Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : BMKG Ungkap 14 Zona Merah Megathrust, Anggota DPR Desak Kewaspadaan Nasional
Advertisement . Scroll to see content

Duh, Siklon Tropis di Samudera Pasifik Barat dan LCS Jumlahnya di Atas Normal

Selasa, 03 November 2020 - 02:20:00 WIB
Duh, Siklon Tropis di Samudera Pasifik Barat dan LCS Jumlahnya di Atas Normal
Ilustrasi topan
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.idSiklon tropis Goni yang telah berkembang menjadi siklon tropis kuat kategori 5 yang patut diwaspadai karena bisa memicu gelombang tinggi perairan, hujan lebat, dan angin kencang di sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan, dampak langsung topan itu berupa bencana banjir, longsor, dan angin kencang di Filipina.

Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatalogi, dan Geofisika (BMKG), Herizal menjelaskan, siklon tropis Goni terbentuk di Samudera Pasifik Barat. Jalur lintasan angin ribut itu diprediksikan menuju Laut China Selatan (LCS) hingga beberapa hari ke depan, setelah melewati Filipina.

“Siklon tropis Goni merupakan Siklon tropis ke-3 yang berdampak signifikan bagi sejumlah negara-negara Asia Tenggara di sekitar Laut China Selatan, setelah Siklon tropis Saudel dan Molave,” ungkap Herizal dalam keterangannya, Senin (2/11/2020) malam.

Dia menuturkan, sepanjang Oktober lalu, telah terjadi tujuh siklon alias topan di Samudera Pasifik Barat dan Laut China Selatan. Sementara, rata-rata klimatologis kejadian siklon tropis untuk Oktober adalah 3-4 kejadian.

Sebut saja TC Chan-hom (2 Oktober), TS Linfa (9 Oktober), TS Nangka (11 Oktober), Depresi Tropis Ofel (13 Oktober), TC Saudel (16 Oktober), Depresi Tropis 20 W (19 Oktober), TC Molave (23 Oktober), TC Goni (27 Oktober), TS Atsani (28 Oktober).

“TC adalah tropical cyclone (siklon tropis), sedangkan TS adalah tropical storm (badai tropis). Keduanya adalah jenis badai tropis namun berbeda tingkatan, di mana jenis siklon tropis (TC) memiliki luasan pusaran dan kecepatan angin yang lebih kuat daripada jenis tropical storm (TS),” kata Herizal menjelaskan.

Di samping itu, kata Herizal, sejumlah studi menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah siklon tropis di Samudera Pasifik Barat dan Laut China Selatan dengan kejadian La Nina yang sedang berlangsung.

“Namun perlu dipahami masyarakat bahwa La Nina bukanlah jenis badai tropis, bukan berupa pusat tekanan rendah dan pusaran angin yang menyebabkan curah hujan dan kecepatan angin ekstrem,” ucapnya.

Herizal menjelaskan, La Nina adalah kondisi penyimpangan (anomali) suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin daripada kondisi normalnya, dan diikuti oleh penguatan aliran angin pasat timur.

La Nina terjadi dalam skala waktu beberapa bulan hingga tahun, dan mempengaruhi cuaca/iklim global berupa kondisi lebih basah/kering, lebih hangat/dingin, dan dinamika cuaca lainnya yang berbeda di tiap wilayah di dunia.

“Sementara badai atau siklon tropis adalah fenomena ekstrim gangguan cuaca dalam skala ratusan kilometer yang memiliki dampak bersifat regional baik dampak langsung maupun tidak langsung, dan berlangsung dalam beberapa hari,” tuturnya.

Secara teoretis, topan atau siklon tropis umumnya hanya bisa berkembang dan menguat di wilayah tropis di luar 10 derajat lintang utara atau selatan. Sebab, pembentukan siklon secara fisis dapat terjadi bila memenuhi syarat anomali suhu muka laut yang lebih hangat dibandingkan dengan wilayah sekitarnya (umumnya di atas 28 derajat Celsius) dan adanya potensi pusaran yang besar karena pengaruh gaya korioli.

“Gaya korioli di wilayah Indonesia umumnya bernilai kecil karena dekat dengan garis ekuator, sehingga relatif lebih kecil peluang terjadinya Siklon Tropis di Indonesia,” ucapnya.

Herizal pun mengimbau masyarakat untuk tetap tenang terhadap berita-berita yang tidak benar terkait badai tropis yang dianggap sama dengan fenomena La Nina tersebut. Namun dia juga berharap masyarakat tetap waspada dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak La Nina, yaitu dengan ancaman banjir, banjir bandang, dan longsor akibat curah hujan ekstrem.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut