Eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo: Hilangkan Sebutan Kampret Kadrun
JAKARTA, iNews.id - Mantan Panglima TNI sekaligus Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Gatot Nurmantyo mengajak masyarakat menghilangkan istilah kampret dan kadrun. Menurutnya penggunaan istilah itu merendahkan dan memecah belah masyarakat.
Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan kedua istilah itu cukup populer digunakan akibat dari pembelahan politik yang cukup kuat sejak gelaran Pilkada DKI Jakarta 2017. Penggunaannya ternyata berlanjut hingga sekarang, terutama di media sosial (medsos).
"Saya mengimbau, secara sadar atau tidak sadar, sengaja ataupun tidak sengaja, kita anak bangsa ini sudah merendahkan bahkan melecehkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan mempunyai sebutan masing-masing. Ada yang menyebutkan 'kadrun', ada yang menyebutkan 'kampret', itu kan nama-nama binatang. Padahal itu kan ciptaan Tuhan, kita manusia sama," ujarnya melalui siaran video yang diunggah Gatot Nurmantyo di akun @nurmantyo_gatot dikutip Kamis (17/12/2020).
Gatot mengajak seluruh anak bangsa untuk bernegara dengan santun dengan menghilangkan kata-kata 'kadrun' dan 'kampret'.
"Mari sama-sama, kita bernegara dengan santun. Hilangkan kata-kata seperti itu. Kembalilah kepada bangsa Indonesia yang berbudaya tinggi melalui kata-kata 'Mas', 'Kakak', 'Abang', panggilan 'Ucok', dan sebagainya sehingga bangsa melihat kita sebagai bangsa yang terhormat," tuturnya.
Pendiri Drone Emprit (DE), Ismail Fahmi melalui akun @ismailfahmi yang diunggah pada 13 Agustus 2020 menyebutkan sebelum muncul istilah "kadrun" dan "kampret" terlebih dahulu muncul istilah "cebong" dan "kampret" di media sosial Twitter. Istilah "cebong" dan "kampret" muncul pada 2018 sementara "kadrun" baru mulai 2019.
"DE memonitor stigma Cebong-Kampret sejak 2018. Tapi karena Kadrun muncul 2019 maka tren dibuat sejak 1 Januari 2019," kicau Ismail.
Menurutnya, ketiga istilah itu merupakan stigma yang disematkan kepada siapapun yang ingin diberi label yang dilandasi oleh motif tertentu. Misalnya, dia menyebut karena berbeda pendapat, ikut ideologi atau prinsip tertentu.
Volume pembicaraan istilah cebong dan kampret naik turun bersamaan sejak muncul pada 2018. Kemudian disusul perbincangan yang menggunakan istilah Kadrun pada Mei 2019.
Berdasarkan analisis DE, istilah Kadrun merupakan akronim dari kicauan pada 22 Februari dan 12 Maret 2019 yang menyebut kadal gurun. Kemudian, penyebutan kadal gurun kembali berulang dan dikaitkan dengan paham radikal pada 15 Mei 2019.
"Sejak 13 September 2019, tren percakapan Kadrun (kombinasi "kadrun" OR "kadal gurun") naik pesat. Penggunaannya makin masif sejak saat itu, mengalahkan tren volume penyebutan "cebong" dan "kampret"," ujarnya.
Editor: Rizal Bomantama