Ganjar Pranowo Bangga Jadi Warga Jawa Tengah, Ini Alasannya
JAKARTA, iNews.id - Majunya Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden membawa dampak bagi seni dan budaya di Jawa Tengah, salah satunya adalah lagu tradisional. Hal ini tentu membuat Ganjar Pranowo merasa bangga pada Jawa Tengah. Terlebih, dirinya terlahir dan besar sebagai orang Jawa Tengah.
Ganjar merasa bangga karena telah turut terlibat dalam perkembangan wilayah Jawa Tengah, dan menyaksikan kegigihan warga Jawa Tengah dalam membantu perkembangan wilayahnya.
Apalagi Ketika awal masa Ganjar menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah, Ganjar memulai untuk memperbaiki wilayah tersebut dan berusaha untuk mendapatkan kepercayaan warga dari nol.
Banyak sekali hujatan yang diterima dan membuat Ganjar terpicu adrenalinnya untuk bekerja lebih keras untuk memperbaiki wilayah dan sektor sektor yang ada di Jawa Tengah.
Upaya yang telah dilakukan yaitu reformasi birokrasi wilayah jawa Tengah dinilai berhasil. Dan membuat Ganjar Pranowo bangga karena telah bekerja sama dengan Masyarakat Jawa Tengah dalam melakukan Pembangunan daerah berkelanjutan.
Ada beberapa alasan mengapa seseorang harus bangga menjadi warga Jawa Tengah, dan lagu-lagu khas Jawa Tengah seperti "Bengawan Solo," "Gundul-Gundul Pacul," "Lir Ilir," "Sluku-Sluku Bathok," dan "Raden Janaka" memainkan peran penting dalam merayakan dan memperkuat identitas budaya provinsi ini.
Jawa Tengah adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang sangat beragam. Lagu-lagu tradisional seperti "Bengawan Solo," "Gundul-Gundul Pacul," "Lir Ilir," "Sluku-Sluku Bathok," dan "Raden Janaka" mencerminkan sebagian dari warisan budaya ini.
Lagu-lagu ini merayakan cerita, nilai, dan kebijaksanaan lokal. Jawa Tengah telah melahirkan banyak seniman dan musisi terkenal yang telah menciptakan lagu-lagu yang memikat hati pendengarnya. "Bengawan Solo" yang indah, misalnya, adalah hasil ciptaan Gesang, seorang musisi asal Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan kekayaan kreativitas seni yang berasal dari provinsi ini.
Ganjar Pranowo juga memaparkan bahwa Jawa Tengah adalah provinsi yang kaya akan warisan budaya, tradisi, dan seni.
Lagu-lagu khas Jawa Tengah adalah cara yang bagus untuk merayakan kekayaan ini dan mengenali nilai-nilai yang diwariskan oleh leluhur kita. Sebagai warga Jawa Tengah, menjadi bagian dari warisan budaya ini adalah sesuatu yang patut dibanggakan.
1. Bengawan Solo
Lagu yang diciptakan oleh Gesang yang berjudul "Bengawan Solo" berhasil membawa Gesang mencapai puncak popularitasnya. Lagu ini ditulis olehnya pada tahun 1940, ketika ia berusia 23 tahun.
Dalam lagu ini, Gesang mengungkapkan kekagumannya terhadap keindahan Sungai Bengawan Solo. Karya ini mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan, baik di tingkat lokal maupun internasional. Lagu "Bengawan Solo" juga memiliki arti khusus bagi Jepang.
Lagu ini digunakan dalam soundtrack salah satu film Jepang yang terkenal, "Stray Dog" (1949), yang disutradarai Akira.
2. Gundul-Gundul Pacul
Lagu Gundul-Gundul Pacul adalah sebuah lagu daerah yang berasal dari Jawa Tengah. Dalam sejarah, lagu ini diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga sekitar abad ke-15, seperti yang diungkapkan dalam buku "Indonesia Pusaka" oleh Dr. Sopan Adrianto, SE, M.Pd.
