Drama 36 Jam di Mako Brimob, Detik-Detik Mencekam hingga Penyerbuan
JAKARTA,iNews.id - PAGI baru terbit. Suasana mencekam di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, selama dua malam terakhir akhirnya pecah oleh suara ledakan keras. Rentetan tembakan terdengar selama beberapa detik, disusul suara tembakan menggelegar, Kamis (10/5/2018).
Suasana berasa sangat menegangkan. Kecemasan pun melanda, termasuk dari ruang Gedung Korps Sabhara Baharkam Polri Direktorat Polisi Satwa, Kompleks Mako Brimob, Depok.
Di tempat ini para petinggi Polri biasanya menggelar jumpa pers mengenai perkembangan kerusuhan di Mako Brimob. Wartawan langsung berhamburan. Termasuk anggota Polri. Semuanya berlari ke Mako Brimob. ”Ada penyerbuan…ada penyerbuan,” kata seorang polisi yang berlari kencang.
Kebingungan ditambah rasa was-was itu akhirnya terjawab kala Wakapolri Komjen Pol Syafruddin datang.
”Pada pagi hari ini pukul 07.30 secara resmi Mabes Polri mengadakan konpers secara luas kepada seluruh bangsa Indonesia atas kejadian penyanderaan sejumlah anggota polri di Rumah Tahanan Cabang Salemba di Kelapa Dua, kebetulan berada di Mako Brimob,” kata dia, Kamis (10/5/2018).
Syafruddin didampingi Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto dan Karo Penmas Brigjen Pol M Iqbal. Iqbal bahkan masih mengenakan rompi peluru. Dengan kehadirannya di konferensi pers ini, itu berarti Iqbal dan Setyo bisa jadi tidak tidur selama dua hari terakhir.
”Pukul 07.15 WIB pagi ini berakhir. Operasi sandera dan pembunuhan sadis ini berjalan selama 36 jam,” kata Syafruddin.
Kerusuhan pecah di Mako Brimob, Selasa (8/5/2018)malam. Informasi awal menyebutkan terjadi bentrok antara anggota Polri dengan napi terpidana kasus tindak pidana terorisme.
Namun ketika itu informasi masih simpang siur. Beredar kabar, napi teroris mengamuk dan berhasil merampas sejumlah senjata api milik Polri. Bahkan beredar kabar, mereka berhasil menguasai rutan dan membobol gudang senjata. Di media sosial berseliweran kabar, salah satunya diduga dari napi teroris, yang mengumumkan mereka berhasil membunuh anggota Polri.
Mako Brimob pun mencekam. Rabu dini hari (9/5/2018), kompleks itu langsung steril. Kawat berduri dipasang, dan puluhan polisi bersenjata laras panjang dikerahkan untuk menjaga ketat. Polisi membuat garis aman hingga radius 500 meter.
Jalan depan Mako Brimob yang awalnya masih bisa dilalui, kendati pengendara diperiksa ketat, akhirnya benar-benar ditutup. Penjagaan makin berlipat. Berbagai informasi itu akhirnya diklarifikasi oleh Polri, Rabu dini hari itu.
Iqbal mengakui telah terjadi kerusuhan yang melibatkan anggota Polri dengan napi teroris. Namun dia menepis adanya korban jiwa. Polisi juga telah berhasil mengendalikan situasi.
Namun suasana mencekam tak juga hilang dari markas kesatuan pasukan tempur Polri itu. Ini menimbulkan tanda tanya. Terlebih berkembang informasi lagi yang menyebutkan lima anggota Polri gugur di tangan napi teroris dan seorang anggota Korps Bhayangkara disandera. Ambulans hilir mudik di depan Mako Brimob.
Rabu siang sekitar pukul 12.15 WIB, ambulans masuk ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur membawa enam kantong jenazah. Sempat menjadi tanda tanya, gugurnya anggota Polri akhirnya dikonfirmasi.
”Lima anggota Polri gugur dalam tugas. Mereka adalah anggota Koprs Bhayangkara terbaik,” kata Setyo Wasisto. Setyo langsung balik dari tugas dinas di Surabaya begitu mendengar kerusuhan pecah di Mako Brimob.
Lima anggota Polri gugur adalah Bripda Syukron Fadhli, Ipda Yudi Rospuji, Briptu Fandy, Bripka Denny, dan Bripda Wahyu Catur Pamungkas. Mereka diberikan kenaikan pangkat luar biasa anumerta atas tragedi ini.
Seorang napi teroris tewas ditembak dalam kejadian itu. Dia diidentifikasi sebagai Abu Ibrahim alias Beny Syamsu, napi teroris dari Pekanbaru, Riau. Setyo juga mengakui bahwa seorang anggota Polri masih disandera. Dia adalah Bripka Iwan Sarjana.
