Gunung Anak Krakatau Gempa Tremor, PVMBG: Status Waspada Level II
JAKARTA, iNews.id - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan instansi terkait masih memantau intensif keaktifan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda. Berdasarkan pengamatan PVMG, Gunung Anak Krakatau masih mengalami gempa tremor letusan dan berstatus Waspada Level II.
"Untuk statusnya Gunung Anak Krakatau sekarang masih Waspada Level II. Gempa tremor masih berlangsung. Saya masih terus pantau gempa tremor ini," kata Kepala Bidang Mitigasi PVMBG I Gede Suantika kepada iNews.id, Rabu (26/12/2018).
Sebelumnya, Sabtu (22/12/2018) gelombang tsunami melanda wilayah Banten dan Lampung yang disebabkan longsoran dari Gunung Anak Krakatau dan adanya tremor dari gunung tersebut. Hingga hari ini, Gede mengatakan, gempa tremor pun masih terjadi.
"Letusannya cukup besar dibandingkan bulan Novomber, Oktober, dan September. Tremor letusan masih terjadi hari ini," ujarnya.
Gede mengungkapkan, di sekitar Gunung Anak Kakatau belum memiliki tide gauge atau pun buoy tsunami. Menurut dia, idealnya di wilayah Gunung Krakatau atau Anak Krakatau seharusnya memiliki kedua alat itu. Terlebih aktivitas gunung tersebut tergolong sangat aktif.
"Harus ada tide gauge dan buoy tsunami karena alat itu belum pernah ada di sana, belum ada," katanya.
PVMG juga mengimbau masyarakat atau wisatawan agar tidak mendekati kawah dalam radius 2 kilometer (km).
Usai terjadinya tsunami vulkanik yang disebabkan erupsi Gunung Anak Krakatau, pihak Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman mengungkapkan akan memasang alat tide gauge di tiga pulau sekitar Gunung Krakatau. Ketiga pulau tersebut adalah Rakata, Sertung, dan Panjang. Tide gauge di tiga pulau itu digadang-gadang sebagai buoy tsunami alami.
Tide gauge merupakan salah satu alat pendeteksi tsunami. Alat ini biasanya dipasang di perairan guna mendeteksi adanya kenaikan gelombang laut. Tide gauge juga dapat mengukur perubahan permukaan laut secara mekanis dan otomatis sehingga memungkinkan dalam mendeteksi terjadinya potensi tsunami.
Editor: Djibril Muhammad