Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Angela Tanoesoedibjo Ajak Mahasiswa Lawan Hoaks hingga Bijak Bermedia Sosial
Advertisement . Scroll to see content

Dosen Unpad Sebut Stunting Ternyata Telah Ditulis dalam Naskah Sunda Kuno, Seperti Apa Isinya?

Senin, 26 Juni 2023 - 18:08:00 WIB
Dosen Unpad Sebut Stunting Ternyata Telah Ditulis dalam Naskah Sunda Kuno, Seperti Apa Isinya?
Ilustrasi Stunting (freepik)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Dosen Universitas Padjadjaran (Unpad) mengatakan bahwa stunting yang saat ini menjadi isu kesehatan di Indonesia telah ditulis dalam naskah Sunda kuno. Seperti apa isinya?

Menurut Dosen Departemen Sejarah dan Filologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Elis Suryani Nani Sumarlina, beberapa naskah Sunda, baik kuno (bihari) maupun peralihan/klasik (kamari), dan masa kini (kiwari) ada yang menyinggung pengetahuan anti-stunting.

Salah satu naskah yang menjelaskan stunting adalah Sanghyang Titisjati Pralina. Kata Elis, beberapa isi dari naskah ini adalah mengungkap cara perawatan, pemeliharaan, dan penanggulangan anak sejak dalam kandungan hingga remaja.

“Salah satunya agar kondisi di mana tinggi badan seorang ‘anak’ tidak pendek dibanding tinggi badan orang lain seusianya, dalam arti agar anak tidak gagal tumbuh kembang. Hal ini pun disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang diterima oleh janin/bayi dalam kandungan, hingga masa awal anak lahir,” kata Elis dikutip Senin (26/6/2023).

Dalam Naskah tersebut , dijelaskan tahapan bulan kandungan disertai dengan adat dan tradisi yang mengiringinya, seperti pemijatan ibu dan bayi sejak dilahirkan hingga pemanfaatan toga ketika bayi sakit. Proses ini diharapkan menjadikan bayi/janin yang dikandung sekaligus ibunya sehat dan kuat serta tidak kekurangan suatu apa pun selama kehamilan dan saat melahirkan.

Lebih lanjut, Elis menjelaskan naskah Sunda mengungkap upaya nenek moyang untuk menghindari gejala stunting, khususnya yang berkaitan dengan “teks naskah mantra pengobatan”. Hal ini disebabkan adanya keterkaitan antara penyakit yang diderita dan obat (toga) berupa teks yang dibacakan dengan jenis tanaman obat, fungsi, dosis, cara pengolahan, dan tindak pengobatan untuk mengobat ibu dan bayi, baik oleh dukun beranak (paraji) maupun dukun orang pintar.

Beberapa teks judul mantra pengobatan tersebut, di antaranya Jampe Keur Kakandungan, Jampé Tujuh Bulan, Ngajampé nu Kakandungan, Jampé ngalahirkeun/Jampé Orok Medal, Jampé Motong Tali Ari-Ari, Jampé Ngaranan Orok, Jampé Kandungan nu Elat Lahir, Jampé Tampek, Jampé Lamun Orok Ceurik baé, Jampé Lamun Orok Harééng, Jampé Meuseul Orok, Jampé Nyeri Beuteung, dan lain-lain.

Sementara itu, Elis mengatakan, pengetahuan tentang cara merawat, memelihara, dan menangani anak sejak dalam kandungan hingga remaja yang terungkap dalam naskah Sunda diharapkan menjadi anak sejak dalam kandungan hingga tumbuh dewasa menjadi selamat dan sehat, terhindar dari stunting.

“Hal ini setidaknya dapat menjadi referensi literasi untuk generasi muda di zaman teknologi canggih saat ini, yang akan berperan menjadi ‘ibu’, sebagai garda terdepan dalam pendidikan informal, dalam upaya mengurus, membimbing, mendidik, mengasuh anak, agar sehat dan kuat. Semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi ilmu lain secara multidisiplin,” ucap Elis.

Editor: Puti Aini Yasmin

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut