Dilaporkan Fadli Zon ke Bareskrim, Ini Kontroversi Ananda Sukarlan
JAKARTA, iNews.id – Nama pianis Ananda Sukarlan kembali jadi sorotan. Kali ini terkait cuitannya di Twitter yang berujung ke ranah hukum. Ananda dilaporkan Wakil Ketua DPR Fadli Zon ke Bareskrim Polri atas tuduhan menyebarkan berita hoax, Jumat (2/3/2018).
Siapa sebenarnya Ananda? Jauh sebelum hiruk-pikuk Pilkada DKI Jakarta 2017, publik mengenalnya sebagai salah satu musisi berbakat Indonesia. Kemampuannya memainkan piano dan musik klasik diakui dunia. Berbagai penampilan di dalam dan luar negeri mengundang decak kagum.
Lahir di Jakarta, 10 Juni 1968, Ananda melanjutkan studi ke Royal Koninklijk Conservatorium Den Haag, Belanda, selepas dari sekolah di Kanisius, Jakarta. Sebagai pianis dan komponis, Ananda Sukarlan menjadi satu-satunya orang Indonesia dalam buku The 2000 Outstanding Musicians of the 20th Century, yang berisikan riwayat hidup 2.000 orang berdedikasi pada dunia musik.
Simpatisan
Ketika Pilkada DKI Jakarta 2017 berlangsung, identitas Ananda Sukarlan tak lagi sekadar musisi. Publik mengenalnya sebagai sosok pendukung calon petahana, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat.
Sesungguhnya Ananda bukan satu-satunya figur publik yang menjadi simpatisan Ahok. Sederet musisi dan selebritas Tanah Air seperti Adie MS, Tompy, Titi Rajo Bintang, Aura Kasih, Mongol dan lainnya juga di barisan sama.
Dukungan terhadap Ahok itu diekspresikan Ananda lewat berbagai cara, salah satunya cuitan di Twitter. Lewat akun @anandasukarlan, dia membentengi ”Koh Ahok”, istilah yang kerap dipakainya kala bercuit.
Sebagai konsekuensi atas pilihan politik tersebut, dia pun menjadi sosok yang berseberangan dengan akun-akun pendukung calon lainnya. Cuitan bernada keras dan cenderung sarkas pun tak jarang digunakan untuk membalas tweet yang dianggap menyerang.
Ananda jadi kontroversi ketika melakukan aksi walk out (WO) pada acara perayaan 90 tahun berdirinya lembaga pendidikan Kolese Kanisius, di Hall D JIExpo Kemayoran, Jakarta, Sabtu, 11 November 2017 malam. Ananda keluar ruangan ketika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan datang dan memberikan sambutan.
Aksi itu seketik viral di media sosial. Pro dan kontra mencuat. Sebagian orang (terutama pendukung Ahok) menganggap tindakan Ananda heroik. Namun di sisi lain masyarakat mengecam dan menilainya gagal "move on" dari Pilkada DKI Jakarta.
Di media sosial, Ananda di-bully. Dia dianggap mempertontonkan sikap tak mendidik dan justru berseberangan dengan nilai-nilai Kanisius. Tak kurang budayawan Franz Magnis Suseno menyebut tindakan itu memalukan.
"Saudara Ananda Sukarlan berhak menolak Anies. Sebagai seorang Muslim ia tidak perlu dicurigai bersikap sektarian. Namun saya tetap tidak dapat menyetujui kelakuannya. Tamu harus dihormati, tamu datang karena diundang panitia," kata Romo Magnis Suseno.
Terhadap kontroversi itu, Ananda mengklarifikasi. Dia menyebut aksinya meninggalkan ruangan adalah bentuk protes kepada panitia. "Walk out itu murni inisiatif saya. Jadi, saya enggak memprovokasi siapa-siapa. Saya walk out dengan sangat sopan karena saya tahu bahwa itu saya pasti akan mengganggu," ujar Ananda lewat akun Instagram-nya.
Meski mengklarifikasi, kontroversi tak lantas berhenti. Pandangan negatif dari sebagian besar warganet terhadap pianis ini terus berlanjut, termasuk ketika Ananda membuatkan lagu khusus untuk Ahok. Lagu berjudul Let The Moon Shine Brighter sengaja dibuatnya sebagai kejutan perayaan HUT ke-51 Ahok yang menjalani hukuman di Mako Brimob setelah divonis atas kasus penistaan agama.
Diduga Sebarkan Hoaks
Kini kontroversi lagi-lagi menghampiri Ananda. Musisi yang bermukim di Jakarta dan Spanyol itu dilaporkan Wakil Ketua DPR Fadli Zon ke Bareskrim Polri atas dugaan penyebaran berita hoax.
Di Twitter, dia mengajak warganet untuk me-retweet unggahan akun bernama @stlaSoso1 yang menuding Fadli Zon dan Prabowo Subianto sedang makan bersama admin Muslim Cyber Army (MCA), kelompok penyebar ujaran kebencian yang dibongkar Mabes Polri.
Fadli Zon mengklarifikasi tuduhan tersebut. Gambar yang dimaksud dalam unggahan tersebut adalah momen ketika dirinya dan Prabowo sarapan bersama Eko, warga yang bernazar jalan kaki dari Madiun-Jakarta bila Anies-Sandi menang.
"Saya berharap Bareskrim bersedia menindaklanjuti laporan ini. Bareskrim selaku aparat penegak hukum harus bisa berlaku adil dan tidak tebang pilih dalam menangani laporan kasus," kata Fadli, Jumat (2/3/2018).
Ketika berita ini mencuat, gambar yang di-retweet Ananda Sukarlan tak bisa lagi diakses.
Editor: Zen Teguh