Dubes AS Sambut Kunjungan Santri dan Kiai Madrasah Digital Garut
JAKARTA, iNews.id – Seratusan santri dan kiai dari sekitar 29 pondok pesantren yang diinisiasi Madrasah Digital Garut, Jawa Barat, berkunjung ke Kantor Kedutaan Besar AS di Jakarta, Selasa (9/7/2019) lalu. Duta Besar (Dubes) AS untuk Indonesia, Joseph R Donovan Jr, dengan penuh antusias menyambut para tamu istimewa tersebut.
Dalam sambutannya, Donovan mengaku senang berada di Indonesia setelah bertugas selama 2,5 tahun sebagai dubes. “Yang paling senang bagi saya berada di Indonesia adalah, bisa bepergian ke berbagai tempat dan bertemu banyak orang dengan dengan kebaikan hati,” kata Donovan yang disambut tepuk tangan para santri yang juga merasa kagum dengan sambutan Kedubes AS.
Dia menyatakan, hubungan Amerika dan Indonesia hingga saat ini terjalin sangat harmonis selama tujuh dekade. “Hubungan Indonesia dan AS hingga saat ini sudah terjalin 70 tahun lamanya. Melalui kesempatan ini dalam Dialog Keragaman ini merupakan program strategis untuk meningkatkan hubungan Indonesia dan AS,” ujar Donovan.
Wakil Ketua Atase Pers Kedubes AS di Jakarta, Sita Raiter menyatakan, pihaknya sangat senang menerima kunjungan para santri dan kiai pengasuh pondok pesantren, kemarin. Dia pun berharap, program kunjungan tersebut bisa lebih memperkuat hubungan people to people (antarmasyarakat) antara AS dan Indonesia.
“Antara AS dan Indonesia memiliki kesamaan semboyan. Kalau di Indonesia ada ‘Bhinneka Tunggal Ika’. Di AS ada “E Plurubis Unum” yang artinya sama, yaitu berbeda-beda tetapi tetap bersatu,” kata Raiter.
Dalam kesempatan itu, dia pun berbagi beberapa hal atau tip kepada pelajar Indonesia yang berminat mendalami ilmu di negeri Paman Sam. “Saat ini, ada hampir 8.000 orang Indonesia yang belajar di AS,” ucapnya.
Pihak Kedubes AS juga menyediakan waktu kepada Sufi Azkia Salma, seorang siswa MAN 10 Jakarta yang sukses mengikuti progran pertukaran pelajar dan tinggal belajar di Amerika selama satu tahun melalui “YES Program”, untuk memberikan testimoninya. Sufi mengaku senang dan sangat beruntung dapat kesempatan untuk tinggal di Negara Bagian Utah AS selama satu tahun untuk menimba pengalaman di negeri adidaya itu.
“Pokoknya banyak sekali sukanya dibanding duka yang saya dapat selama di sana, Saya belajar banyak tentang perbedaan dari banyak orang yang sama-sama berlatar belakang dari perbedaan negara, bahasa, agama, kulture dan kebudayaan,” ujarnya.
Selain Sufi, ada beberapa mahasiswa magang dari AS yang hadir dalam pertemuan kemarin, yakni Alexa dan Linci. Mahasiswi dari Princeton University juga mempresentasikan video social experiment, salah satunya tentang reaksi warga AS ketika melihat ada pemuda Muslim yang mendapat perundungan. Sementara, Linsi berkesempatan menceritakan kiprahnya menjadi atlet cabang atletik AS.
Kunjungan santri dan kiai 29 pondok pesantren Garut ke Kedubes AS kemarin adalah yang pertama kalinya berlangsung dalam program “Dialog Keberagaman dan Pendidikan Amerika”. Kegiatan itu juga mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Garut, Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna, Forum Komunikasi Kelompok Informasi Masyarakat (FK-KIM) Garut, dan Baznas Kabupaten Garut.
“Kami 120 an peserta yang berasal dari 29 pondok pesantren di Garut. Sebelumnya, pada bulan Ramadhan lalu, kami memberi pelatihan mereka tentang jurnalistik untuk warga dan santri pesantren dengan bantuan Kedutaan Besar AS di Jakarta ini,” kata inisiator Madrasah Digital, Muhammad Fakhruddin, saat ditemui di sela-sela acara.
Dia menegaskan, program itu menjadi bagian dari upaya Pemerintah AS dalam membantu para santri untuk dapat belajar dunia digital. Dengan begitu, para santri mampu memproduksi konten-konten positif di media sosial sekaligus sebagai upaya mengurangi hoaks di masyarakat.
“Saya sangat puas dengan kegiatan ini karena dapat mengantarkan mereka para santri berada di kantor Kedubes AS semoga bermanfaat,” kata Fakhruddin.
Editor: Ahmad Islamy Jamil