Guru Besar UGM Sebut Petisi Bulaksumur Tak Didengar Jokowi: Kami Pemikir Bangsa
JAKARTA, iNews.id - Guru Besar Ilmu Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Koentjoro merasa Petisi Bulaksumur yang dibacakan pada Rabu (31/1/2024) lalu tidak pernah didengar oleh Presiden Joko Widodo ataupun pemerintah. Dia tersinggung saat petisi berisi kritik terhadap Jokowi dan pemerintahan hanya dianggap sekadar hak demokrasi.
Padahal, kata dia, petisi itu dibuat karena para sivitas akademika merasa Jokowi telah melakukan penyimpangan terhadap proses demokrasi.
"Tetapi yang terjadi adalah Pak Jokowi hanya menganggap yang kita lakukan itu adalah hak demokrasi dan tidak pernah didengarkan apa isi yang kami mau," kata Koentjoro dalam diskusi Sing Waras Sing Menang bertajuk 'Para Pendekar Turun Gunung' secara virtual, Sabtu (16/3/2024).
"Jujur kami sangat tersinggung ketika dikatakan ini hak demokrasi, kenapa? Kita ini kan guru besar, pemikir bangsa, kita berikan masukan, tapi tidak didengarkan," ujar dia.
Koentjoro menjelaskan, sudah sepatutnya para guru besar bergerak ketika melihat ada sesuatu yang melenceng. Sehingga kritik yang disampaikan tidak bisa dianggap sebagai angin lalu.
"Tugas kami itu sebagai guru besar, dosen, tugas kami adalah banteng etika, kita itu pemikir negara dan bangsa. Karena itu kita berikan masukan lagi yang kedua, dan kita gak jemu-jemu untuk itu," ucapnya.
Para sivitas akademika, kata Koentjoro, tidak akan berhenti menyampaikan kritik dan sikapnya. Bukan hanya untuk kelompok yang dianggap menyimpang dari demokrasi, tapi juga untuk mengedukasi masyarakat.
"Maka gerakan mahasiswa dan guru besar yang di kampus ini bisa juga sebagai bagian edukasi masyarakat, biar mereka sadar. Kenapa kok dosen-dosen (sampai mempunyai sikap) begitu," katanya.
Editor: Rizky Agustian