Erick Thohir Sebut Isu Pameran Arsip di Sarinah Masih Valid hingga Kini
JAKARTA, iNews.id - Menteri BUMN Erick Thohir menyebut isu-isu yang terkandung dalam pameran mobil dan arsip Kenegaraan di Sarinah masih valid hingga saat ini. Mulai isu pemberantasan buta huruf hingga perbedaan menjadi kekuatan.
“Poin penting yang disampaikan oleh Pak Pratikno, bahwa bangsa besar itu adalah bangsa yang mengingat dan mempelajari sejarahnya,” kata Erick dalam keterangannya di Sarinah, Sabtu (13/8/2022).
Isu pertama yakni terkait pemberantasan buta huruf yang pernah dilakukan oleh Presiden pertama Ir Soekarno masih valid dalam konteks saat ini.
“Kalau kita lihat pameran hari ini, saya tadi juga diajak Pak Pratikno ke belakang, tentu ini sesuatu yang memberikan inspirasi sendiri dimana ketika founding fathers kita bapak Ir Soekarno mendorong pemberantasan buta-buta huruf, ada foto-fotonya,” katanya.
Erick mengatakan di era digitalisasi sekarang, Indonesia dihadapkan oleh harus beradaptasi dengan digitalisasi. Jika tidak maka akan tertinggal.
“Konteks itu masih valid sampai hari ini ketika kita sedang menghadapi era digital yang dimana kembali kita harus bermigrasi yang namanya dunia baru yang namanya dunia digital.”
“Kalaupun kita tidak beradaptasi sebagai bangsa akhirnya kita akan menjadi bangsa yang tertinggal,” papar Erick.
Selain itu, bahwa perbedaan justru membuat Indonesia kuat. Kehebatan Indonesia adalah segala perbedaan menjadi persamaan yang menjadi kekuatan.
Bahkan, kata Erick, kehebatan Indonesia di mana segala perbedaan suku, ras, dan agama bisa menjadi kekuatan bangsa. Padahal, perbedaan ini yang justru menjadi masalah bagi banyak negara.
"Negara besar adidaya seperti Amerika yang sudah merdeka ratusan tahun menghadapi isu itu terus yang seperti ini yang dari beberapa tahun terus terulang,” papar Erick.
Artinya, kata Erick, fondasi sebagai sebuah bangsa adalah sesuatu yang tidak boleh dipertanyakan lagi. “Banyak bangsa negara lain ketika founding father kita saya yakin itu menginspirasi bangsa lain untuk belajar dari sejarah bangsa kita," katanya.
Editor: Faieq Hidayat