Polri berupaya membebaskan dengan menerjunkan tiga sampai empat anggota untuk negoisasasi. Namun itu tak mudah. Waktu terus berjalan. Hingga Rabu malam, situasi masih tak menentu.
Berawal dari Makanan
Kerusuhan pecah berawal dari persoalan makanan untuk napi. ”Awalnya masalah sepele, yaitu ada napi menanyakan jatah makanan. Kemudian merembet menjadi kerusuhan, “ kata Setyo.
Informasi di kepolisian menyebutkan, Selasa, pukul 18.30 WIB, seorang tahanan yang bernama Wawan menanyakan soal makanan yang dikirim dari pihak keluarganya. Salah satu dari petugas jaga menyampaikan titipan makanan dipegang anggota lain.
Sekitar pukul 19.05 di blok C terdengar teriakan kata-kata kasar yang dilontarkan narapidana teroris atas nama Wawan yang menjadi provokator pemicu awal kerusuhan berdarah ini.
Merasa tidak terima terhadap perlakuan petugas, Wawan kemudian mengajak rekan-rekannya yang lain membuat kerusuhan di penjara. Sekitar pukul 19.25, letupan kerusuhan mulai menjalar di blok B dan C Rutan Mako Brimob.
Pukul 20.15, sebagian tahanan yang beringas sempat membobol pintu dan dinding sel tahanan, kemudian situasi tidak terkontrol. Sehingga, akhirnya para teroris itu menyebar ke luar sel.
Pukul 20.30, kerusuhan meluas ke ruang penyidik. Akibatnya, sejumlah penyidik yang tengah memeriksa tersangka kasus pidana terorisme lain menjadi sasaran amukan. Sebagian berhasil menyelamatkan diri. Namun, napi teroris berhasil menyandera 6 orang anggota Brimob.
Pukul 21.05, akibat insiden tersebut dilaporkan empat orang anggota Brimob terluka memar dan sobek di bagian kepala. Saat ini para korban telah dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara. Salah satu napi teroris tertembak dalam insiden itu. Napi teroris telah berhasil merebut beberapa pucuk senjata dari anggota Brimob.
Setyo mengatakan, tiga blok di Mako Brimob dikuasai napi teroris. Namun kabar melegakan datang. Setelah 27 jam disandera, Bripka Iwan Sarjana berhasil dibebaskan. Selanjutnya, Bripka Iwan dibawa ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur untuk mendapatkan perawatan medis.
"Saya sampaikan update terakhir, terkait dengan informasi dari tim negosiator. Tim negosiator sudah sampaikan untuk sandera anggota Polri atas nama Iwan Sarjana sudah berhasil dibebaskan dalam keadaan hidup," kata Setyo Rabu malam.
Dengan penjelasan itu berarti tiga kali sudah polisi menggelar jumpa pers dari sore hingga malam. Kendati bebas, Iwan menderita luka parah.
Menurut Setyo, polisi sudah tidak bisa masuk ke tiga blok yang telah dikuasai yakni Blok A, B, dan C sehingga hanya bisa melakukan penjagaan di luar.
Saat membebaskan Iwan, negosiasi pun dilakukan melalui sambungan telepon. Polri mengirim ponsel ke napi teroris dengan tujuan untuk berkomunikasi ihwal pembebasan Bripka Iwan Sarjana
Namun hingga Rabu dini hari itu tidak jelas apakah polisi akan menyerbu ke tiga blok atau masih melakukan pengamanan. Setyo menyebut tidak ada deadline untuk situasi ini.
Kegentingan selama 36 jam itu akhirnya tuntas pagi tadi. Diawali ledakan bom, disusul rentetan tembakan, Polri berhasil melumpuhkan para napi teroris. Tiga dari enam blok yang dikuasai akhirnya direbut kembali.
”Ada 156 tahanan melakukan penyanderaan terhadap 9 anggota Polri yang 5 di antaranya gugur dengan cara pembunuhan sadis,” kata Wakapolri. Atas kejadian ini, Polri meminta maaf kepada masyarakat Indonesia.
”Pada kesempatan yang baik ini, selaku pimpinan Polri dan yang bertanggung hawab dalam semua operasi penanggulangan ini mohon maaf kepada seluruh rakyat Indonesia serta bangsa dan negara karena seluruh bangsa dan negara terganggu. Menjadikan kejadian ini sebaga pusat perhatian dunia. Jadi polri meminta maaf sebesar-besarnya,” kata
Editor: Khoiril Tri Hatnanto