Gunung Merapi Kembali Bergejolak, Luncurkan Lava dan Awan Panas Sejauh 1,9 Km
JAKARTA, iNews.id - Aktivitas Gunung Merapi kembali meningkat. Berdasarkan laporan PVMBG, guguran lava dan awan panas teramati meluncur ke arah barat daya dari Gunung Merapi dengan jarak luncur mencapai 1.900 meter atau 1,9 kilometer, Sabtu (11/10/2025).
Cuaca di sekitar Gunung Merapi tercatat cerah hingga mendung dengan suhu udara antara 16,3 hingga 27,1 derajat Celsius dan kelembaban mencapai 99,9 persen. Angin bertiup tenang ke arah timur dan barat.
Dalam laporan PVMBG, asap kawah terpantau bertekanan lemah berwarna putih, dengan intensitas tipis hingga tebal dan tinggi 50–100 meter di atas puncak. Kondisi visual menunjukkan aktivitas vulkanik masih cukup tinggi.
"Gunung Merapi tercatat mengalami 99 kali gempa guguran, 85 kali gempa hybrid dan 1 kali awan panas guguran dengan amplitudo maksimum 77 mm serta durasi 97,24 detik," tulis laporan Badan Geologi dikutip Minggu (12/10/2025).
Selain itu, dua kali gempa tektonik jauh juga terdeteksi dengan durasi hingga 120 detik. Aktivitas ini menunjukkan bahwa suplai magma masih berlangsung di tubuh gunung, sehingga potensi awan panas guguran tetap tinggi.
“Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya,” demikian tertulis dalam laporan resmi PVMBG yang disusun oleh Tri Mujiyanta dari BPPTKG.
PVMBG menetapkan Gunung Merapi berada pada Level III Siaga. Potensi bahaya utama saat ini berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan–barat daya, terutama di sepanjang Sungai Boyong sejauh 5 km, serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Sementara itu, di sektor tenggara, potensi bahaya meliputi Sungai Woro sejauh 3 km dan Sungai Gendol hingga 5 km dari puncak. Bila terjadi letusan eksplosif, lontaran material vulkanik dapat menjangkau radius 3 km.
PVMBG mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas apapun di daerah potensi bahaya dan tetap waspada terhadap lahar hujan serta abu vulkanis.
Editor: Donald Karouw