Meskipun terdengar seperti lagu guyonan atau lagu dolanan pada pandangan pertama, ternyata memiliki makna dan filosofi yang mendalam. Simbol pemimpin yang tidak hanya memiliki mahkota secara harfiah, tetapi juga memiliki kemampuan untuk melihat penderitaan rakyat, mendengarkan nasihat, mencium tanda-tanda kebaikan dan kesulitan, serta berbicara dengan bijaksana dan adil.
Namun, pemimpin yang kehilangan empat unsur tersebut akan berubah menjadi sombong dan congkak. Mereka akan kehilangan sensitivitas terhadap penderitaan rakyat, tidak mendengar keluhan mereka, dan kehilangan sifat keadilan serta kebijaksanaan dalam tindak tanduk mereka, hanya mementingkan posisi dan kepentingan pribadi mereka sendiri.
3. Lir Ilir
Lirik lagu "Lir-Ilir" dan maknanya terkenal sebagai salah satu lagu tembang dolanan atau lagu daerah asal Jawa Tengah. Liriknya, yang ditulis dalam bahasa Jawa, merupakan metafora dengan makna ganda yang digunakan sebagai sarana dakwah oleh Sunan Kalijaga, salah satu dari Wali Songo yang menggunakan tembang atau lantunan lagu dalam misi dakwahnya.
Beberapa ulama dan tokoh agama waktu itu menciptakan lagu sebagai alat untuk mendekati masyarakat setempat dan mengingatkan umat Islam agar lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Selama periode tersebut, Wali Songo berupaya menyebarkan ajaran Islam melalui lagu. Selain itu, lagu ini merupakan karya Sunan Kalijaga yang diciptakan dalam rangka menyebarkan agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-16.
4. Sluku-Sluku Bathok
Lagu "Sluku-Sluku Bathok" adalah sebuah lagu berbahasa Jawa yang sering dinyanyikan oleh anak-anak. Lagu dolanan ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga sebagai alat dakwah untuk menyebarkan prinsip-prinsip Islam.
Lagu ini bukan sekadar lagu bermain anak-anak yang tak memiliki makna, melainkan sebenarnya mengandung unsur-unsur pendidikan. Kata "Sluku-sluku" berasal dari bahasa Arab dengan akar kata "salaka-yasluku," yang berarti "berjalan."
Sementara itu, "Bathok" merujuk pada kulit keras kelapa yang menyerupai batok kepala. Ketika kedua kata ini digabungkan, mereka menggambarkan perjalanan kehidupan seorang anak manusia.
5. Raden Janoko
Lagu "Raden Janaka" adalah sebuah lagu tradisional Indonesia yang mengisahkan kisah tokoh bernama Raden Janaka. Meskipun ada variasi dalam lirik dan cerita di berbagai daerah di Indonesia, lagu ini memiliki elemen-elemen inti dalam sejarahnya.
Raden Janaka adalah sebuah karakter yang akrab dalam berbagai cerita rakyat Jawa dan merupakan putra dari Prabu Siliwangi, seorang raja di Kerajaan Pajajaran yang saat ini berada di wilayah Jawa Barat.
Kisah yang sering disampaikan dalam lagu "Raden Janaka" adalah perjuangan Raden Janaka untuk membebaskan Dewi Shinta, yang ditawan oleh Rahwana, raja dari Kerajaan Alengka.
Lagu ini sering ditampilkan dalam bentuk pertunjukan wayang kulit atau wayang orang, yang merupakan bagian dari seni pertunjukan tradisional Jawa. Lagu "Raden Janaka" mencerminkan nilai-nilai budaya dan moral dalam masyarakat Jawa, termasuk gagasan cinta, keberanian, perjuangan, dan ketaatan terhadap norma sosial dan agama.
Seiring berjalannya waktu, lagu ini telah menjadi bagian yang sangat penting dalam warisan budaya Indonesia dan masih sering dinyanyikan dalam berbagai acara budaya dan pertunjukan seni tradisional.
Editor: Johnny Johan Sompotan