Figur Tommy Soeharto Jadi Alasan Utama Priyo Tinggalkan Golkar
JAKARTA, iNews.id - Sekretaris Jenderal Partai Berkarya, Priyo Budi Santoso mengatakan, figur Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto) menjadi alasan utama dia akhirnya memilih hijrah dari Partai Golkar. Hal itu diutarakannya saat menghadiri acara Halaqah Kebangsaan di Gedung Dakwah PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (12/2/2018).
Menurut Priyo, dia merasa harus menjalankan takdir sejarah ketika ditawarkan Tommy bergabung dengan Partai Berkarya. "Saya melihat figur Tommy sebagai ‘komandan tertinggi’ Partai Berkarya, dan ini menjadi pertimbangan utama saya sehingga saya tenang memutuskan mendampingi putra Bung Harto itu," ujarnya.
Kendati demikian, mantan wakil ketua DPR itu mengaku merasa berat harus meninggalkan partai yang telah membesarkannya selama 17 tahun, yaitu Partai Golkar. Pasalnya, karena Golkar-lah dia bisa menduduki jabatan penting selama berkarier di pentas politik.
"Terakhir saya wakil ketua Fraksi Partai Golkar. Pernah jadi ketua di zaman Pak Ical (Aburizal Bakrie) maupun Pak Agung (Agung Laksono). Saya juga pernah jadi sekretaris Dewan Kehormatan Partai Golkar," ucap Priyo.
Terkait kepindahannya ke Partai Berkarya, Priyo mengaku telah meminta restu kepada tokoh-tokoh senior Partai Golkar. Di antaranya kepada BJ Habibie, Akbar Tandjung, Ical, dan Jusuf Kalla (JK).
"Kemarin saya diskusi panjang dengan Pak Akbar dan beliau mengerti langkah saya, merestui apapun langkah yang saya ambil. Pak Habibie juga menjawab watsaap saya dan beliau merestui sepenuhnya. Pak Habibie senang saya bergabung dengan Pak Tommy Soeharto sebagai ketum," katanya.
Begitu pula saat meminta restu kepada Habibie. Menurut Priyo, Habibie adalah anak didik langsung dari Soeharto. Presiden kedua RI itu tak hanya menjadi idola hidup, tapi juga profesor politik bagi Habibie.
"Saya lihat Partai Berkarya ini beda tipis dengan Golkar tentang visi misi NKRI, tentang memayungi keanekaragaman. Tapi yang membedakan adalah Partai Berkarya murni dipimpin oleh putra Pak Harto. Ini yang menghipnotis saya" tuturnya.
Editor: Ahmad Islamy Jamil