Gen Alpha Indonesia Terancam Obesitas Sentral, Ini Fakta!
JAKARTA, iNews.id - Kementerian Kesehatan mengumumkan bahwa prevalensi atau angka kasus obesitas sentral pada kelompok gen alpha Indonesia meningkat. Ini menjadi kekhawatiran yang harus disikapi serius.
Berdasarkan data Kemenkes, prevalensi obesitas sentral di Indonesia mengalami peningkatan signifikan, dari sekitar 18 persen pada tahun 2007 menjadi 36,8 persen pada tahun 2023.
Lonjakan ini tidak hanya terjadi pada kelompok orang dewasa, tetapi kini juga mulai mengancam anak-anak.
"Peningkatan obesitas pada anak-anak Indonesia dipicu berbagai faktor. Pola makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik menjadi penyebab utama,” ungkap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam keterangan resminya, Rabu (28/5/2025).
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, sekitar 37 persen masyarakat Indonesia tercatat kurang melakukan aktivitas fisik, sementara 96,7 persen dilaporkan kurang mengonsumsi buah dan sayur.
Kondisi ini mencerminkan pola hidup yang tidak seimbang yang jika dibiarkan akan berdampak jangka panjang pada kesehatan generasi masa depan.
Kondisi obesitas sentral atau dalam dunia medis disebut dengan abdominal obesity itu ditandai penumpukan lemak di area perut yang meningkatkan risiko berbagai penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.
Ya, obesitas sentral memiliki konsekuensi kesehatan yang serius. Penumpukan lemak di sekitar perut telah lama diidentifikasi sebagai indikator risiko penyakit tidak menular yang tinggi.
Beberapa jurnal kesehatan menegaskan bahwa obesitas sentral itu lebih berbahaya ketimbang jenis obesitas lainnya. Hal ini karena orang dengan abdominal obesity memiliki lemak viseral yaitu lemak yang menggump di perut.
Lemak viseral itu berada di bagian organ dalam. Karena itu, sel-sel lemaknya akan melepas asam lemak bebas ke daerah vena portal yaitu pembuluh darah dari usus ke liver.
Akibatnya, sel-sel lemak viseral membesar dan kadar lemak di dalam darah akan naik, pun asam lemak berpotensi masuk ke liver. Tidak hanya itu, asam lemak pun dapat masuk ke pankreas, jantung, dan organ-organ lainnya.
"Pada akhirnya berbagai organ mengalami disfungsi yang berdampak pada kenaikan gula darah, resistensi insulin, kadar kolesterol naik, dan masalah jantung," papar Siti Nadia.
Sebagai tambahan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin baru-baru ini bahkan sempat menyoroti dampak berbahaya dari obesitas sentral ini dalam pernyataannya yang menyebut pria dengan ukuran celana jeans di atas 33 cenderung lebih cepat 'menghadap Tuhan'.
Pernyataan tersebut menekankan bahwa obesitas bukan hanya soal penampilan fisik, tetapi juga menyangkut kualitas dan harapan hidup masyarakat.
Editor: Muhammad Sukardi