerasan, mulai pencegahan, hingga deradikalisasi. Dalam kegiatan itu, Yenny juga menyampaikan sejumlah program rintisan yang tengah dikembangkan WF, antara lain program helpline Toleran dan penguatan jaringan penceramah.
Program helpline merupakan program yang menyediakan volunteer dan ahli untuk membantu para keluarga atau masyarakat mengenali dan mencegah intoleransi dan radikalisme. Sementara penguatan jaringan penceramah bertujuan untuk mendorong mereka memperkuat pesan toleransi dan perdamaian melalui mimbar dan forum-forum ceramah di media sosial atau televisi.
Dalam dua-tiga tahun mendatang, WF juga bakal memperluas area sasaran terutama Sumatera, Kalimantan, dan NTB. Dalam lima tahun belakangan, sejauh ini WF masih banyak mengembangkan program-program di Pulau Jawa.
“Upaya-upaya penguatan toleransi harus dilakukan secara merata dan luas. Kita harus mendorong kohesi sosial di antara masyaraat yang berbeda, merangkul semua dan memastikan bahwa mereka merasa aman dan tidak dipinggirkan,” katanya.
Editor: Kastolani Marzuki