Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Hasil Lengkap Quick Count Pilkada 2024 Jawa-Banten, Ini Pemenangnya
Advertisement . Scroll to see content

Hasil Survei Jokowi vs Prabowo Berbeda-Beda, Ini Kata Para Peneliti

Selasa, 26 Maret 2019 - 21:18:00 WIB
Hasil Survei Jokowi vs Prabowo Berbeda-Beda, Ini Kata Para Peneliti
Capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno. (Foto: Antara)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Jelang penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019, beberapa lembaga surevei merilis hasil riset terhadap keterpilihan para pasangan calon (paslon). Meski begitu, hasilnya kerap berbeda-beda, dan justru dinilai menimbulkan polemik.

Menurut pengamat politik, Adi Prayitno, adanya perbedaan ini karena masing-masing lembaga tidak selalu sama dalam menentukan sampel. Apalagi jika survei hanya dilakukan sekali terhadap responden yang telah ditentukan.

"Bisa juga dari waktu penyelenggaraan, tidak menutup kemungkinan terjadi peristiwa yang menguntungkan atau merugikan salah satu paslon," katanyaa dalam diskusi publik ‘Kenapa Hasil Survei Beda?’ di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (26/3/2019).

Sementara itu, peneliti dari LSI Denny JA, Ikram Masloma mengatakan, perbedaan hasil survei oleh lembaga survei dikarenakan dua faktor, yakni sectional survey dan adanya longitudinal.

Dia juga membahas penyebab adanya eror dalam melihat persepsi publik jelang pemilu. Menurut dia, bisa jadi jika samplenya eror, maka hasilnya pun akan bermasalah. Artinya, publik tidak menjawab secara jujur pertanyaan surveyor.

"Maksud saya bukan eror sampling dalam istilah survei. Tapi sample yang dipakai kalau eror, maka hasilnya juga eror," ujar Ikram.

Kemudian, dia menambahkan, perlu ada evaluasi cepat oleh asosiasi bila ditemukan kejanggalan dalam hasilnya. Semisal, ada perolehan elektabilitas pasangan calon tertentu di luar batas kewajaran, maka harus diketahui penyebabnya.

Dia menjelaskan, kelemahan lembaga survei jarang yang mampu melihat kecenderungan golput. Bisa jadi karena alasan tidak tahu kapan waktu penyelenggaraan pemilu, serta masalah pragmatis.

"Ada juga karena belum tahu akan pilih calon yang mana," ujar Ikram.

Dalam acara tersebut, hadir juga Prof Yahya Umar, pakar Psikometri Riset dan Statistik, Hendrasmo, Direktur Eksekutif Indo Survey & Strategy, Hasanudin Ali, CEO Alvara Resecarh Center dan Toto Suryaningtyas, peneliti Litbang Kompas.

Editor: Djibril Muhammad

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut