Hinca Pandjaitan Tantang Moeldoko Nyanyikan Mars Partai Demokrat
JAKARTA, iNews.id - Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko menjelaskan dirinya menerima tawaran sebagai ketua umum Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) Sumatera Utara karena telah terjadi pergeseran arus demokrasi dan ideologi di tubuh partai tersebut. Ketua Dewan Kehormatan DPP Partai Demokrat, Hinca Pandjaitan menampik tudingan Moeldoko itu.
Hinca mengatakan DPP Partai Demokrat kubu Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menolak secara tegas apa yang disampaikan Moeldoko menyangkut pergeseran tersebut. Menurutnya, selama lima tahun dirinya menjabat sebagai sekretaris jenderal (sekjen) dan sekarang menjadi ketua Dewan Kehormatan, dirinya tak melihat hal tersebut.
"Kami tidak melihat itu, yang dituduhkan Pak Moeldoko sama sekali salah dan tidak benar. Justru partai ini partai tengah yang kami menyebutnya nasionalis religius," ujarnya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (29/3/2021).
Lebih lanjut, Hinca meminta Moeldoko membaca AD/ART partai yang menurutnya telah memuat secara jelas ideologi partai.
"Pak Moeldoko silakan baca AD/ART kami, di situ jelas kenapa partai ini didirikan, partai tengah, partai yang mengusung nasionalis religius. Di kami tidak soal ideologi itu, tidak ada hal-hal yang dituduhkan itu," ucap Hinca.
Hinca menegaskan partainya konsisten sebagai partai nasionalis-religius. Hal itu tampak dari kepengurusan, di mana pada saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang merupakan seorang Muslim menjabat ketua umum, sementara dirinya yang menganut Kristen Katolik menjabat sekjen partai.
Dia menegaskan, perpaduan nasionalis-religius juga tampak dari kepengurusan partai di daerah di bawah kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Bahkan kalau Pak Moeldoko paham betul, coba lah Pak Moel nyanyikan mars Partai Demokrat. Di situlah ikhtiar, di situ lah doa, di situlah semangat, di situ lah tujuan. Karena itu kalau ada yang bilang seperti itu apalagi Pak Moeldoko, anda tidak tahu partai ini. Anda tidak mengerti partai ini. Kami yang mengerti," kata dia.
Editor: Rizal Bomantama